Share

Bab 97. Setia Mendampingi

Author: Flam_boyan
last update Last Updated: 2022-09-12 16:48:01

Sebenarnya, pasca kemoterapi, pasien bisa langsung pulang. Tapi, Firman memilih untuk tetap di rumah sakit karena dia juga ada operasi sesar darurat malam itu. Tak mungkin membiarkan Indah sendirian di saat-saat seperti itu.

"Aku saja yang menjaga Indah malam ini, Mas. Kamu gak usah khawatir," ujar Arini.

"Tidak usah, Ar! Aku akan meminta bantuan perawat di sini saja. Aku sudah terlalu banyak merepotkanmu," tolak Firman.

"Gak apa-apa, Mas. Indah itu sahabatku, Mas. Tak mungkin aku membiarkannya seorang diri," sanggah Arini.

"Mas Firman benar, Ar! Kami sudah terlalu banyak merepotkanmu. Sekarang kamu pulang dulu saja. Besok bisa ke sini lagi, kan?" Indah pun juga merasa tidak enak pada Arini.

"Tapi, Ndah ..."

"Sudah ... kamu pulang saja, Ar! Ada teman-teman Mas Firman yang selalu siap dan sigap membantuku di sini. Iya, kan, Mas?" Indah menoleh ke arah suaminya dan dijawab dengan anggukan pelan.

"Ya sudah kalau begitu. Tapi ... kalau kamu butuh bantuan, jangan segan-segan telepon aku, y
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 98. Bayar Hutang

    "Sudahlah ... cukup aku bantu Bela saja dari jauh. Dengan begitu, aku akan merasa lebih baik. Mungkin, perlahan-lahan, aku juga harus mengubur masa laluku dengan mereka. Sebentar lagi aku juga akan bercerai dengan Mas Arman," batin Arini menolak.Teringat saat sidang pertama berlangsung, itu tepat dua hari setelah Arman menikah. Arman tidak datang dalam persidangan itu. Arini tak tahu menahu kalau Arman sedang ada di rumah sakit. Hakim memutuskan untuk menunda sidangnya sampai satu bulan lamanya.Dalam hati, ada perasaan kesal bercampur marah pada Arman. Harapannya untuk segera bercerai harus dia tahan lebih lama sedikit. Setelah Arini pulang, barulah dia tahu alasan kenapa Arman tidak datang ke persidangan. Maka dari itu, ada rasa iba saat melihat Bela tidak bisa membayar rumah sakit.Diam-diam, Pak Danu memang meminta satu anak buahnya memata-matai keluarga Arman. Pak Danu juga berkata pada Arini kalau akses Sara

    Last Updated : 2022-09-13
  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 99. Panggilan Sidang Kedua

    Undangan sidang kedua untuk Arman masih dikirim ke alamatnya, karena Arini pun sekarang tidak tahu tempat tinggal Arman yang baru. Setelah terdiam beberapa saat, Arini memberanikan diri bersuara."Maaf sebelumnya, Mas! Dua hari lagi ada sidang kedua perceraian kita. Aku harap ... Mas Arman berkenan hadir! Biar status pernikahan kita lebih jelas," tutur Arini. Ada sedikit rasa was-was dengan jawaban Arman. Tapi, dia segera tepis rasa itu.Arman tak langsung menjawab. Dihelanya nafas panjang untuk menghilangkan sesak di dada. Tak ada gunanya meneruskan hubungan yang sudah tidak dikehendaki salah satu pihak."Baik, aku janji akan datang!" jawab Arman pada akhirnya."Terima kasih! Kalau begitu, saya tutup dulu, Mas. Assalamualaikum!""Waalaikumsalam!"Kemarin Arman baru saja akan menanyakan hal itu pada Arini. Tapi ternyata, pagi ini Arini sudah membe

    Last Updated : 2022-09-13
  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 100. Kondisi Indah

