All Chapters of Pembalasan dari Istri yang Tersakiti: Chapter 91 - Chapter 100

150 Chapters

Bab 91. Keinginan Bude Jamilah

Keinginan Bude Jamilah untuk menguasai harta peninggalan adiknya sangatlah besar. Bukan tanpa alasan dia melakukan itu. Ada rahasia besar yang hanya Bude Jamilah saja yang tahu. Bude Jamilah terjerat rentenir, karena sering meminjam uang hanya untuk gaya-gayaan saja. Total pinjaman hampir seratus juta. Teror dari rentenir pun sering kali Bude Jamilah terima. Sebenarnya, uang dari anaknya cukup untuk kebutuhan sehari-hari, bahkan ada sisa. Tapi ... hanya untuk memenuhi nafs*nya dengan barang-barang mewah, Bude Jamilah rela untuk berhutang.  *****Hari itu, Bude Jamilah meminta Adi untuk melakukan pekerjaannya lagi. Arini harus segera menyerahkan sertifikat rumah adiknya. Karena, dirinya sudah bosan setiap hari di teror para rentenir yang menagih uang padanya. Bahkan tujuan lain dari mencari Arini adalah menghindari para rentenir itu. Namun, usaha itu sia-sia, karena mereka bisa melacak Bud
last updateLast Updated : 2022-09-08
Read more

Bab 92. Disiram Air Keras

Setibanya di kos Bude Jamilah, Adi langsung masuk ke dalam kamar bosnya itu. Dilihatnya Bude Jamilah dengan makan makanan enak. Sedangkan bayarannya yang bulan kemarin saja belum diberikan pada Adi. "Mana bayaranku?!" teriak Adi di dalam kamar. Bude Jamilah tak merespon pertanyaan Adi. Bahkan, Bude Jamilah bersikap seolah-olah Adi tidak ada.  "Hey, perempuan tua! Mana bayaranku?!" Sekali lagi Adi berteriak. Kali ini Bude Jamilah menoleh dan tersenyum sinis. "Kau bilang apa tadi? Perempuan tua? Berani kamu sama saya!" kata Bude Jamilah tak kalah tinggi suaranya. "Kerja aja gak beres kok minta bayaran! Jangan mimpi!" sambung Bude Jamilah lagi. Wajah Adi memerah dan dia keluar dari kamar kos Bude Jamilah menuju motornya. Diambilnya bungkusan plastik yang tergantung di motor dan kembali lagi masuk ke dalam kamar Bude Jamilah. "Sekali lagi aku minta, mana bay
last updateLast Updated : 2022-09-08
Read more

Bab 93. Ditagih Hutang

Salma dan Bela masih merasa khawatir. Tentu saja orang yang menggedor pintu tadi bukan orang sembarangan. Salma melihat keluar dengan menyibakkan sedikit gorden. Namun, betapa terkejutnya Salma ketika mendapati laki-laki sedang berdiri membelakangi pintuk masuk rumah. "Hah?!" Dengan cepat Salma menutup kembali gorden itu. Lalu, dia masuk ke dalam kamar di mana Bela berada. "Ada apa, Mbak? Kok seperti ketakutan begitu," tanya Bela yang melihat Salma masuk kamar dengan wajah tegang. "Gawat, Bel! Gawat!" kata Salma panik. Salma mondar mandir dengan kedua tangannya saling bertautan. "Kenapa, sih, Mbak?" Bela kesal dengan Salma yang tak kunjung menjelaskan padanya. "Di depan ada penagih hutang!" jawab Salma. "Siapa yang berhutang? Kalau ngomong itu yang jelas, Mbak!" sentak Bela. "Aku dan Mas doni! Pasti dia tadi ke rumah. Karena aku sama Mas
last updateLast Updated : 2022-09-09
Read more

