All Chapters of Pembalasan dari Istri yang Tersakiti: Chapter 121 - Chapter 130

150 Chapters

Bab 121. Bertemu Doni

Sudah beberapa bulan mereka tinggal di desa itu. Bela semakin hari semakin tak terkendali. Sehingga, atas saran dari Pak RT, Bela dimasukkan ke dalam pondok pesantren yang kebetulan ada di desa itu.  Menurut penuturan Pak RT, pondok pesantren itu memang khusus untuk menangani orang-orang seperti Bela. Tak jarang juga menampung orang-orang yang ingin berhijrah dan melakukan pertaubatan. Setelah Arman berunding dengan ibu dan kakaknya, akhirnya mereka memutuskan membawa Bela ke sana. Saat Arman libur kerja, mereka membawa Bela ke sana. Mereka disambut baik oleh pihak pondok pesantren. Ada dua bangunan yang bersebelahan. Fungsinya untuk memisahkan laki-laki dan perempuan. Ummi Farha menjelaskan peraturan dan juga tata cara pengobatan di pondok itu. Semua biaya makan dan lainnya ditanggung oleh donatur. Jadi, Arman tak perlu susah payah mengeluarkan biaya. "Alhamdulillah! Terima
last updateLast Updated : 2022-10-17
Read more

Bab 122. Permintaan Aisyah

Sudah beberapa bulan Arman menikah dengan Aisyah. Aisyah bisa dibilang istri yang tak banyak menuntut. Dia menerima Arman apa adanya dengan segala masa lalu buruknya.  Biarpun belum ada perasaan cinta dari mereka berdua, tapi mereka berdua menjalani kehidupan rumah tangga dengan semestinya. Hingga suatu ketika, ada permintaan Aisyah yang membuat Arman bingung mau menjawab. "Mas ... kenapa kita tidak ke kota lagi saja? Di sana Mas Arman bisa memulai kehidupan yang baru bersama Ai, Mas. Jujur saja, Aisyah sebenarnya sudah lama ingin ke kota, pindah dari sini. Tapi, Abah tak membolehkannya," kata Aisyah ada Arman. Arman yang baru saja pulang dari ladang menatap mata Aisyah dengan seksama. Alisnya saling bertautan seperti seseorang yang sedang berpikir keras. "Ke kota? Mau apa, Ai? Mas sudah bahagia dan nyaman tinggal di sini, Ai," tolak Arman.  Sejujurnya Arman tak ingin k
last updateLast Updated : 2022-10-17
Read more

Bab 123. Kembali ke Kota

 "Tapi apa, Mas?" tanya Nisa penasaran. "Kita harus minya izin sama Abah. Kalau Abah mengizinkan, Mas mau menurut kemauanmu. Tapi, kalau Abah tak mengizinkan, kita tetap di sini, ya?" jelas Arman. Mendengar penjelasan Arman, Aisyah malah menangis. Aisyah berlutut dan memegang kaki suaminya. Dia memohon agar kalau itu terjadi, Arman akan membujuk abahnya. "Kalau sampai itu terjadi, tolong Mas bujuk Abah agar mau mengizinkan kita, ya? Please, Mas! Please!" Aisyah memohon dengan berurai air mata. Arman menghela nafasnya panjang dan mencoba berpikir sejenak. Aisyah tak henti-hentinya memohon padanya. "Baiklah!" Satu kata yang sangat dinanti Aisyah terucap dari bibir Arman. "Yeay! Terima kasih, Mas!" kata Aisyah sembari mencium pipi suaminya. Aisyah lalu pergi ke dapur membuatkan minuman hangat untuk Arman. "Oh iya, Mas, jangan bi
last updateLast Updated : 2022-10-17
Read more

