Share

Bab 128. Permintaan Putri

Penulis: Flam_boyan
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-02 14:04:56

"Putri mencintai Sandi, Mas!" ucap Putri sambil menunduk. Arman terdengar menghela nafas panjang. Mencoba memahami perempuan yang sudah menjadi istrinya itu.

Selama menikah beberapa bulan ini, Arman belum menyentuh Putri sekalipun. Arman paham kalau hatinya dan Putri belum siap.

"Bukankah Mas juga sudah bilang, kalau Mas belum mencintaimu juga? Lalu, kenapa Mas mau bertahan? Karena Mas tidak mau merasakan kegagalan berumah tangga untuk yang ketiga kalinya! Kamu pikir selama ini Mas belum menyentuhmu karena apa, Put?" tanya Arman.

Putri memberanikan diri menatap mata Arman. Di dalam sana, tersirat kesedihan yang amat dalam.

"Karena Mas juga sebenarnya belum siap menjalani kehidupan berumah tangga lagi! Tapi, semuanya sudah terlanjur, Put! Mau tidak mau kita harus bersama-sama membawa kapal kita ketepian!" Mati-matian Arman menahan emosinya agar tidak menjadi-jadi. Sesak di dadanya terasa sangat menyakitk

"Kenapa Mas tidak menceraikan Putri saja?" tanya Putri dengan polosnya.

"Mas, k
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 129. Kesepakatan

    "Mas Arman, kan, tidak mencintai Putri. Dan Putri juga tidak mencintai Mas Arman. Sedangkan Mas Arman tidak mau juga menceraikan Putri, bahkan tidak mau menyentuh Putri juga. Bagaimana kalau kita hidup dengan jalan masing-masing tapi masih tetap dalam ikatan pernikahan ini. Jadi, Mas Arman bebas mau kemanapun dan dengan siapapun juga. Begitu pun dengan Putri. Putri boleh kemana aja dan dengan siapa saja. Gimana?" kata Putri panjang lebar. Mendengar perkataan Putri, Arman tertawa terbahak-bahak. Menyadari kalau Putri juga bisa bertingkah konyol. Mana ada pernikahan yang seperti itu?!"Kok malah ketawa, sih, Mas?" kata Putri dengan raut muka yang kesal. Arman berhenti tertawa dan mengatur nafasnya agar jauh lebih stabil. Sebenarnya, Arman setuju dengan perkataan Putri. Tapi, dia sedikit ragu."Tidak bisa begitu, dong! Kalau ada keluargamu yang tahu, bisa-bisa Mas digor*k!" ucap Arman sembari memperagakan leher yang digorok."Terus gimana, dong?" Putri menuduk lesu. Arman memandang is

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-02
  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 130. Arman Terluka

    Putri segera menghampiri orang yang turun dari mobil itu. Wajah Putri nampak sangat khawatir."Kamu kenapa, Mas?" tanya Putri saat melihat Arman dipapah oleh dua orang yang Putri tidak kenal."Gak apa-apa, Put! Tadi gak sengaja keserempet sama Mas ini," jawab Arman sambil menunjuk laki-laki yang umurnya hampir sama dengannya. Laki-laki iti yang tadi memapahnya bersama dengan sopirnya."Maaf, ya, Mbak! Tadi saya buru-buru, jadi saya tidak lihat suami Mbak nyebrang." Laki-laki itu meminta maaf sambil membungkukkan badannya di depan Putri."Sudah, Mas ... saya tidak apa-apa. Tadi Mas juga sudah bertanggung jawab atas pengobatan saya, kan? Jadi, saya anggap masalah ini selesai." Arman berkata sambil tersenyum ke arah laki-laki itu. "Gak bisa gitu dong, Mas! Dia harus bertanggung jawab penuh sampai kaki Mas sembuh seperti sedia kala!" Mata Putri melotot pada laki-laki itu. "Mas ini, kan, juga sudah bertanggung jawab, Putri! Mas sudah diobati ke dokter kok," ujar Arman. Arman mencoba memb

