All Chapters of Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami: Chapter 91 - Chapter 100

143 Chapters

Sembilan Puluh Satu

"Sherly, mengapa wajahnya mirip denganku. Apakah dia yang dikatakan Om Leo atau bukan, ya?" "Di dunia ini ada tujuh orang yang berwajah sama. Jangan kamu pikirkan. Lebih baik kita pulang atau mau makan ke nasi goreng tempat favorit kita?" Sebenarnya, aku ingin berbicara dengan wanita itu. Tetapi, Sherly menarik tanganku agar menjauh. Kami tak ingin ketahuan dengan pakaian layaknya laki-laki. "Kenapa masih bengong?" tanya Sherly fokus mengendarai mobil. "Entahlah." Aku mengidikkan bahu. "Hanya karena berwajah sama kamu jadi melamun?" Sherly melirikku sekilas dan kedua mata kembali menatap ke depan kaca mobil. "Tidak bukan itu. Aku merasa ada sesuatu yang mengganjal. Tapi, tak tahu itu apa?" "Mana jiwa dektetifmu apa kamu lupa kalau dulu kamu siapa?" Wajah Sherly tampak menyeringai. Apa yang dikatakan sahabatku itu benar. Aku harus mencari tahu kebenarannya. Mama adalah tersangka pertama yang harus aku tanyakan. Kami akhirnya makan nasi goreng pinggir jalan, tempat favorit se
Read more

Sembilan Puluh Dua

Mobil mama berhenti di sebuah bank yang tak jauh dari rumah. Mama pasti akan mengambil uang yang telah aku transfer ke rekeningnya karena jumlah yang banyak ia memilih bank sebagai transaksi tarik tunai. Aku masih menunggu di dalam mobil agar Mama tak melihatku. Kuberikan permintaan kepada supir taksi online yang aku janjikan uang dua kali lipat dari tarif dan akan memberikan tips asal ia mau mengikuti permintaan. Ia pun menyetujuinya. Setengah jam lebih Mama baru keluar dari gedung Bank itu. Ia tampak memeluk amplop coklat di dadanya. Sudah pasti isinya uang dan bukan bom. Kami mengikuti kembali mobil Mama. Nampak mobil itu melanjutkan ke arah kota. Tepatnya, Jakarta Utara. "Mama mau ke mana, ya?" Tak lama kemudian Mama masuk ke kawasan Ancol. Ia mengendarai mobil perlahan seperti mencari seseorang. Hingga Mama menemukan mobil seseorang terparkir di pinggir pantai dengan pintu sedikit terbuka. Tak lama kemudian pemilik mobil itu keluar melepaskan kacamata hitam yang sejak tadi
Read more

Sembilan Puluh Tiga

Bab 93"Ma, please." Kubuat wajah memelas agar mama tahu perasaanku. "Wanita ini tentemu," ungkap Mama menundukkan kepala. "Berarti dia adiknya Mama?" Mama diam tak merespon. Kalau Tante Aura adalah tanteku artinya adik mama atau papa. Kenapa harus menyogok adiknya sendiri memang apa yang mereka rahasiakan dari aku. "Bukan, saya bukan adiknya. Saya ini adik dari ibu kandungmu," ucap wanita di hadapan Mama lantang. Tubuhku hampir terhuyung, kalau dia adiknya ibu kandungku artinya aku bukan anak mama. Ya Tuhan cobaan apa ini. "Intan kamu tak apa?" Mama menahan tubuhku agar tak terjatuh. Hal yang tak pernah kuketahui kini terungkap. Aku masih belum bisa mencerna ucapan dari Tante Aura. "Ma, apa benar yang dikatakannya?" "Benar. Dia adik ibu kandungmu, wanita yang melahirkanmu." Seketika itu suara mama berubah menjadi tangisan. Tangisan yang tak kumengerti. Seharusnya aku yang menangis kenapa mama yang melakukan itu. "Ma, kenapa?" Aku berhak tahu kenapa sebesar ini dan sudah m
Read more