    Sampai di rumah Indah, Pak Danu langsung pulang. Nanti Arini pulang akan dijemput Joni. Terlihat Indah sedang menyirami tamanan di halaman rumahnya."Assalammualaikum!" sapa Arini dengan tersenyum. Melihat Indah masih bersemangat, membuat hatinya ikut bahagia."Waalaikumsalam! Wah ... kedatangan tuan putri dari mana ini?" jawab Indah cekikikan."Tuan putri apaan? Ha ... ha ... ha!" Arini tertawa. Melihat Arini tertawa, Indah pun ikut tertawa."Yuk, masuk! Mau minum apa, Non?" ledek Indah."Milkshake boleh atau kalau enggak ... ehm, dalgona juga boleh?" Arini membalas ledekan Indah."Ha ... ha ... ha ..." Indah tertawa dan langsung menuju dapur."Mbok, tolong bikinin minuman dua, ya?" perintah Indah pada Mbok Surti, pembantu baru mereka.Semenjak Indah sakit, Firman memintanya untuk istirahat dan fokus pada pengobatann

    Last Updated : 2022-09-14
  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 101. Luapan Hati Arini

    Jadilah hari itu, Arini meluapkan semua yang dia rasa. Bukan untuk membuat Indah hilang semangat, tapi ... justru membangkitkan semangat Indah yang sudah hilang.Indah begitu meresapi apa yang Arini katakan. Betapa egoisnya Indah saat meminta Firman dan Arini menikah! Bukan hanya menyakiti diri Indah sendiri. Tetapi ternyata itu juga menyakiti hati Firman dan juga Arini."Maafkan aku, ya, Ar! Aku terlalu egois!Aku tidak memikirkan perasaan kalian. Maafkan aku!" Indah menangis tergugu memeluk Arini.Arini mengusap pelan punggung sahabatny itu. Membiarkannya meluapkan semuanya lewat tangisan. Saat isakannya agak reda, baru Arini merenggangkan pelukannya."Sudah agak baikan? Sekarang kamu tahu, kan, apa yang aku dan Mas Firman rasakan? Jadi stop memikirkan hal itu, ya, Ndah! Kalian berhak bahagia! Dan aku yakin Allah akan menyembuhkanmu, selama kamu mau berusaha," Arini memberi wejangan lagi pada Indah.

    Last Updated : 2022-09-14
  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 102. Ternyata Rahman

    "Pa, kalau Arini punya sopir pribadi sendiri, Papa keberatan gak?" tanya Arini saat mereka selesai makan malam. "Memang Joni kenapa? Kerjanya kurang bagus? tanya balik Pak Danu."Bukan begitu, Pa! Kan Bang Joni biar gak bolak balik jemput Arini atau Papa. Lagian kalau Arini nunggu terlalu lama juga bosen, Pa! Keburu badmood, Pa!" ujar Arini mencari pembenaran. Pak Danu melihat Arini yang merengek seperti anak kecil."Ya sudah, nanti Papa carikan, ya!" kata Pak Danu tersenyum."Gak usah, Pa! Arini udah ada orangnya," ucap Arini sambil memamerkan deretan giginya. Dahi Pak Danu melipat mendengar perkataannya Arini."Kapan kamu mencarinya? Apa orangnya bisa dipercaya?" Pak Danu ragu pada orang pilihan Arini."Papa gak usah khawatir! Arini bisa jamin yang ini bisa dipercaya banget!" Arini mengacungkan kedua jempol pada Pak Danu."Ya sudah ... terserah kamu saja!" Terima kasih, Pa!"*****Hari sebelumnya, Farah benar-benar datang dengan sepupunya yang ingin mencari kerja.Tok! Tok! Tok!"