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-02
  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 131. Laki-laki itu Anjas

    BhgPutri menangis karena Sandi marah padanya. Sedangkan Sandi di cafe bisa tertawa bahagia karena bisa mempermainkan perasaan Putri. "Ini belum ada apa-apanya, Put! Tunggu saja ... aku akan membuatmu lebih merasakan sakit daripada ini!" batin Sandi.*****Arman yang masih ada di ruang tamu masih saja memikirkan usulan Putri. Arman membenarkan apa yang Putri katakan. Kalau dia bisa meminta pekerjaan pada Anjas, bisa saja jabatan yang dia dapatkan agak tinggi dibandingkan dengan jabatannya yang sekarang. Terlebih lagi, dia masih dalam masa uji coba. Jadi tak mengapa kalau dia memutuskan untuk berhenti.Kartu nama Anjas dia putar-putar di tangannya. Mencoba memantapkan hati dengan langkah yang akan Arman ambil selanjutnya."Apa aku tanya Danang dulu, ya? Siapa tahu dia bisa membantuku mencari solusinya! Gak enak juga karena dia sudah membantuku mendapatkan pekerjaan ini," lirih Arman.Arman mengambil ponsel dari saku celana dan langsung menelepon Danang. Di telepon, Arman menjelaskan k

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-02
  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 132. Kantor Anjas

    Sepulangnya dari kantor, Arman memesan ojek online menuju ke kantor Anjas. Perlu waktu sekitar dua puluh menit untuk sampai di sana.Saat Arman bertanya pada resepsionis, dirinya sudah diarahkan ke ruangan Anjas. Sebelumnya Anjas sudah ada pesan jika akan ada orang yang datang menemuinya, langsung dipersilahkan untuk ke ruangannya."Sebelah mana, ya, Mbak?" tanya Anjas pada resepsionis"Bapak naik saja ke lantai tiga, ya, Pak! Nanti silahkan cari ruangan direktur di sebelah kanan lift," terang resepsionis itu.Setelah mengucapkan terima kasih, Arman memencet lift dan menuju ke lantai tiga. Dirinya kagum dengan perusahaan milik Anjas ini. Gedungnya sangat bagus dan fasilitasnya juga lengkap.Pintu lift terbuka. Arman pun mencari ruangan Anjas seorang diri. Saat sedang mencari, ada seorang OB yang menanyainya."Cari apa, Pak?""Ruangan Pak Anjas di mana, ya, Mas? Arman celingukan mencari tulisan direktur di setiap pintu." Oh ruangan Pak Anjar?" Arman menganggukkan kepalanya."Bapak lur

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-02
  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 133. Diterima Kerja (Pertemuan)

    Setelah mobil Anjas tidak terlihat, ojek online yang dipesan Arman pun juga datang. "Sesuai aplikasi, ya, Mas, alamatnya?" tanya pengemudi itu memastikan."Iya, Pak!" jawab Arman singkat. Jalanan kali ini begitu padat dan menimbulkan kemacetan dibeberapa titik. Sehingga, akan memakan waktu lebih lama dari biasanya.Saat sedang berada di lampu merah, Arman melihat disebelah kanannya. Dari kejauhan, Arman melihat sesosok perempuan yang mirip Putri sedang bersama dengan seorang pria.Setelah diamati beberapa lama, Arman yakin kalau itu Putri. Arman meminta pengemudi ojek untuk mencari tempat pemberhentian yang aman sebentar."Tunggu sebentar, ya, Mas! Saya gak lama," kata Arman saat turun dari motor.Arman berjalan menuju tempat di mana dia melihat Putri tadi. Tapi, saat Arman sampai di sana, Putri sudah tidak ada lagi. Saat bertanya pada orang di sekitar, mereka juga tidak ada yang tahu."Aku yakin sekali kalau tadi itu Putri! Tapi, kenapa dia melanggar kesepakatan yang sudah dibuat?"

