Arman terus memikirkan cara agar Putri bisa berubah. Cinta bisa saja tumbuh dalam pernikahan mereka jika mereka sama-sama mau berjuang. Tapi, kalau hanya salah satu pihak saja, rasanya mustahil untuk mencapainya.Saat akan berangkat bekerja, Arman memberikan ultimatum pada Putri."Sekali lagi aku lihat kamu bersama Sandi tanpa seizin dan sepengetahuanku, aku gak akan peduli lagi sama kamu!" kata Arman tegas. Putri yang baru sekali melihat ketegasan Arman jadi ciut hatinya. Kepalanya menunduk dan tak berani melihat Arman."Mas berangkat kerja dulu!" pamit Arman dan langsung menghampiri ojek online yang sudah menunggunya.Untuk sementara, Arman berangkat ke kantor menggunakan ojek online. Tak ada pilihan lain lagi sekarang. Arman hanya bisa berharap, setelah ini kehidupannya akan sedikit demi sedikit bisa seperti dulu lagi.*****Sampai di kantor, Arman ditunjukkan ruangannya oleh satpam yang bertugas di depan. Dan saat Arman memasukinya, dia berdecak kagum melihat ruangan dan seisinya
"Mas Arman?" lirih Putri yang masih dapat didengar oleh Sandi."Siapa, Put? Dia suamimu?" tanya Sandi. Posisi Sandi saat itu masih merangkul Putri layaknya seseorang yang sedang berpacaran."Pulang!" kata Arman lantang. Putri diam tak merespon. Hingga Arman mengulangi perkataannya lagi."Pulang kataku!" Kali ini Putri malah bersembunyi dibalik badan Sandi. Seolah-olah dirinya enggan jauh dari Sandi dan juga tidak mau pulang."Santai, Bro! Jangan maksa kalau gak mau pulang," kata Sandi santai. Dalam hati Sandi, dirinya senang melihat Putri masih bucin padanya. Dendamnya akan segera terbalaskan."Apa hak kamu, ha?! Saya ini suaminya!" Arman emosi dan tangannya menunjuk-nunjuk wajah Sandi.Walaupun emosi, Sandi tak mau terpancing emosinya. Kalau sampai itu terjadi, bisa saja rencananya akan gagal."Kalau istrinya sendiri aja gak mau, terus mau gimana? Jangan maksa, dong!" Sandi mendorong tubuh Arman hingga hampir terjatuh."Aku gak ada urusan sama kamu! Minggir!" Arman tak mau kalah mend
"Assalammualaikum!" Suara yang tak asing ditelinga Arman terdengar dari depan."Assalammualaikum!" Kali ini dengan dibarengi ketukan pintu yang agak keras. Arman berjalan menuju pintu dan bergegas membukanya."Waalaikumsalam!" jawab Arman.Saat Arman membuka pintu, sosok yang selama ini dia hormati sudah berdiri di depan rumah kontrakannya. Ya ... itu adalah Haji Topan mertuanya."Lho Abah sama siapa?" Arman mencium takzim punggung tangan mertuanya itu."Sendirian, Man. Abah sengaja gak kasih kabar kalian dulu karena mau kasih kejutan," jawab Haji Topan."Mari silahkan masuk, Bah!" Arman membawakan tas mertuanya dan mempersilakan Beliau masuk.Betapa terkejutnya Haji Topan ketika mendapati Putri tengah menenteng tas besar dan juga berbaju rapi."Abah?!" lirih Putri. Tas yang ditentengnya jatuh begitu saja karena terkejut."Mau kemana, Nduk?" tanya Haji Topan heran."Eng—," Saat Putri hendak menjawab, Arman segera memotong perkatannya."Gak kemana-mana, Bah! Tadi itu Arman minta Putri