    Last Updated : 2022-10-14
  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 103. Mulai Kerja

    Arini dan Pak Danu pun masuk ke dalam dan bersiap-siap dengan urusannya masing-masing. Hari ini Arini akan mengecek bahan makanan, karena dua hari lagi akan ada yang berpesta di restorannya. "Pa ... Arini berangkat dulu, ya?" kata Arini sambil mencium punggung tangan Pak Danu."Hati-hati di jalan, ya!" balas Pak Danu. Tangannya mengelus pucuk jilbab yang menutupi rambut Arini.Mulai hari ini, Arini memutuskan untuk memakai jilbab. Dirinya ingin semakin mendekatkan diri pada Allah SWT. "Bang Rahman sudah siap? Kita berangkat, ya?" Hari ini penampilan Arini jauh lebih menentramkan hati. Rahman pun sampai tak berkedip dibuatnya.Tadi memang saat keluar Arini memakai jilbab, tapi kali ini ... dengan pakaian dan juga make up tipis, membuatnya semakin mempesona."Bang!" Suara Arini yang sedikit keras membuat Rahman kaget dan gelagapan."Ah i—ya ... maaf, Mbak!" "Jangan banyak ngelamunnya, Bang, entar kesambet s*tan lho!" ujar Arini terkikik. Rahman yang malu, menggaruk kepala yang sebena

    Last Updated : 2022-10-14
  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 104. Bertemu Tuti

    Mata Arini tak lepas dari perempuan itu. Semakin dekat dengan keberadaan perempuan itu, Arini semakin yakin kalau perempuan itu adalah Tuti. "Aku yakin itu Tuti! Tapi ... kenapa sekarang dia seperti itu? Wajahnya juga jadi berubah! Kalu bukan karena tompel yang ada di pipinya itu, aku juga tak akan bisa mengenalinya," batin Arini.Tuti memang punya tompel di pipi dengan ukuran yang lumayan besar. Namun, biarpun ada tompel, sebenarnya Tuti wajahnya juga lumayan. Dia hanya salah jalan. Demi agar terlihat seperti selebriti, Tuti rela memasang susuk.Sekarang Tuti sedang merasakan akibat dari perbuatannya. Wajahnya menjadi belang dan juga banyak badannya banyak bekas koreng.Jika mengingat ke belakang, saat Tuti dan Doni mendapatkan musibah, sebenarnya itu adalah peringatan untuk mereka. Beruntung, saat mereka tak tahu harus membayar rumah sakit pakai apa, ada Pak Haji yang membantunya. Tuti dan Doni tak mengenal orang itu. Pak Haji tak sengaja mendengar percakapan petugas kasir saat se

    Last Updated : 2022-10-14
  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 105. Karma Untukmu

    "STOP, Mas! Jangan memaksaku!" Tuti memotong kalimat Doni dengan sedikit berteriak.Dan di rumah sakit itulah Doni dan Tuti berpisah. Sudah segala hal Doni lakukan untuk membujuk Tuti. Namun, percuma saja, Tuti belum mendapatkan hidàyah dari Allah.Doni pergi ke alamat yang diberikan oleh Pak Haji. Di sana, dia belajar banyak ilmu agama dan tentu saja lebih mendekatkan diri pada Allah SWT.Sedangkan Tuti, dia nekat kembali ke kota di mana dulu dia tinggal. Uang yang diberikan Pak Haji pada Doni dibagi dengannya. Jumlahnya memang tidaklah banyak, tapi ... kalau untuk menuju ke kota, masih ada sisa.*****Sudah lama sekali Tuti tidak ke rumah Mbah Gondrong. Keterbatasan dana membuatnya abai akan hal-hal yang harus dia lakukan untuk membuat susuk di wajahnya tetap bekerja dan awet. Suatu ketika, Tuti lupa kalau Mbah Gondrong pernah berpesan jangan sampai makan segala jenis pisanv. Pada saat kembali ke kota, Tuti bekerja di klub malam.Naasnya, saat Tuti sedang menemani sakah satu pelang

