All Chapters of Kugadai Harta Suami Yang Berselingkuh: Chapter 111 - Chapter 120

137 Chapters

Bab 111

Dengan perasaan penasaran yang luar biasa, kuambil secarik kertas itu lalu kubuka kertas yang berlipat itu, hingga terpampanglah rangkaian kata yang membuat darah terasa berdesir dan memanas. [Assalamualaikum, Mas Yoga. Bagiamana kabarnya? Semoga masih sehat dan belum terkena serangan jantung apalagi ditinggalkan sang istri tercinta, ya. Xi xi xi. Surat ini aku buat tanpa paksaan dari siapapun. Rena meluangkan waktu untuk merangkai kata-kata hanya untuk Mas Yoga, loh. Baik kan mantan istrimu ini?Oh, ya, Rena mau tanya, bagaimana perasaan Mas Yoga saat membaca pesanku kali ini? Mas Yoga suka kan dengan kejutan yang aku berikan?Gimana Mas rasanya tiba-tiba kedatangan rentenir ke rumah untuk menyita semua harta? Deg-deg'an kan? Oh, ya, bagaimana juga rasanya keluar rumah hanya membawa baju yang hanya menempel di tubuh? Istimewa kan?Aha ... semoga saja kejadian itu bisa menjadi pengalaman yang tak terlupakan buat Mas Yoga dan sang istri tercintah, yah!Semoga, kejutan yang Rena berik
last updateLast Updated : 2022-08-06
Read more

Bab 112

"Aku yang rekomendasikan kamu ke Lek Basir, aku suruh dia nawarin kamu buat kerja di sawah. Kan kamu nganggur, barangkali butuh kerjaan. Lumayan sehari dapat gaji lima puluh ribu, daripada pagi siang malam kerjaan kamu cuma ongkang-ongkang kaki! Jangan sok-sokan pilih-pilih kerjaan hidup di kampung!" Suara itu terdengar dari arah belakangku. Aku menolehkan kepala, ternyata Mbak Sumi sudah berdiri di belakangku memasang wajah polos tanpa berlumur dosa. "Udah, nggak usah pakek banyak mikir. Ada rejeki, nggak usah ditolak. Mau sampai kapan kerjaan kamu cuma ongkang-ongkang kaki di rumah? Nggak kasihan jadi beban buat ibu?" sungut Mbak Sumi dengan seenak jidatnya. Aku mengalihkan pandanganku kembali ke arah Lek Basir yang memasang wajah tak enak, terbukti saat tangannya mengusap tengkuk miliknya itu. "Maaf, Lek, saya tidak bisa. Belum pernah juga kerja di sawah, belum ada pengalaman. Maklum saja, Lek. Setelah menikah langsung kerja di kota dan menjadi bos." "Hm ... nggak apa-apa, Yog
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

Bab 113

"Benar kata Ibu, Mas. Untuk sementara waktu, lebih baik kamu terima saja tawaran itu. Itung-itung kita kumpulin modal buat usaha nanti." Kali ini Mutia bersuara. Bibir itu tersenyum. Aku menghembuskan napas kasar. "Baiklah jika itu kemauan kalian." Bergegas aku bangkit dari tempat dudukku lalu melangkah menuju pintu dan keluar rumah.Kali ini dengan berjalan menuju ke rumah Lek Basir. Tentu untuk mengatakan jika aku berminat untuk dijadikan sebagai buruh tani di sawah milik Haji Rofik. Di sepanjang perjalanan, aku hanya bisa menggerutu. Kesal sekali rasanya. Kenapa semua orang tidak bisa mengerti? Apa mereka pikir perubahan dari seorang Bos, lalu menjadi buruh tani tidak membutuhkan mental yang kuat? Apa mereka pikir aku tak malu bekerja di sawah milik orang lain?Ah! Kenapa mereka seakan-akan tak peduli sama sekali denganku?Aku terus melangkah, hingga akhirnya aku pun tiba di depan rumah yang dulunya milik orangtua Rena. Rumah itu terlihat kosong, wajar saja, sebab aku sudah me
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