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-02
  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 134. Hari Pertama Kerja

    Arman terus memikirkan cara agar Putri bisa berubah. Cinta bisa saja tumbuh dalam pernikahan mereka jika mereka sama-sama mau berjuang. Tapi, kalau hanya salah satu pihak saja, rasanya mustahil untuk mencapainya.Saat akan berangkat bekerja, Arman memberikan ultimatum pada Putri."Sekali lagi aku lihat kamu bersama Sandi tanpa seizin dan sepengetahuanku, aku gak akan peduli lagi sama kamu!" kata Arman tegas. Putri yang baru sekali melihat ketegasan Arman jadi ciut hatinya. Kepalanya menunduk dan tak berani melihat Arman."Mas berangkat kerja dulu!" pamit Arman dan langsung menghampiri ojek online yang sudah menunggunya.Untuk sementara, Arman berangkat ke kantor menggunakan ojek online. Tak ada pilihan lain lagi sekarang. Arman hanya bisa berharap, setelah ini kehidupannya akan sedikit demi sedikit bisa seperti dulu lagi.*****Sampai di kantor, Arman ditunjukkan ruangannya oleh satpam yang bertugas di depan. Dan saat Arman memasukinya, dia berdecak kagum melihat ruangan dan seisinya

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-02
  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 135. Harus Apa Lagi?

    "Mas Arman?" lirih Putri yang masih dapat didengar oleh Sandi."Siapa, Put? Dia suamimu?" tanya Sandi. Posisi Sandi saat itu masih merangkul Putri layaknya seseorang yang sedang berpacaran."Pulang!" kata Arman lantang. Putri diam tak merespon. Hingga Arman mengulangi perkataannya lagi."Pulang kataku!" Kali ini Putri malah bersembunyi dibalik badan Sandi. Seolah-olah dirinya enggan jauh dari Sandi dan juga tidak mau pulang."Santai, Bro! Jangan maksa kalau gak mau pulang," kata Sandi santai. Dalam hati Sandi, dirinya senang melihat Putri masih bucin padanya. Dendamnya akan segera terbalaskan."Apa hak kamu, ha?! Saya ini suaminya!" Arman emosi dan tangannya menunjuk-nunjuk wajah Sandi.Walaupun emosi, Sandi tak mau terpancing emosinya. Kalau sampai itu terjadi, bisa saja rencananya akan gagal."Kalau istrinya sendiri aja gak mau, terus mau gimana? Jangan maksa, dong!" Sandi mendorong tubuh Arman hingga hampir terjatuh."Aku gak ada urusan sama kamu! Minggir!" Arman tak mau kalah mend

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-02
  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 136. Haji Topan Berkunjung

    "Assalammualaikum!" Suara yang tak asing ditelinga Arman terdengar dari depan."Assalammualaikum!" Kali ini dengan dibarengi ketukan pintu yang agak keras. Arman berjalan menuju pintu dan bergegas membukanya."Waalaikumsalam!" jawab Arman.Saat Arman membuka pintu, sosok yang selama ini dia hormati sudah berdiri di depan rumah kontrakannya. Ya ... itu adalah Haji Topan mertuanya."Lho Abah sama siapa?" Arman mencium takzim punggung tangan mertuanya itu."Sendirian, Man. Abah sengaja gak kasih kabar kalian dulu karena mau kasih kejutan," jawab Haji Topan."Mari silahkan masuk, Bah!" Arman membawakan tas mertuanya dan mempersilakan Beliau masuk.Betapa terkejutnya Haji Topan ketika mendapati Putri tengah menenteng tas besar dan juga berbaju rapi."Abah?!" lirih Putri. Tas yang ditentengnya jatuh begitu saja karena terkejut."Mau kemana, Nduk?" tanya Haji Topan heran."Eng—," Saat Putri hendak menjawab, Arman segera memotong perkatannya."Gak kemana-mana, Bah! Tadi itu Arman minta Putri