    Last Updated : 2022-10-14

Latest chapter

  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 150. Akhir yang Bahagia

    Jam hampir menunjukkan pukul dua belas malam. Tapi, Arman tak kunjung pulang atau menghubungi Putri. Berkali-kali Putri melihat keluar jendela, berharap kalau suaminya itu pulang.Saat ini Putri sadar, kalau dia sudah terjerat cinta Arman. Disadari atau tidak, Putri memang saat ini tengah merasakan kekhawatiran yang luar biasa. Khawatir jika Arman kenapa-napa di jalan. "Mas ... kenapa kamu gak memberi kabar lagi, sih? Apa Mas gak tahu kalau Putri khawatir sekali?" gumam Putri yang tengah mondar-mandir di depan pintu utama.Tiba-tiba ... pintu rumah digedor seseorang dengan sangat kencang. Tentu saja itu membuat Putri ketakutan. Putri lari dan bersembunyi di dalam kamar. Gedoran pintu itu masih saja terdengar. Bahkan lebih kencang dari yang sebelumnya."Mas Arman ... Putri takut! Hu ... hu ... hu!" rintih Putri dalam kamar. Dia duduk dan memeluk kakinya di atas kasur."Jangan tinggalin Putri, Mas! Putri takut, Mas!" suara Putri makin parau karena memang benar-benar ketakutan.Saat Put

  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 149. Terketuk Hatinya

    Semenjak kejadian itu, Arman dan Putri jadi semakin dekat. Mereka pun berusaha untuk saling mengenal satu sama lain. Mungkin dengan berjalannya waktu, cinta akan tumbuh diantara mereka."Mas ... Putri siapkan bekal untuk makan siang, ya," seru Putri yang saat itu tengah memasak. "Ya ..." jawab Arman dengan suara yang sedikit kencang karena dia masih ada di kamar. Rumah kontrakan mereka memang rumah kecil, jadi suara dari dapur pun masih bisa di dengar di kamar. Begitupun sebaliknya.Putri semakin hari semakin nyaman dengan Arman. Begitupun sebaliknya. Walaupun mereka masih tidur sendiri-sendiri, tapi sekarang Putri tak ragu-ragu lagi untuk mengakui Arman sebagai suaminya.Arman sudah berangkat bekerja. Sekarang Putri beristirahat sebentar dan setelahnya mau mencuci baju. Baru saja Putri berbaring, suara ponselnya meraung-raung meminta untuk diangkat."Abah?" lirih Putri. Segera Putri mengangkatnya dan menyapa Haji Topan."Halo! Waalaikumsalam, Bah! Kenapa, Bah?" tanya Putri."Suamim

  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 148. Berselisih

    Saat sampai di pos polisi, keduanya masih saja terus adu mulut. Arman yang tak terima istrinya dipukul jelas saja murka."Sudah ... cukup! Kalian berdua kalau masih ribut, kami akan masukkan ke dalam sel!" bentak Pak Yoyok, anggota kepolisian yang kebetulan saat itu menangani mereka.Mendengar bentakan dari Pak Yoyok, Arman dan Sandi mendadak diam. Dalam hati, Arman berulang kali beristigfar untuk mengontrol emosinya. Sedangkan Sandi, memilih memalingkan mukanya ke sisi yang lain."Sekarang jelaskan satu per satu permasalahan kalian," pinta Pak Yoyok dengan nada yang sudah tidak tinggi lagi.Mulailah Arman menjelaskan kronologinya. Sesekali Sandi menimpali Arman. Tapi dengan cepat Pak Yoyok menghentikannya."Sekarang giliran kamu. Coba jelaskan bagaimana awal mulanya?" pinta Pak Yoyok pada Sandi.Sandi menjelaskan dengan menggebu-gebu pokok permasalannya hingga sampai dia menampar Putri di depan suaminya. Pak Yoyok hanya menggelengkan kepalanya karena tak habis pikir dengan kelakuan S

  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 147. Mungkinkah Tumbuh Cinta?