Bab 124. Interview

Setelah sampai di kota, badan Arman terasa remuk redam. Untung saja rumah yang dia kontrak sudah dibersihkan dulu oleh pemilik kontrakan. Jadi, Arman dan Aisyah tak perlu capek-capek membersihkan, cukup di sapu lagi saja. "Ai, buatkan Mas teh hangat, ya!" pinta Arman pada istrinya. "Kan, kita baru sampai, Mas! Memang sudah ada gas dan kompor?" kata Aisyah. Aisyah belum tahu kalau pemilik kontrakan mengontrakkan rumahnya lengkap dengan isinya.  Kata teman Arman, pemilik kontrakan itu adalah saudaranya. Kebetulan memang saudara teman Arman itu akan pindah dari sana dan tak mungkin membawa semua barang. Jadi, mereka mengontrakkan lengkap dengan isinya. "Lihat saja di dapur, Ai!" jawab Arman. Aisyah mengikuti perintah Arman untuk ke dapur. Dirinya terkejut saat semua peralatan dapur lengkap berada di sana.  Dengan cekatan Aisyah memasak air untuk membua
last updateLast Updated : 2022-10-17
Read more

Bab 125. Panggil Aku Putri, Mas!

Di kantor, Arman diterima kerja dan langsung bekerja. Tak lupa Arman mengabari Aisyah. Namun, tak ada balasan dari Aisyah. "Mungkin Aisyah sedang beres-beres." Begitu yang Arman pikirkan. Sepulangnya dari kerja, Arman tak mendapati Aisyah di rumah. Jam menunjukkan pukul lima sore. Pintu rumah terkunci dan Arman sudah berkali-kali menggedor pintu. Tapi, Aisyah tak kunjung membukakan pintunya. "Kamu kemana, Ai?" Arman tampak cemas memikirkan istrinya itu. "Kenapa kamu gak angkat, Ai?" Arman mondar-mandir tak jelas di teras rumah. Kekhawatirannya semakin bertambah kala Aisyah tak mengangkat telepon darinya. Sudah satu jam Arman menunggu, tapi Aisyah tak kunjung pulang juga. Arman mencoba untuk menelepon kembali istrinya. Namun lagi-lagi Aisyah tak mengangkat teleponnya. Hingga akhirnya ada sebuah motor berhenti tepat di depan rumahnya.  
last updateLast Updated : 2022-10-17
Read more

Bab 126. Tentang Putri

Gadis berumur dua puluh enam tahun itu sudah tinggal ibunya sejak umur tiga tahun karena sakit. Sejak saat itu, Aisyah diasuh oleh abahnya yang bernama Haji Topan. Putri tumbuh menjadi gadis yang cantik dan lugu. Karena keluguannya, Aisyah sempat menjadi bullyan oleh teman-temannya."Bah, kenapa teman-teman selalu mengolok-olok Putri? Putri salah apa, Bah?" kata Putri pada suatu ketika."Mereka bukan mengolok-olokmu, Sayang! Mereka hanya iri akan kepintaran dan kecantikanmu," jawab Haji Topan waktu itu."Benarkah, Bah?" Haji Topan menganggukkan kepalanya. Hanya jawaban itu yang bisa Haji Topan berikan. Karena Beliau pun sebenarnya tidak tahu alasannya. Beliau berpikir mungkin karena anak-anak masih polos, jadi mereka tidak mengerti apa yang mereka bicarakan.Keadaan itu berlangsung sampai Putri lulus SMA dan ingin melanjutkan kuliah di kota. Keinginannya ditentang oleh Abah Topan.Abah Topan belum sanggup jika harus melepas anak gadis semata wayangnya ke kota tanpa pengawasannya."B
last updateLast Updated : 2022-11-02
Read more

Bab 127. Mengizinkan

Sampai terjadilah peristiwa memalukan yang merenggut kesucian Putri. Kala itu, Putri sedang menunggu Sandi untuk menjemputnya dipinggir jalan.Tiba-tiba, ada seregombolan pemuda mabuk lewat di depan Putri. Putri spontan berjalan menjauh. Tapi, tak disangka mereka mengejar Putri. Putri berlari sekencang mungkin."Mau kemana cantik? Kok buru-buru begitu?" kata salah satu pemuda yang berhasil mencegat Putri."Mau apa kalian?" Putri berteriak sambil meletakkan tasnya di dada."Kita mau apa? Ya, kita mau bersenang-senang lah anak manis!" Dagu Putri disentuh oleh mereka. Reflek Putri menepis tangan pemuda itu."Ayo lah, Sayang! Temani kami malam ini saja," kata pemuda berambut cepak itu yang diikuti tawa teman-temannya.Putri semakin takut akan keselamatannya. Saat mau lari, tangan Putri dicekal dan diseret menuju ke tempat yang sepi.Hingga terjadilah peristiwa memilukan itu. Mau berontak, Putri kalah kekuatan dengan empat pemuda itu. Yang dia bisa hanyalah pasrah dan menangis menerima nas
last updateLast Updated : 2022-11-02
Read more