Bab 114

Pov AuthorJarum jam di dinding kamar yang ditempati oleh Yoga dan Mutiara telah menunjukkan pukul delapan pagi. Sepasang suami istri itu masih terlelap dengan selimut yang masih bertengger di tubuh keduanya. Ruminah– ibunda dari Yoga berjalan dengan tergopoh-gopoh menuju ke kamar yang ditempati oleh anak dan menantunya itu dengan membawa baskom berukuran sedang yang telah terisi penuh oleh air bersih. Perempuan paruh baya itu hanya menggelengkan kepala begitu ia sudah membuka pintu kamar itu lalu masih mendapati anak dan menantunya masih terlelap.Ruminah berjalan, begitu ia sampai di samping ranjang, ia pun langsung mengangkat baskom itu lalu ....Byur!"Banjir! Banjir!" teriak Mutia dan juga Yoga sembari mengangkat kedua tangannya ke atas dan melambai-lambai. "Sudah siang! Bangun!" pekik Ruminah.Mutia dan Yoga lantas mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Setelahnya, pandangan mereka langsung tertuju ke arah wajah Ruminah yang terlihat bengis. "Ini sudah jam delapan
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

Bab 115

"Sudah, Lek. Tapi ini kan hari pertama saya bekerja. Jadi saya belum terbiasa berangkat sepagi itu. Sebelumnya kan saya seorang Bos, berangkat kerja seenaknya. Jadi mungkin masih terbawa sampai saat ini. Tadi bangun kesiangan." Rohman yang saat itu sedang meneguk kopi di dalam gelas pun langsung tersedak lalu terbatuk-batuk hingga membuat percikan kopi keluar dari mulutnya dan mengenai wajah Yoga. Yoga langsung mengusap wajahnya sembari bergidik, jijik. "Kau pikir ini sawah nenek moyang lu yang datang bisa seenak jidatmu?! Kerja di sawah itu jam 6 harus sudah tiba, ini jam setengah sembilan baru sampai di sini!" sungut Rohman lagi. Yoga berkali-kali menghembuskan napas kasar. Saat ini ia sedang dilanda rasa kesal. Biasanya, Yoga selalu memarahi dan memerintah bawahannya, tapi sekarang dia-lah yang dicaci, hingga membuat dirinya merasa terhina. "Sekarang kita ke sawah! Ingat, jika berangkat jam enam, maka pulang jam satu. Jadi, karena kamu telat tiga jam, pulangmu juga harus mundu
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

Bab 116

"Heh, Yoga! Astaga! Bukan gitu caranya. Ya Allah, Ya Robbi ... Astaghfirullah hal'adzim! Nanem padi itu jalannya mundur, bukan maju! Kalau gitu caranya, bisa rusak semuanya! Ya Allah!" ucap Rohman frustasi saat melihat Yoga yang menanam padi dengan melangkah maju dam mendapati bibit padi yang sudah tertancap itu menjadi rusak. Rohman mengacak rambutnya kasar, kali ini ia semakin dibuat kesal oleh ulah yang dilakukan oleh karyawan barunya itu. "Apanya yang salah, Lek? Kan betul, yang penting dah nancep," ucap Yoga dengan begitu entengnya. Lengan lelaki itu mengusap kening yang sudah dibanjiri oleh peluh. Tak bisa di pungkiri, baru saja tiga puluh menit bekerja di sawah, Yoga benar-benar merasa tersiksa. Sejak dulu, ia sama sekali tak pernah melakukan pekerjaan yang ia lakoni saat ini. "Lihat itu padinya!" pekik Rohman sembari menunjuk ke arah belakang Yoga. Secepat kilat Yoga menolehkan kepala, dan benar saja, sepasang mata itu melihat tanaman
last updateLast Updated : 2022-08-11
Read more

Bab 117

"Bu, lauknya mana?" "Lah, itu! Kamu nggak lihat di depanmu sudah ada sayur sama sambal?" ketus Ruminah dengan tatapan tertuju pada semangkok sayur dan Mutiara secara bergantian.Sungguh, sikap Ruminah berubah total kepada Mutiara. Padahal, dulu ia begitu menginginkan Mutiara sebagai menantunya. Ia mendukung penuh pernikahan kedua sang putra. "Ini kan sayur, Bu? Maksudnya lauk pelengkapnya. Ikan atau ayam goreng gitu?" "Nggak ada lauk! Kalau mau, ya makan itu aja! Sayur sama sambel, kalau nggak ketelen, nggak usah makan!" ketus Ruminah lagi. Mutiara lantas mengambil sendok sayur lalu memasukkannya ke dalam mangkok itu. Saat ia mengaduknya, Mutiara kembali tertegun saat sayur sop itu hanya berisi beberapa macam sayuran saja. Tak ada bakso, sosis atau pun ayam. "Astaga! Makanan macam apa ini? Cuma sayuran doang," batin Mutiara dengan tangan terus mengaduk isi sayur sop itu. Ruminah yang menyadari gurat wajah yang ditu
last updateLast Updated : 2022-08-11
Read more