    Haji Topan mendadak harus kembali ke kampung karena ada urusan yang tidak bisa diwakilkan orang lain. Dengan terpaksa, Beliau meninggalkan Putri dan Arman berdua kembali. Tapi kali ini Haji Topan bisa sedikit bernafas lega karena melihat perubahan anak perempuannya."Duduk dulu di sini sebentar!" pinta Arman sambil menepuk kursi yang ada disampingnya. Putri menuruti kata Arman dan segera duduk disampingnya."Kamu gak bosen di rumah terus?" tanya Arman basa-basi. Putri mengernyitkan dahinya ketika mendapat pertanyaan yang tidak biasa dari Arman."Emang kenapa, Mas? Mau ajak Putri jalan-jalan?" jawab Putri polos. "Kamu mau?" respon Arman."Serius? Gak bercanda, kan, Mas?" tanya Putri memastikan.Arman menganggukkan kepalanya dan Putri melompat kegirangan. Sikap Putri membuat Arman tertawa kecil. Tawa bahagia tentunya. Dan ini kali pertama Arman merasakan kebahagiaan setelah sekian lama tak merasakannya."Putri selesaikan kerjaan Putri dulu, ya, Mas." Putri berlalu tanpa melihat jalan h

  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 146. Mencoba Menerima Takdir

    Seperti yang Putri sampaikan sebelumnya, setelah makan, dirinya mengajak Haji Topan dan Arman untuk berbicara serius. Tapi sebelumnya, Putri menghidangkan teh hangat dan juga camilan untuk menemani mereka mengobrol.Haji Topan dan Arman saling adu pandang. Keduanya seakan bertanya pada satu sama lain maksud Putri mengajak mereka bicara. Bahasa tubuh mereka mengatakan hal itu. Mereka melihat Putri berkali-kali mengatur nafas. Mungkin karena apa yang akan dibicarakannya memang penting. Tak ada yang berani bertanya. Baik Haji Topan dan juga Arman hanya sama-sama menunggu Putri bicara."Bah! Mas!" kata pertama yang Putri ucapkan mampu membuat suasana menjadi bertambah tegang."Ya ..." jawab Arman yang juga mewakili Haji Topan."Putri minta maaf untuk semua kesalahan Putri. Putri sadar kalau Putri sudah kelewatan. Maaf karena belum bisa menjadi anak dan istri yang baik. Putri juga sadar kalau apa yang Putri inginkan itu belum tentu yang terbaik buat Putri."Putri berhenti sejenak untuk me

  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 145. Jadi Pendiam

    PLAAAAKK! Satu tamparan keras mendarat di pipi Sandi. Ya, Putri menampar mulut Sandi yang seperti perempuan itu. Dan Putri pun langsung berbalik arah pergi meninggalkan rumah Sandi.Sandi yang tak menyangka Putri akan berbuat seperti itu, hanya bisa memegangi pipi yang kena tampar Putri. Perih dan panas rasanya. Istri Sandi yang tak tahu apa-apa hanya bisa diam menyaksikan kejadian itu.Tak ada air mata yang mengalir di pipi Putri. Sudah cukup baginya menjadi Putri yang b*doh. Putri pulang dengan perasaan marah."Dari mana, Put?" tanya Haji Topan saat mendapati putrinya baru saja pulang. Sejak tadi Haji Topan mencari keberadaan Putri tapi tidak ketemu. Mau menelepon Arman tapi tak jadi karena takut mengganggu pekerjaan Arman. Jadilah Haji Topan hanya menunggu kepulangan Putri. Karena Beliau yakin kalau Putri tidak akan pergi jauh."Cari udara segar, Bah!" jawab Putri singkat dan berlalu masuk ke kamar.Di dalam kamar, Putri menumpahkan segala apa yang dirasakannya. Karena setelah ini