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-02

Bab terbaru

  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 150. Akhir yang Bahagia

    Jam hampir menunjukkan pukul dua belas malam. Tapi, Arman tak kunjung pulang atau menghubungi Putri. Berkali-kali Putri melihat keluar jendela, berharap kalau suaminya itu pulang.Saat ini Putri sadar, kalau dia sudah terjerat cinta Arman. Disadari atau tidak, Putri memang saat ini tengah merasakan kekhawatiran yang luar biasa. Khawatir jika Arman kenapa-napa di jalan. "Mas ... kenapa kamu gak memberi kabar lagi, sih? Apa Mas gak tahu kalau Putri khawatir sekali?" gumam Putri yang tengah mondar-mandir di depan pintu utama.Tiba-tiba ... pintu rumah digedor seseorang dengan sangat kencang. Tentu saja itu membuat Putri ketakutan. Putri lari dan bersembunyi di dalam kamar. Gedoran pintu itu masih saja terdengar. Bahkan lebih kencang dari yang sebelumnya."Mas Arman ... Putri takut! Hu ... hu ... hu!" rintih Putri dalam kamar. Dia duduk dan memeluk kakinya di atas kasur."Jangan tinggalin Putri, Mas! Putri takut, Mas!" suara Putri makin parau karena memang benar-benar ketakutan.Saat Put

  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 149. Terketuk Hatinya

    Semenjak kejadian itu, Arman dan Putri jadi semakin dekat. Mereka pun berusaha untuk saling mengenal satu sama lain. Mungkin dengan berjalannya waktu, cinta akan tumbuh diantara mereka."Mas ... Putri siapkan bekal untuk makan siang, ya," seru Putri yang saat itu tengah memasak. "Ya ..." jawab Arman dengan suara yang sedikit kencang karena dia masih ada di kamar. Rumah kontrakan mereka memang rumah kecil, jadi suara dari dapur pun masih bisa di dengar di kamar. Begitupun sebaliknya.Putri semakin hari semakin nyaman dengan Arman. Begitupun sebaliknya. Walaupun mereka masih tidur sendiri-sendiri, tapi sekarang Putri tak ragu-ragu lagi untuk mengakui Arman sebagai suaminya.Arman sudah berangkat bekerja. Sekarang Putri beristirahat sebentar dan setelahnya mau mencuci baju. Baru saja Putri berbaring, suara ponselnya meraung-raung meminta untuk diangkat."Abah?" lirih Putri. Segera Putri mengangkatnya dan menyapa Haji Topan."Halo! Waalaikumsalam, Bah! Kenapa, Bah?" tanya Putri."Suamim

  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 148. Berselisih

    Saat sampai di pos polisi, keduanya masih saja terus adu mulut. Arman yang tak terima istrinya dipukul jelas saja murka."Sudah ... cukup! Kalian berdua kalau masih ribut, kami akan masukkan ke dalam sel!" bentak Pak Yoyok, anggota kepolisian yang kebetulan saat itu menangani mereka.Mendengar bentakan dari Pak Yoyok, Arman dan Sandi mendadak diam. Dalam hati, Arman berulang kali beristigfar untuk mengontrol emosinya. Sedangkan Sandi, memilih memalingkan mukanya ke sisi yang lain."Sekarang jelaskan satu per satu permasalahan kalian," pinta Pak Yoyok dengan nada yang sudah tidak tinggi lagi.Mulailah Arman menjelaskan kronologinya. Sesekali Sandi menimpali Arman. Tapi dengan cepat Pak Yoyok menghentikannya."Sekarang giliran kamu. Coba jelaskan bagaimana awal mulanya?" pinta Pak Yoyok pada Sandi.Sandi menjelaskan dengan menggebu-gebu pokok permasalannya hingga sampai dia menampar Putri di depan suaminya. Pak Yoyok hanya menggelengkan kepalanya karena tak habis pikir dengan kelakuan S

  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 147. Mungkinkah Tumbuh Cinta?