Bab 118

Pov Mutiara**Satu minggu sudah Mas Yoga menjalani profesi barunya sebagai seorang pengangguran. Selama itu aku terus berusaha berjualan online. Menawarkan barang-barang yang bisa kujual di sosial media. Salah satunya aplikasi facebook, di sana kujadikan tempat untuk promosi. Mengandalkan uang dari Mas Yoga? Cih! Lelaki itu benar-benar pilih-pilih pekerjaan. Tiap ada yang menawari lowongan pekerjaan selalu ditolaknya, alasannya sama, ia dulu seorang bos, jadi pantang sekali jika harus bekerja sebagai pesuruh atau pun bawahan. Semakin lama aku di sini, sikap ibu mertuaku semakin tak terkendalikan. Bahkan, di depan kedua mataku, ia terang-terangan menyebutku sebagai seorang beban, penyebab kemiskinan yang dialami oleh Mas Yoga, dan masih banyak lagi. Tring!Ponsel yang ada di sampingku berdering. Cepat kuraih benda pipih itu lalu kutekan menu power yang ada di sisi samping ponsel. Saat layar itu menyala, terlihat ada satu pesan diterima dari aplikasi facebook. Bergegas aku membuka
last updateLast Updated : 2022-08-13
Read more

Bab 119

"Tapi aku butuh modal, Mas. Setidaknya untuk beli kaos yang dipesan itu butuh modal 1,2 juta. Kamu ada uang?" tanyaku. Meskipun aku tau jika kemungkinan Mas Yoga memiliki uang itu begitu kecil, tapi apa salahnya bertanya? Barangkali Mas Yoga memiliki uang simpanan.Mas Yoga menggelengkan kepalanya. "Terus gimana aku bisa beli barang itu, Mas? Kalau dibatalin, sayang banget, Mas. Untung tiga ratus ribu kan lumayan, Mas.""Kalau bayar belakangan emang nggak bisa? Nanti kalau barang itu dah jadi duit, baru dibayar deh," ucap Mas Yoga sembari berusaha mengubah posisinya. Terlihat Mas Yoga mengubah posisinya menjadi duduk, menumpuk beberapa bantal lalu ia gunakan sebagai sandaran. "Gimana kalau kamu pinjemin ke Mbak-mu dulu, Mas? Nanti dibayar kok pastinya.""Nggak! Nggak! Kita nggak ngrepotin dia aja, dianya ketus banget sama kita. Apalagi kalau kita pinjem uang. Bukanmya dikasih pinjaman, yang ada akan tersebar ke segala penjuru kampung ini kalau kita cari hutangan."Aku menelaah ka
last updateLast Updated : 2022-08-13
Read more

Bab 120

"Sayang, jadi cod sekarang? Yuk Mas anterin pakek motor. Bisa kok kalau ngangkut barang segitu," ucap Mas Yoga sembari berdiri tak jauh dariku. Aku melirik ke arah jarum jam di dinding yang menunjukkan pukul delapan pagi. Waktu yang dulu kusepakati untuk melakukan COD.Ya, Mas Yoga memang belum tau soal customer yang ternyata hanya menipuku. Aku memang belum mengatakannya, bukan tanpa sebab, akan tetapi aku masih berpikiran positif pada customerku kemarin. Berharap ia membuka blokiran tersebut dan melanjutkan transaksi jual beli itu. Aku mendengkus kesal. "Kenapa? Kok manyun?" tanya Mas Yoga yang sepertinya mengerti raut wajahku. "Nggak jadi! Aku ditipu!" ucapku ketus. Mendengar ucapanku, membuat kedua bola mata milik Mas Yoga membelalak sempurna. "Ditipu gimana maksud kamu?" Lelaki itu berucap sembari berjalan mendekat ke arahku. "Ya ditipu! Kemarin bilang pesen, giliran barang sudah ada, eh nomorku diblokir. Tak hanya nomor wa, akun facebookku pun juga turut diblokir olehnya.
last updateLast Updated : 2022-08-16
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status