Hari berikutnya, Arman dan Putri bersikap biasa. Seolah-olah mereka sedang tidak dalam suatu masalah. Tentu saja hal itu membuat Haji Topan senang."Arman berangkat kerja dulu, ya, Bah!" Arman berpamitan pada mertuanya dan menyalami punggung tanggung Beliau penuh takzim.Saat Arman hendak pergi, Haji Topan mengatakan, "Lho ... kok kamu gak cium tangan suamimu, Nak?" Putri yang memang selama ini jarang melakukan itu terpaksa melakukannya karena ada Abah.Arman tetap bekerja seperti biasa walaupun pikirannya kalut. Sifat profesionalitas sangat dia jaga untuk saat ini. Apalagi dirinya merupakan karyawan baru.Waktu terasa begitu singkat. Jam sudah menunjukkan jam empat lebih tiga puluh menit. Sudah waktunya karyawan bergegas untuk pulang, kecuali yang masih ada pekerjaan tambahan.Arman beranjak dari ruangannya dan menunggu ojek langganannya menjemput. Sekarang Arman memang ada langganan ojek. Jadi tidak perlu lagi memesan ojek online."Ayo naik, Mas!" kata pengemudi ojek yang mengagetka
Haji Topan berlalu meninggalkan Arman dan Putri di sana. Diamnya menjadikan Arman dan Putri khawatir, apalagi bagi Putri. Selama ini, Putri belum pernah melihat abahnya seperti itu.Haji Topan memilih masuk ke dalam kamar dan merenungkan semua kejadian yang menimpa hidup putrinya. Hingga keesokan harinya, saat mereka sedang sarapan, Haji Topan berkata sesuatu."Bawa laki-laki itu ke hadapan Abah! Kalau dia serius denganmu, Abah tak akan menghalangi perpisahan kalian!" ucap Haji Topan.Arman dan Putri saling beradu pandang. Ada sedikit senyum dari bibir Putri."Beneran, Bah?" tanya Putri memastikan. Haji Topan pun mengangguk."Terima kasih, Bah!" Putri berdiri dan memeluk abahnya dari belakang."Jangan senang dulu! Kalau Abah tidak menemukan keseriusan darinya, Abah tidak mau tahu, kamu akan tetap bersama dengan Arman!" ucap Haji Topan sambil mengurai tangan Putri dari lehernya.Haji Topan pun masuk kembali ke dalam kamar setelah sarapannya selesai. Arman juga langsung berangkat kerja.
Di waktu yang sama, Arman dan seluruh karyawan kantor mendapatkan undangan untuk acara aqiqah anak bos mereka yaitu Anjas. Karena kesibukan Anjas, dia dan Arini baru sempat menggelar acara aqiqah Gale anaknya. Betapa terkejutnya Arman saat membaca nama istri dari Anjas itu. Nama yang sama seperti mantan istrinya yang dulu."Ah ... mungkin hanya kebetulan saja. Tapi, apa ada kebetulan sama persis seperti ini?" gumam Arman dalam hati. Hati Arman terus saja bergejolak memikirkan nama mantan istrinya.Hingga sebuah tepukan di pundak Arman menyadarkannya dari lamunannya."Jangan melamun terus, Pak Arman!" seru eko. Saat itu Arman tengah menunggu lift terbuka sambil memegang undangan dari Anjas."Pak Eko bisa aja!" jawab Arman tersipu malu."Oh iya, jangan lupa istrinya diajak ikut serta, ya, Pak!" Eko menunjuk undangan yang sedang dipegang Arman."Ah iya, Pak! Mari saya duluan!" Arman memasuki lift dan meninggalkan Eko di sana.*****Acara aqiqah Anjas sama dengan jam Sandi janji untuk da
Malam itu Arman bersiap diri untuk menghadiri undangan dari atasannya. Karena Putri tidak bisa ikut, jadilah Arman berangkat seorang diri.Tak lupa di perjalanan, Arman membeli bingkisan untuk istri atasannya sebagai ucapan selamat dan juga rasa terima kasih Arman pada Anjas.Seperti biasanua, Arman menggunakan jasa ojek langganannya menuju rumah Anjas. Sebuah kompleks perumahan mewah tujuannya."Beneran ini alamatnya, Mas?" tanya tukang ojek itu sebelum melanjutkan perjalanan mereka."Iya, Bang. Emang kenapa?" tanya Arman balik."Gak apa-apa, sih, Mas. Saya takut salah! Karena alamat itu adalah perumahan orang-orang kaya," jawab tukang ojek itu sambil menyalakan mesin motornya."Dia atasan saya, Bang!" jelas Arman. Pengemudi ojek itu pun paham dengan penjelasan singkat Arman.Pengemudi ojek itu mengendari motor dengan santai. Arman tak ada firasat apapun kalau istri atasannya itu ada Arini. Yang Arman dengar dari teman-temannya, istri bosnya itu cantik dan juga ramah dengan setiap ka