Bab 94. Masalah Datang

Keesokan harinya, Salma dan Bela berencana akan ke rumah sakit siang hari. Namun, saat jam sepuluh pagi, sudah ada yang datang bertamu. "Assalamualaikum!" sapa Bu Rita, pemilik WO yang meng-handle pernikahan Arman dan Sarah. "Wa'alaikumsalam!" jawab Bela dari dalam rumah. "Siapa, ya, Mbak?" Bela melirik Salma yang sedang sarapan. Salma hanya mengangkat bahunya tanda tak tahu. "Bela lihat saja lah! Mungkin memang ada perlu." Bela berjalan meninggalkan ruang makan dan membuka pintu. "Maaf dengan siapa?" tanya Bela saat melihat ada ibu paruh bayu bersama seorang pemuda di depan pintu. "Ibu Ida atau Mbak Sarahnya ada? Saya dari WO kemarin. Mau menagih sisa pembayaran," jawab Ibu Rita. Bela yang tidak tahu menahu, menyuruh tamu itu masuk. "Tunggu sebentar, ya, Bu!" Bu Rita mengangguk dan Bela masuk ke dalam menemui kakaknya. 
last updateLast Updated : 2022-09-09
Read more

Bab 95. Sedih

Setelah tahu Indah ada penyakit serius, Arini semakin sering berkunjung ke rumah Firman. Mertua Indah juga sudah tahu dan Beliau meminta Indah fokus dulu ke pengobatan. Jadi, untuk sementara ... pekerjaan kantor akan di handle orang kepercayaan Pak Agung."Ndah ... kapan kamu mau mulai pengobatan?" tanya Arini sore itu. Mereka sedang duduk di taman belakang rumah Indah."Apa aku bisa sembuh, Ar?" Indah menatap ke depan dengan pandangan yang menyimpan banyak tanya."Kenapa kamu bilang begitu, Ndah? Allah itu maha penyembuh! Dan Allah tidak akan mengujimu dengan sakit seperti ini karena Allah yakin kamu mampu!" ucap Arini menyemangati Indah.Dulu ... saat Arini ada masalah, Indah selalu ada untuknya. Sekarang, giliran Arini yang akan membantu Indah menemukan kepercayaan dirinya untuk bisa sembuh. Biarpun Arini dan Firman harus berpura-pura menyetujui permintaan Indah."Kalau Aku gak sembuh ... Aku titip Mas Firman, ya, Ar!" Indah mulai membicarakan hal yang tidak Arini suka sebenarnya.
last updateLast Updated : 2022-09-12
Read more

Bab 96. Menemani Indah

Ketika jam pulang tiba, Arini langsung menyambar tasnya dan berjalan cepat menuju mobilnya. Tak peduli ada orang yang memanggil namanya, karena memang Arini sedang buru-buru."Bang ... kita ke rumah sakit, ya!" kata Arini pada Joni."Baik, Non!" jawab Joni singkat.Mobil yang ditumpangi Arini melacu dengan kecepatan sedang, memecah macetnya jalanan kota. Walaupun ramai kendaraan disekelilingnya, Arini merasa kosong dan hampa. Pikirannya tertuju pada Indah yang sedang berjuang melawan penyakitnya.*****"Gimana Indah, Mas?" tanya Arini saat sudah berada di ruangan Indah."Alhamdulillah kemonya lancar. Tapi, ya begitu, Ar ... sudah beberapa kali Indah mual dan muntah karena efek kemonya." Firman mendesah dan melihat Indah yang berbaring dengan mata terpejam.Ada rasa tak tega melihat istrinya kesakitan seperti itu. Tapi, ini adalah salah satu usaha yang bisa membawa Indah pada kesembuhan."Mas Firman makan saja dulu. Biar Arini yang jaga Indah di sini," kata Arini. Firman yang memang s
last updateLast Updated : 2022-09-12
Read more

Bab 97. Setia Mendampingi

Sebenarnya, pasca kemoterapi, pasien bisa langsung pulang. Tapi, Firman memilih untuk tetap di rumah sakit karena dia juga ada operasi sesar darurat malam itu. Tak mungkin membiarkan Indah sendirian di saat-saat seperti itu."Aku saja yang menjaga Indah malam ini, Mas. Kamu gak usah khawatir," ujar Arini."Tidak usah, Ar! Aku akan meminta bantuan perawat di sini saja. Aku sudah terlalu banyak merepotkanmu," tolak Firman."Gak apa-apa, Mas. Indah itu sahabatku, Mas. Tak mungkin aku membiarkannya seorang diri," sanggah Arini."Mas Firman benar, Ar! Kami sudah terlalu banyak merepotkanmu. Sekarang kamu pulang dulu saja. Besok bisa ke sini lagi, kan?" Indah pun juga merasa tidak enak pada Arini."Tapi, Ndah ...""Sudah ... kamu pulang saja, Ar! Ada teman-teman Mas Firman yang selalu siap dan sigap membantuku di sini. Iya, kan, Mas?" Indah menoleh ke arah suaminya dan dijawab dengan anggukan pelan."Ya sudah kalau begitu. Tapi ... kalau kamu butuh bantuan, jangan segan-segan telepon aku, y
last updateLast Updated : 2022-09-12
Read more

