Bab 111Hingga suara pecahan terdengar di dekat kami. Aku mendorong tubuh Rey dan menoleh ke arah suara. Mataku terbelalak begitu juga Rey. "Maaf Mba Intan. Saya menganggu," sapa seorang pria yang tinggal di samping rumahku. "Eh, gak kok. Ada apa Pak?" Tetangga sebelah ingin mengambil obeng yang tertinggal. Aku lupa untuk mengembalikannya. "Maaf Mba Intan. Malam-malam ambil obeng." "Gak apa, Pak. Saya lupa membalikkannya. Terima kasih, Pak. Mohon maaf." "Iya, gak apa. Permisi Mba, Mas." Aku dan Rey terkekeh pelan. Malu sekali kami ketahuan berciuman. "Kamu sih gak lihat tempat." Kupukul dada bidang Rey. Ia menangkap tanganku. "Lanjutin dong," goda Rey hingga wajahku bagaikan kepiting rebus. "Kamu nakal Rey!" Rey hendak menciumku tapi aku tahan. "Nanti kalau sudah halal. Kamu bisa melakukan apa saja yang kamu mau.""Tentu saja. Aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan baik itu." Rey memeluk tubuh ini, nyaman sangat nyaman. "Aku enggan berjauhan denganmu. Tetapi, pekerjaan men
Read more