POV Ilham Kulajukan kuda besi dengan tekad bulat dan berharap Intan mau memaafkan Rita. Namun, sesuatu di depan mata membuat diriku terdiam. Rita nekad menghadangku dengan cepat. "Mas Ilham, jangan pergi." Kedua netra sayu, wajah memelas dan bibir bergetar. Aku terdiam ketika ia memanggilku dengan sebutan mas. Beberapa bulan ini ia selalu memanggilku dengan nama saja tanpa ada embel-embel mas. Sikapnya juga tak seperti seorang istri. "Kita bicarakan baik-baik di dalam," ucap istriku dengan suara lembut hingga hati ini luluh seketika. Wajah yang pertama kali bertemu muncul kembali. Tak seperti biasanya seperti nenek lampir. Apakah istriku sudah berubah hingga ia berkata seperti itu. Semoga saja ia berubah menjadi Rita yang lebih baik. "Ini sudah malam. Perjalanan juga jauh kita berbicara di dalam," rayuannya mengoda. Tutur katanya halus sekali. Kumundurkan motorku ke tempat semula, mengikuti langkah istriku masuk ke dalam. Rita mengambil gelas dan mengisi dengan kopi sachet se
Read more