Bab 128. Permintaan Putri

"Putri mencintai Sandi, Mas!" ucap Putri sambil menunduk. Arman terdengar menghela nafas panjang. Mencoba memahami perempuan yang sudah menjadi istrinya itu.Selama menikah beberapa bulan ini, Arman belum menyentuh Putri sekalipun. Arman paham kalau hatinya dan Putri belum siap. "Bukankah Mas juga sudah bilang, kalau Mas belum mencintaimu juga? Lalu, kenapa Mas mau bertahan? Karena Mas tidak mau merasakan kegagalan berumah tangga untuk yang ketiga kalinya! Kamu pikir selama ini Mas belum menyentuhmu karena apa, Put?" tanya Arman. Putri memberanikan diri menatap mata Arman. Di dalam sana, tersirat kesedihan yang amat dalam. "Karena Mas juga sebenarnya belum siap menjalani kehidupan berumah tangga lagi! Tapi, semuanya sudah terlanjur, Put! Mau tidak mau kita harus bersama-sama membawa kapal kita ketepian!" Mati-matian Arman menahan emosinya agar tidak menjadi-jadi. Sesak di dadanya terasa sangat menyakitk"Kenapa Mas tidak menceraikan Putri saja?" tanya Putri dengan polosnya."Mas, k
last updateLast Updated : 2022-11-02
Read more

Bab 129. Kesepakatan

"Mas Arman, kan, tidak mencintai Putri. Dan Putri juga tidak mencintai Mas Arman. Sedangkan Mas Arman tidak mau juga menceraikan Putri, bahkan tidak mau menyentuh Putri juga. Bagaimana kalau kita hidup dengan jalan masing-masing tapi masih tetap dalam ikatan pernikahan ini. Jadi, Mas Arman bebas mau kemanapun dan dengan siapapun juga. Begitu pun dengan Putri. Putri boleh kemana aja dan dengan siapa saja. Gimana?" kata Putri panjang lebar. Mendengar perkataan Putri, Arman tertawa terbahak-bahak. Menyadari kalau Putri juga bisa bertingkah konyol. Mana ada pernikahan yang seperti itu?!"Kok malah ketawa, sih, Mas?" kata Putri dengan raut muka yang kesal. Arman berhenti tertawa dan mengatur nafasnya agar jauh lebih stabil. Sebenarnya, Arman setuju dengan perkataan Putri. Tapi, dia sedikit ragu."Tidak bisa begitu, dong! Kalau ada keluargamu yang tahu, bisa-bisa Mas digor*k!" ucap Arman sembari memperagakan leher yang digorok."Terus gimana, dong?" Putri menuduk lesu. Arman memandang is
last updateLast Updated : 2022-11-02
Read more

Bab 130. Arman Terluka

Putri segera menghampiri orang yang turun dari mobil itu. Wajah Putri nampak sangat khawatir."Kamu kenapa, Mas?" tanya Putri saat melihat Arman dipapah oleh dua orang yang Putri tidak kenal."Gak apa-apa, Put! Tadi gak sengaja keserempet sama Mas ini," jawab Arman sambil menunjuk laki-laki yang umurnya hampir sama dengannya. Laki-laki iti yang tadi memapahnya bersama dengan sopirnya."Maaf, ya, Mbak! Tadi saya buru-buru, jadi saya tidak lihat suami Mbak nyebrang." Laki-laki itu meminta maaf sambil membungkukkan badannya di depan Putri."Sudah, Mas ... saya tidak apa-apa. Tadi Mas juga sudah bertanggung jawab atas pengobatan saya, kan? Jadi, saya anggap masalah ini selesai." Arman berkata sambil tersenyum ke arah laki-laki itu. "Gak bisa gitu dong, Mas! Dia harus bertanggung jawab penuh sampai kaki Mas sembuh seperti sedia kala!" Mata Putri melotot pada laki-laki itu. "Mas ini, kan, juga sudah bertanggung jawab, Putri! Mas sudah diobati ke dokter kok," ujar Arman. Arman mencoba memb
last updateLast Updated : 2022-11-02
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status