  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 144. Mencari Kebenaran

    Beberapa hari setelah dirawat, Putri sudah diperbolehkan pulang oleh Dokter Radit. Dokter Radit berpesan agar keluarga selalu mendukung dan memperhatikan Putri. Itu akan berguna untuk ketenangan jiwa Putri."Bah, kalau Abah mau pulang gak apa-apa, Bah. Inshaa Allah Arman akan jaga Putri," kata Arman. Dia tahu kalau Haji Topan juga banyak urusan di kampung."Kamu tidak senang Abah di sini, Man?" terka Haji Topan."Bukan begitu, Bah! Arman justru senang kalau Abah mau tetap di sini. Tapi, urusan Abah di sana bagaimana?" jawab Arman jujur."Abah sudah titip sama Mas dan Mbakmu di sana. Abah senang Mas dan Mbakmu sekarang bersatu dan hidup bahagia lagi, Man. Ibumu juga sekarang jauh lebih dari sebelumnya," jelas Haji Topan seraya menerawang jauh ke depan."Alhamdulillah, ya, Bah! Tapi kebahagiaan kami belum lengkap karena Bela masih belum seperti dulu. Bah!" Arman berkata sambil menunduk. Dia menyembunyikan air mata yang memberontak mau keluar."Percayalah, Man, Bela akan bisa seperti dul

  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 143. Keadaan Putri

    Sesampainya di rumah sakit, Haji Topan wajahnya terlihat tegang. Beliau mondar-mandir di depan pintu ruang perawatan Putri. Arman sedikit mempecepat langkahnya kala melihat mertuanya seperti itu."Ada apa, Bah?" tanya Arman. Haji Topan seketika menoleh ke sumber suara. Terlihat Beliau menitikkan air mata."Putri, Man! Putri!" seru Haji Topan."Putri kenapa, Bah?" Arman juga terlihat panik saat Haji Topan menyebut nama Putri."Putri mencoba menyakiti dirinya lagi, Man! Abah bingung, Man! Kita harus bagaimana?" Tangan Haji Topan mencengkram kuat lengan menantunya itu."Astagfirullah! Tenang, Bah! Kita gak boleh panik juga. Nanti urusan Putri biar Arman yang tangani. Abah tenang dulu, ya! Nanti Abah sakit," sahut Arman.Tak lama kemudian, Dokter Radit keluar dari ruangan itu. Beliau sedikit menghela nafas berat sebelum akhirnya berkata,"Putri sudah saya suntik dengan obat penenang. Saat ini hanya dukungan keluarga yang bisa membuat Putri menjadi lebih baik. Karena itu, saya sangat berha

  • Pembalasan dari Istri yang Tersakiti   Bab 142. Mencari Sandi

    Dokter berkata kalau Putri kehilangan banyak darah akibat percobaan bunuh diri yang Putri lakukan. Beruntung nyawa Putri masih bisa diselamatkan. Haji Topan yang mendengarnya langsung jatuh lemas. Bahkan Beliau harus dipapah Arman untuk duduk di kursi panjang yang tak jauh dari tempatnya menunggu tadi."Bah ... Abah di sini dulu, ya ... Arman belikan air mineral dulu." Arman berlalu meninggalkan Haji Topan seorang diri untuk membeli air mineral dan beberapa makanan.Tak lama, Arman kembali lagi dan memberikan air mineral pada mertuanya. Saat itu, Dokter yang menangani Putri baru saja keluar."Bagaimana keadaan anak saya, Dokter?" Haji Topan bangkit dan langsung menghampiri dokter itu."Alhamdulillah, kita tinggal menunggu pasien siuman saja, Pak!" ucap Dokter Radit. "Lalu, lukanya bagaimana, Dok?" tanya Arman yang masih khawatir."Sudah kita tangani, Pak. Sekarang tinggal masa pemulihan pasien saja. Saran saya, kalau pasien sadar. jangan dulu diberikan pertanyaan yang aneh-aneh. Saya

DMCA.com Protection Status