Jelas Arini tak mau memberitahu suaminya saat itu. Anjas memang tak pernah menanyakan mantan suaminya dan Arini juga belum pernah menceritakannya. Jadi, wajar jika Anjas tak mengenal siapa Arman.Anjas mengumpulkan karyawannya memang sengaja untuk mengenalkan istrinya kepada mereka semua. Bukan tanpa alasan. Kemungkinan besar nantinya Arini juga akan bergabung di perusahaan sebagai wakil Anjas kala Anjas pergi ke luar negeri untuk beberapa waktu untuk perluasan bisnisnya.Arini sendiri tak keberatan dengan permintaan suaminya itu. Gale nanti bisa dicarikan pengasuh yang bisa diawasi oleh mertuanya. Lebih baik Arini yang menangani daripada orang lain yang belum tentu dapat dipercaya, begitu pikir Anjas.Selama kurang lebih hampir satu jam, Arman sering kali menundukkan kepalanya dan hanya sesekali mengangkatnya. Arman takut jika perasaannya untuk Arini muncul kembali. Dia harus bisa menguasai hatinya.Tepat di jam sembilan, mereka semua berpamitan termasuk Arman. Langkah Arman terhenti
Jam hampir menunjukkan pukul dua belas malam. Tapi, Arman tak kunjung pulang atau menghubungi Putri. Berkali-kali Putri melihat keluar jendela, berharap kalau suaminya itu pulang.Saat ini Putri sadar, kalau dia sudah terjerat cinta Arman. Disadari atau tidak, Putri memang saat ini tengah merasakan kekhawatiran yang luar biasa. Khawatir jika Arman kenapa-napa di jalan. "Mas ... kenapa kamu gak memberi kabar lagi, sih? Apa Mas gak tahu kalau Putri khawatir sekali?" gumam Putri yang tengah mondar-mandir di depan pintu utama.Tiba-tiba ... pintu rumah digedor seseorang dengan sangat kencang. Tentu saja itu membuat Putri ketakutan. Putri lari dan bersembunyi di dalam kamar. Gedoran pintu itu masih saja terdengar. Bahkan lebih kencang dari yang sebelumnya."Mas Arman ... Putri takut! Hu ... hu ... hu!" rintih Putri dalam kamar. Dia duduk dan memeluk kakinya di atas kasur."Jangan tinggalin Putri, Mas! Putri takut, Mas!" suara Putri makin parau karena memang benar-benar ketakutan.Saat Put
Semenjak kejadian itu, Arman dan Putri jadi semakin dekat. Mereka pun berusaha untuk saling mengenal satu sama lain. Mungkin dengan berjalannya waktu, cinta akan tumbuh diantara mereka."Mas ... Putri siapkan bekal untuk makan siang, ya," seru Putri yang saat itu tengah memasak. "Ya ..." jawab Arman dengan suara yang sedikit kencang karena dia masih ada di kamar. Rumah kontrakan mereka memang rumah kecil, jadi suara dari dapur pun masih bisa di dengar di kamar. Begitupun sebaliknya.Putri semakin hari semakin nyaman dengan Arman. Begitupun sebaliknya. Walaupun mereka masih tidur sendiri-sendiri, tapi sekarang Putri tak ragu-ragu lagi untuk mengakui Arman sebagai suaminya.Arman sudah berangkat bekerja. Sekarang Putri beristirahat sebentar dan setelahnya mau mencuci baju. Baru saja Putri berbaring, suara ponselnya meraung-raung meminta untuk diangkat."Abah?" lirih Putri. Segera Putri mengangkatnya dan menyapa Haji Topan."Halo! Waalaikumsalam, Bah! Kenapa, Bah?" tanya Putri."Suamim