    Haji Topan mendadak harus kembali ke kampung karena ada urusan yang tidak bisa diwakilkan orang lain. Dengan terpaksa, Beliau meninggalkan Putri dan Arman berdua kembali. Tapi kali ini Haji Topan bisa sedikit bernafas lega karena melihat perubahan anak perempuannya."Duduk dulu di sini sebentar!" pinta Arman sambil menepuk kursi yang ada disampingnya. Putri menuruti kata Arman dan segera duduk disampingnya."Kamu gak bosen di rumah terus?" tanya Arman basa-basi. Putri mengernyitkan dahinya ketika mendapat pertanyaan yang tidak biasa dari Arman."Emang kenapa, Mas? Mau ajak Putri jalan-jalan?" jawab Putri polos. "Kamu mau?" respon Arman."Serius? Gak bercanda, kan, Mas?" tanya Putri memastikan.Arman menganggukkan kepalanya dan Putri melompat kegirangan. Sikap Putri membuat Arman tertawa kecil. Tawa bahagia tentunya. Dan ini kali pertama Arman merasakan kebahagiaan setelah sekian lama tak merasakannya."Putri selesaikan kerjaan Putri dulu, ya, Mas." Putri berlalu tanpa melihat jalan h

  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 146. Mencoba Menerima Takdir

    Seperti yang Putri sampaikan sebelumnya, setelah makan, dirinya mengajak Haji Topan dan Arman untuk berbicara serius. Tapi sebelumnya, Putri menghidangkan teh hangat dan juga camilan untuk menemani mereka mengobrol.Haji Topan dan Arman saling adu pandang. Keduanya seakan bertanya pada satu sama lain maksud Putri mengajak mereka bicara. Bahasa tubuh mereka mengatakan hal itu. Mereka melihat Putri berkali-kali mengatur nafas. Mungkin karena apa yang akan dibicarakannya memang penting. Tak ada yang berani bertanya. Baik Haji Topan dan juga Arman hanya sama-sama menunggu Putri bicara."Bah! Mas!" kata pertama yang Putri ucapkan mampu membuat suasana menjadi bertambah tegang."Ya ..." jawab Arman yang juga mewakili Haji Topan."Putri minta maaf untuk semua kesalahan Putri. Putri sadar kalau Putri sudah kelewatan. Maaf karena belum bisa menjadi anak dan istri yang baik. Putri juga sadar kalau apa yang Putri inginkan itu belum tentu yang terbaik buat Putri."Putri berhenti sejenak untuk me

  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 145. Jadi Pendiam

    PLAAAAKK! Satu tamparan keras mendarat di pipi Sandi. Ya, Putri menampar mulut Sandi yang seperti perempuan itu. Dan Putri pun langsung berbalik arah pergi meninggalkan rumah Sandi.Sandi yang tak menyangka Putri akan berbuat seperti itu, hanya bisa memegangi pipi yang kena tampar Putri. Perih dan panas rasanya. Istri Sandi yang tak tahu apa-apa hanya bisa diam menyaksikan kejadian itu.Tak ada air mata yang mengalir di pipi Putri. Sudah cukup baginya menjadi Putri yang b*doh. Putri pulang dengan perasaan marah."Dari mana, Put?" tanya Haji Topan saat mendapati putrinya baru saja pulang. Sejak tadi Haji Topan mencari keberadaan Putri tapi tidak ketemu. Mau menelepon Arman tapi tak jadi karena takut mengganggu pekerjaan Arman. Jadilah Haji Topan hanya menunggu kepulangan Putri. Karena Beliau yakin kalau Putri tidak akan pergi jauh."Cari udara segar, Bah!" jawab Putri singkat dan berlalu masuk ke kamar.Di dalam kamar, Putri menumpahkan segala apa yang dirasakannya. Karena setelah ini