Sembilan Puluh Empat

Bab 94 POV Mama(Masa Lalu)Langkah kakiku gontai menuju tempat itu. Aku mengandeng putri kesayangan. Kedua netra nampak kecewa tapi aku tak akan membiarkan kesedihannya berlarut. Aku tahu aku salah telah merahasiakan semuanya. Kini, aku berdiri di makam seorang wanita yang dicintai suamiku. Aku hanya bisa berdoa semoga mereka bahagia di akhirat walau di dunia mereka tak bersatu. "Ma, mereka?" "Mereka meninggal di tahun yang sama hanya beda dua bulan saja papamu menyusulnya. Wanita yang telah dicintai olehnya." Sungguh sakit hati ini mengatakan hal sesungguhnya. Tapi, aku lebih sakit lagi ketika Intan akan pergi meninggalkanku. Putriku yang mengobati luka dengan senyum dan manjanya. Semua ini dimulai dari masa lalu yang menyakitkan hati. Kukuatkan tubuh ini agar bisa menyelesaikan semuanya. Satu persatu kejadian berputar bagaikan kaset rusak. "Mas, kita harus menikah suka atau tidak." Aku berada di sebuah kontrakan sederhana berdiri di hadapan seseorang berwajah bimbang. Aku m
Read more

Sembilan Puluh lima

Bab 95 "Dewi!" Kedua netraku membulat melihat seorang pria gagah dengan balutan jas. "Papa!" Aku malu menatap lelaki cinta pertamaku. Darimana ia tahu aku berada di sini. Tidak, ia tak boleh dengan apa yang terjadi. "Kamu ngapain di hotel?" tanya Papa menatapku dengan rambut basah. "Hanya menginap. Aku suntuk di rumah." Alasan yang tepat untukku. Aku tak mengizinkan Papa untuk masuk. Bisa gawat kalau ia masuk. Jangan sampai ia tahu. Aku yakin Papa akan membunuh pria bule itu. "Pulanglah, kasihan Mama sendirian." "Papa tahu dari mana aku di sini?" "Mobilmu. Masa kamu lupa ini hotel milik siapa?" Aku baru ingat hotel ini milik sepupu Papa. Ada sebagian saham Papa di sini. Suara ponsel Papa berdering, ia segera berpamitan karena ada meeting di hotel ini untung saja Papa tak masuk ke dalam. Kamar hotel ini seperti kamar kandang ayam.Kututup pintu perlahan dan bernapas lega. Setidaknya, saat ini aku aman. Aku segera mengenakan kembali pakaian dan pergi dari kamar ini. **"D
Read more

Sembilan Puluh Enam

Bab 96(Masa Lalu Mama) "Aku ingin bicara." Bahasa Indonesianya terdengar fasih sepertinya dia sudah lama berada di Indonesia atau bisa saja salah satu orang tuanya keturunan Indonesia. "Aku tak punya urusan denganmu." Kuambil pakaian yang tergeletak di lantai dan meletakkan kembali ke tempat semula. "Benarkah? Apa kamu tak akan menyesal?" Salah satu alisnya terangkat. "Lihatlah, baik-baik!"Hal yang tak aku duga ia memperlihatkan video aku dengannya ketika malam itu. Astaga, sadar tak sadar aku memeluknya. Aku bagaikan wanita binal melakukan hal seperti itu. Sungguh miris sekali. "Ikut aku atau akan aku sebarkan, Dewi," ancamnya dengan tatapan tajam yang menusuk ke jantung. Dari mana dia tahu nama kesayangan keluargaku, ini tak boleh dibiarkan terjadi. Hanya keluargaku yang dapat memanggil nama Dewi sedangkan yang lain tidak. "Ikut aku! Aku tak main-main." Suaranya semakin ditekan. Tangannya menyentuh lembut bagian belakangku. Sungguh menjijikkan lelaki ini. Kenapa aku bisa b
Read more

Sembilan Puluh Tujuh

Bab 97 "Anggara, aku ...." "Eh, ada Anggara. Apa kabar calon mantu Mama," sapa Mama muncul di balik pintu rumah. Tanyanya menenteng beberapa belanjaan. "Baik, Ma. Habis belanja?" Mama duduk di dekat kami, aku belum sempat berbicara. Lebih baik aku rahasiakan saja demi kebaikanku juga. Hari pernikahan kami tiba, aku tak pernah menemui Mike lagi. Aku sudah berjanji tak akan melayani pria bejat itu. Nomor ponsel yang lama, aku buang dan aku ganti dengan yang baru. Acara pernikahan kami begitu meriah. Banyak para tamu undangan datang memberikan selamat. Wajah Anggara tampak biasa saja. Aku memaklumi karena ia belum bisa mencintaiku. Hingga malam tiba, aku mengenakan lingerie pilihan mertuaku. Ia bilang kalau Anggara suka warna hitam. Hal yang aku takutkan adalah malam ini. Anggara mendekatiku, menatap tanpa berkedip. Tak ada pria yang tak mau diberikan hidangan seperti ini. "Minum dulu, Mas," panggilku mesra. Ia meneguk air yang sudah aku siapkan. Kami hanya melakukan pemanasan
Read more