Saat sampai di pos polisi, keduanya masih saja terus adu mulut. Arman yang tak terima istrinya dipukul jelas saja murka."Sudah ... cukup! Kalian berdua kalau masih ribut, kami akan masukkan ke dalam sel!" bentak Pak Yoyok, anggota kepolisian yang kebetulan saat itu menangani mereka.Mendengar bentakan dari Pak Yoyok, Arman dan Sandi mendadak diam. Dalam hati, Arman berulang kali beristigfar untuk mengontrol emosinya. Sedangkan Sandi, memilih memalingkan mukanya ke sisi yang lain."Sekarang jelaskan satu per satu permasalahan kalian," pinta Pak Yoyok dengan nada yang sudah tidak tinggi lagi.Mulailah Arman menjelaskan kronologinya. Sesekali Sandi menimpali Arman. Tapi dengan cepat Pak Yoyok menghentikannya."Sekarang giliran kamu. Coba jelaskan bagaimana awal mulanya?" pinta Pak Yoyok pada Sandi.Sandi menjelaskan dengan menggebu-gebu pokok permasalannya hingga sampai dia menampar Putri di depan suaminya. Pak Yoyok hanya menggelengkan kepalanya karena tak habis pikir dengan kelakuan S
Haji Topan mendadak harus kembali ke kampung karena ada urusan yang tidak bisa diwakilkan orang lain. Dengan terpaksa, Beliau meninggalkan Putri dan Arman berdua kembali. Tapi kali ini Haji Topan bisa sedikit bernafas lega karena melihat perubahan anak perempuannya."Duduk dulu di sini sebentar!" pinta Arman sambil menepuk kursi yang ada disampingnya. Putri menuruti kata Arman dan segera duduk disampingnya."Kamu gak bosen di rumah terus?" tanya Arman basa-basi. Putri mengernyitkan dahinya ketika mendapat pertanyaan yang tidak biasa dari Arman."Emang kenapa, Mas? Mau ajak Putri jalan-jalan?" jawab Putri polos. "Kamu mau?" respon Arman."Serius? Gak bercanda, kan, Mas?" tanya Putri memastikan.Arman menganggukkan kepalanya dan Putri melompat kegirangan. Sikap Putri membuat Arman tertawa kecil. Tawa bahagia tentunya. Dan ini kali pertama Arman merasakan kebahagiaan setelah sekian lama tak merasakannya."Putri selesaikan kerjaan Putri dulu, ya, Mas." Putri berlalu tanpa melihat jalan h
Seperti yang Putri sampaikan sebelumnya, setelah makan, dirinya mengajak Haji Topan dan Arman untuk berbicara serius. Tapi sebelumnya, Putri menghidangkan teh hangat dan juga camilan untuk menemani mereka mengobrol.Haji Topan dan Arman saling adu pandang. Keduanya seakan bertanya pada satu sama lain maksud Putri mengajak mereka bicara. Bahasa tubuh mereka mengatakan hal itu. Mereka melihat Putri berkali-kali mengatur nafas. Mungkin karena apa yang akan dibicarakannya memang penting. Tak ada yang berani bertanya. Baik Haji Topan dan juga Arman hanya sama-sama menunggu Putri bicara."Bah! Mas!" kata pertama yang Putri ucapkan mampu membuat suasana menjadi bertambah tegang."Ya ..." jawab Arman yang juga mewakili Haji Topan."Putri minta maaf untuk semua kesalahan Putri. Putri sadar kalau Putri sudah kelewatan. Maaf karena belum bisa menjadi anak dan istri yang baik. Putri juga sadar kalau apa yang Putri inginkan itu belum tentu yang terbaik buat Putri."Putri berhenti sejenak untuk me
PLAAAAKK! Satu tamparan keras mendarat di pipi Sandi. Ya, Putri menampar mulut Sandi yang seperti perempuan itu. Dan Putri pun langsung berbalik arah pergi meninggalkan rumah Sandi.Sandi yang tak menyangka Putri akan berbuat seperti itu, hanya bisa memegangi pipi yang kena tampar Putri. Perih dan panas rasanya. Istri Sandi yang tak tahu apa-apa hanya bisa diam menyaksikan kejadian itu.Tak ada air mata yang mengalir di pipi Putri. Sudah cukup baginya menjadi Putri yang b*doh. Putri pulang dengan perasaan marah."Dari mana, Put?" tanya Haji Topan saat mendapati putrinya baru saja pulang. Sejak tadi Haji Topan mencari keberadaan Putri tapi tidak ketemu. Mau menelepon Arman tapi tak jadi karena takut mengganggu pekerjaan Arman. Jadilah Haji Topan hanya menunggu kepulangan Putri. Karena Beliau yakin kalau Putri tidak akan pergi jauh."Cari udara segar, Bah!" jawab Putri singkat dan berlalu masuk ke kamar.Di dalam kamar, Putri menumpahkan segala apa yang dirasakannya. Karena setelah ini