Bab 98. Bayar Hutang

"Sudahlah ... cukup aku bantu Bela saja dari jauh. Dengan begitu, aku akan merasa lebih baik. Mungkin, perlahan-lahan, aku juga harus mengubur masa laluku dengan mereka. Sebentar lagi aku juga akan bercerai dengan Mas Arman," batin Arini menolak. Teringat saat sidang pertama berlangsung, itu tepat dua hari setelah Arman menikah. Arman tidak datang dalam persidangan itu. Arini tak tahu menahu kalau Arman sedang ada di rumah sakit. Hakim memutuskan untuk menunda sidangnya sampai satu bulan lamanya. Dalam hati, ada perasaan kesal bercampur marah pada Arman. Harapannya untuk segera bercerai harus dia tahan lebih lama sedikit. Setelah Arini pulang, barulah dia tahu alasan kenapa Arman tidak datang ke persidangan. Maka dari itu, ada rasa iba saat melihat Bela tidak bisa membayar rumah sakit.  Diam-diam, Pak Danu memang meminta satu anak buahnya memata-matai keluarga Arman. Pak Danu juga berkata pada Arini kalau akses Sara
last updateLast Updated : 2022-09-13
Read more

Bab 99. Panggilan Sidang Kedua

Undangan sidang kedua untuk Arman masih dikirim ke alamatnya, karena Arini pun sekarang tidak tahu tempat tinggal Arman yang baru. Setelah terdiam beberapa saat, Arini memberanikan diri bersuara. "Maaf sebelumnya, Mas! Dua hari lagi ada sidang kedua perceraian kita. Aku harap ... Mas Arman berkenan hadir! Biar status pernikahan kita lebih jelas," tutur Arini. Ada sedikit rasa was-was dengan jawaban Arman. Tapi, dia segera tepis rasa itu.  Arman tak langsung menjawab. Dihelanya nafas panjang untuk menghilangkan sesak di dada. Tak ada gunanya meneruskan hubungan yang sudah tidak dikehendaki salah satu pihak. "Baik, aku janji akan datang!" jawab Arman pada akhirnya. "Terima kasih! Kalau begitu, saya tutup dulu, Mas. Assalamualaikum!"  "Waalaikumsalam!" Kemarin Arman baru saja akan menanyakan hal itu pada Arini. Tapi ternyata, pagi ini Arini sudah membe
last updateLast Updated : 2022-09-13
Read more

Bab 100. Kondisi Indah

Sampai di rumah Indah, Pak Danu langsung pulang. Nanti Arini pulang akan dijemput Joni. Terlihat Indah sedang menyirami tamanan di halaman rumahnya. "Assalammualaikum!" sapa Arini dengan tersenyum. Melihat Indah masih bersemangat, membuat hatinya ikut bahagia. "Waalaikumsalam! Wah ... kedatangan tuan putri dari mana ini?" jawab Indah cekikikan. "Tuan putri apaan? Ha ... ha ... ha!" Arini tertawa. Melihat Arini tertawa, Indah pun ikut tertawa. "Yuk, masuk! Mau minum apa, Non?" ledek Indah. "Milkshake boleh atau kalau enggak ... ehm, dalgona juga boleh?" Arini membalas ledekan Indah. "Ha ... ha ... ha ..." Indah tertawa dan langsung menuju dapur. "Mbok, tolong bikinin minuman dua, ya?" perintah Indah pada Mbok Surti, pembantu baru mereka. Semenjak Indah sakit, Firman memintanya untuk istirahat dan fokus pada pengobatann
last updateLast Updated : 2022-09-14
Read more
PREV
1
...
89101112
...
15
DMCA.com Protection Status