sembilan pluluh Delapan

Bab 98Aku tak menyangka kalau pria berengsek itu masih berada di Indonesia. Apakah dia menetap di negara kelahiranku ini. Segera bersembunyi agar ia tak mengangguk lagi. Kehidupan rumah tanggaku sudah bahagia. Kedua tangan mereka saling bertautan. Beberapa saling berpandangan, terlihat sekali mereka saling mencintai. Wanita dalam genggamannya sepertinya orang Indonesia walau rambut di cat piring. Apakah aku cemburu, tentu saja tidak. Tak ada perasaan apapun di hati ini. Bagiku hanya saja satu pria dalam hidup ini yaitu suamiku. Anggara terlihat mulai mencintai. Setiap sikap dan tutur katanya lembut dan membuatku semakin terbuai. Anggara semoga saja cinta ini selalu ada selamanya. Aku yakin akan ada pelangi setelah badai. Ku buang napas lega ketika mereka keluar dari mall dan segera masuk ke dalam taksi. Sungguh diluar dugaan. Baru saja masuk ke mall sudah bertemu pria berengsek itu. Berharap pria itu pergi selamanya dari negara Indonesia. Aku memutuskan untuk pulang saja. Moodk
Read more

Sembilan Puluh Sembilan

"Ma. Mama ...." "Dewi. Mama di mana?" Wajah Mama nampak lingkung. Ia mencari sesuatu. Sesuatu yang terlihat hilang. "Mama di kamar utama. Maaf, kamar Mama tak bisa kami jangkau. " Kamar Mama berada di lantai satu. Para pelayan terpaksa membawanya ke lantai bawah. "Mama, harus pergi!" Seketika itu wajah Mama berubah panik. Tubuhnya hendak bangkit namun aku tahan karena tak ingin sesuatu mempengaruhi kesehatannya. "Mama, mama mau ke mana?" Mama terdiam sejenak, tatapannya kosong. Aku hendak membawanya kembali terbaring. Tetapi, Mama menolak. "Mama harus pergi!" "Mama mau pergi, Dewi antar, ya?Mama menoleh ke arahku. Ia langsung menarik tanganku kasar. Entah ke mana wanita itu akan mengajakku pergi. Hingga kamu berada di dalam mobil. "Kita mau ke mana, Nyonya," tanya supir telah siap untuk melajukan kendaraan. Tiba-tiba Mama terisak dan menutup Wajahnya. Tangan Mama membuka pintu dan berlari ke dalam rumah. Aku hanya bisa memanggil Mama dan mengejarnya. Pintu kamar Mama te
Read more

Seratus

POV Dewi (Masa Lalu) "Maaf, maafkan Mas. Dewi. Semua ini terjadi tanpa diduga." Aku dan suamiku berada di dalam kamar sedangkan wanita itu pulang entah ke mana."Kamu jahat Mas. Kenapa seperti ini caranya." Kupukul dada bidang pria itu. "Demi Tuhan. Semua ini terjadi tanpa sengaja. Aku sungguh menyesal." "Kamu menyesal setelah ia mengandung anakmu. Apa jangan-jangan itu bukan anak kandungmu, Mas." Aku ingat ketika mereka putus karena suamiku mengetahui pekerjaan gadis desa itu adalah seorang wanita malam. "Bukan, Mas salah menduga. Mas membuktikan ketika malam itu terjadi. Ia masih perawan dan yang aku lihat waktu itu bukan Ariana tapi Aura, saudara kembarnya." Tubuhku bergetar hebat. Apa dia bilang seorang perawan. Hampir saja aku terhuyung kalau saja tak ada tangan Anggara, pria yang telah menjadi suamiku. "Dia bukan wanita malam ternyata kembarannya. Maka dari itu izinkan Mas menikahinya." Kedua netra suamiku tampak berbinar. Aku bisa melihat cahaya cinta di kedua netra m
Read more
PREV
1
...
89101112
...
15
DMCA.com Protection Status