Beberapa hari setelah dirawat, Putri sudah diperbolehkan pulang oleh Dokter Radit. Dokter Radit berpesan agar keluarga selalu mendukung dan memperhatikan Putri. Itu akan berguna untuk ketenangan jiwa Putri."Bah, kalau Abah mau pulang gak apa-apa, Bah. Inshaa Allah Arman akan jaga Putri," kata Arman. Dia tahu kalau Haji Topan juga banyak urusan di kampung."Kamu tidak senang Abah di sini, Man?" terka Haji Topan."Bukan begitu, Bah! Arman justru senang kalau Abah mau tetap di sini. Tapi, urusan Abah di sana bagaimana?" jawab Arman jujur."Abah sudah titip sama Mas dan Mbakmu di sana. Abah senang Mas dan Mbakmu sekarang bersatu dan hidup bahagia lagi, Man. Ibumu juga sekarang jauh lebih dari sebelumnya," jelas Haji Topan seraya menerawang jauh ke depan."Alhamdulillah, ya, Bah! Tapi kebahagiaan kami belum lengkap karena Bela masih belum seperti dulu. Bah!" Arman berkata sambil menunduk. Dia menyembunyikan air mata yang memberontak mau keluar."Percayalah, Man, Bela akan bisa seperti dul
Sesampainya di rumah sakit, Haji Topan wajahnya terlihat tegang. Beliau mondar-mandir di depan pintu ruang perawatan Putri. Arman sedikit mempecepat langkahnya kala melihat mertuanya seperti itu."Ada apa, Bah?" tanya Arman. Haji Topan seketika menoleh ke sumber suara. Terlihat Beliau menitikkan air mata."Putri, Man! Putri!" seru Haji Topan."Putri kenapa, Bah?" Arman juga terlihat panik saat Haji Topan menyebut nama Putri."Putri mencoba menyakiti dirinya lagi, Man! Abah bingung, Man! Kita harus bagaimana?" Tangan Haji Topan mencengkram kuat lengan menantunya itu."Astagfirullah! Tenang, Bah! Kita gak boleh panik juga. Nanti urusan Putri biar Arman yang tangani. Abah tenang dulu, ya! Nanti Abah sakit," sahut Arman.Tak lama kemudian, Dokter Radit keluar dari ruangan itu. Beliau sedikit menghela nafas berat sebelum akhirnya berkata,"Putri sudah saya suntik dengan obat penenang. Saat ini hanya dukungan keluarga yang bisa membuat Putri menjadi lebih baik. Karena itu, saya sangat berha
Dokter berkata kalau Putri kehilangan banyak darah akibat percobaan bunuh diri yang Putri lakukan. Beruntung nyawa Putri masih bisa diselamatkan. Haji Topan yang mendengarnya langsung jatuh lemas. Bahkan Beliau harus dipapah Arman untuk duduk di kursi panjang yang tak jauh dari tempatnya menunggu tadi."Bah ... Abah di sini dulu, ya ... Arman belikan air mineral dulu." Arman berlalu meninggalkan Haji Topan seorang diri untuk membeli air mineral dan beberapa makanan.Tak lama, Arman kembali lagi dan memberikan air mineral pada mertuanya. Saat itu, Dokter yang menangani Putri baru saja keluar."Bagaimana keadaan anak saya, Dokter?" Haji Topan bangkit dan langsung menghampiri dokter itu."Alhamdulillah, kita tinggal menunggu pasien siuman saja, Pak!" ucap Dokter Radit. "Lalu, lukanya bagaimana, Dok?" tanya Arman yang masih khawatir."Sudah kita tangani, Pak. Sekarang tinggal masa pemulihan pasien saja. Saran saya, kalau pasien sadar. jangan dulu diberikan pertanyaan yang aneh-aneh. Saya