  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 144. Mencari Kebenaran

    Beberapa hari setelah dirawat, Putri sudah diperbolehkan pulang oleh Dokter Radit. Dokter Radit berpesan agar keluarga selalu mendukung dan memperhatikan Putri. Itu akan berguna untuk ketenangan jiwa Putri."Bah, kalau Abah mau pulang gak apa-apa, Bah. Inshaa Allah Arman akan jaga Putri," kata Arman. Dia tahu kalau Haji Topan juga banyak urusan di kampung."Kamu tidak senang Abah di sini, Man?" terka Haji Topan."Bukan begitu, Bah! Arman justru senang kalau Abah mau tetap di sini. Tapi, urusan Abah di sana bagaimana?" jawab Arman jujur."Abah sudah titip sama Mas dan Mbakmu di sana. Abah senang Mas dan Mbakmu sekarang bersatu dan hidup bahagia lagi, Man. Ibumu juga sekarang jauh lebih dari sebelumnya," jelas Haji Topan seraya menerawang jauh ke depan."Alhamdulillah, ya, Bah! Tapi kebahagiaan kami belum lengkap karena Bela masih belum seperti dulu. Bah!" Arman berkata sambil menunduk. Dia menyembunyikan air mata yang memberontak mau keluar."Percayalah, Man, Bela akan bisa seperti dul

  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 143. Keadaan Putri

    Sesampainya di rumah sakit, Haji Topan wajahnya terlihat tegang. Beliau mondar-mandir di depan pintu ruang perawatan Putri. Arman sedikit mempecepat langkahnya kala melihat mertuanya seperti itu."Ada apa, Bah?" tanya Arman. Haji Topan seketika menoleh ke sumber suara. Terlihat Beliau menitikkan air mata."Putri, Man! Putri!" seru Haji Topan."Putri kenapa, Bah?" Arman juga terlihat panik saat Haji Topan menyebut nama Putri."Putri mencoba menyakiti dirinya lagi, Man! Abah bingung, Man! Kita harus bagaimana?" Tangan Haji Topan mencengkram kuat lengan menantunya itu."Astagfirullah! Tenang, Bah! Kita gak boleh panik juga. Nanti urusan Putri biar Arman yang tangani. Abah tenang dulu, ya! Nanti Abah sakit," sahut Arman.Tak lama kemudian, Dokter Radit keluar dari ruangan itu. Beliau sedikit menghela nafas berat sebelum akhirnya berkata,"Putri sudah saya suntik dengan obat penenang. Saat ini hanya dukungan keluarga yang bisa membuat Putri menjadi lebih baik. Karena itu, saya sangat berha

  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 142. Mencari Sandi

    Dokter berkata kalau Putri kehilangan banyak darah akibat percobaan bunuh diri yang Putri lakukan. Beruntung nyawa Putri masih bisa diselamatkan. Haji Topan yang mendengarnya langsung jatuh lemas. Bahkan Beliau harus dipapah Arman untuk duduk di kursi panjang yang tak jauh dari tempatnya menunggu tadi."Bah ... Abah di sini dulu, ya ... Arman belikan air mineral dulu." Arman berlalu meninggalkan Haji Topan seorang diri untuk membeli air mineral dan beberapa makanan.Tak lama, Arman kembali lagi dan memberikan air mineral pada mertuanya. Saat itu, Dokter yang menangani Putri baru saja keluar."Bagaimana keadaan anak saya, Dokter?" Haji Topan bangkit dan langsung menghampiri dokter itu."Alhamdulillah, kita tinggal menunggu pasien siuman saja, Pak!" ucap Dokter Radit. "Lalu, lukanya bagaimana, Dok?" tanya Arman yang masih khawatir."Sudah kita tangani, Pak. Sekarang tinggal masa pemulihan pasien saja. Saran saya, kalau pasien sadar. jangan dulu diberikan pertanyaan yang aneh-aneh. Saya

DMCA.com Protection Status