All Chapters of Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami: Chapter 121 - Chapter 130

143 Chapters

Seratus Dua Puluh Satu

Bab 121 Seseorang muncul di balik pintu. Aku mengenalinya. Ia adalah pria yang sering bersama Lisa. Kenapa aku tak menegur adik iparku. Sudah sering dan Lisa lebih galak lagi. Kalau sudah begini aku yang kena imbasnya. Aku yang repot sediri apalagi hanya aku pria yang ada. "Itu pacarmu!" kutunjuk ke arah pintu. "Iya betul." Wajah Lisa menatap dari kejauhan. Kami melangkah lebih cepat sebelum pria itu pergi. Pasangan suami istri itu tampak mesra hanya saja suasana sepi. Kami melangkah mendekati pagar. Berjalan kaki sejauh komplek ini cukup lelah. Naik angkutan umum lalu menyambung lagi ke angkutan berikutnya. Seandainya saja mobil masSatpam berdiri menghampiri kami. Lisa mendekati pagar dan berteriak memanggil nama kekasihnya. "Mas Bro. Mas Bro!" panggil Lisa lantang. Pagar belum dibuka karena kami belum dipersilahkan untuk masuk. Pria dan wanita yang berdiri di dekat pintu rumah menoleh ke arah kami. Tatapan mereka terkejut melihat kehadiran kami di depan rumahnya.Mereka terli
Read more

Seratus Dua Puluh Dua

Bab 122 Tangan wanita itu terus memukul tubuh sang suami tanpa ampun hingga sudut bibir mengeluarkan cairan merah. Melihat hal itu hatiku mengiba. "Ampun Ma! Jangan pukul Papa!" Pria itu tak melawan. Ia bangki menghindari semuanya. "Katakan sekali lagi, Pa! Katakan!" Wanita itu terus saaa"Papa akan bertanggung jawab, Ma. Kita ingin punya anak dan Lisa memberikannya. Tolong Papa, Ma." Suaranya mengiba, aku saja kasihan kepadanya. Tangan wanita itu berhenti. Ternyata mereka belum memiliki anak. Mungkin saja itu alasan Bromo berselingkuh. "Katakan kepada Mama. Berapa kali Papa selingkuh?" "Hanya dengan Lisa. Papa selingkuh. Papa ingin punya anak Ma." Wanita itu masuk ke dalam kamar dengan mata basah dan Pak Bromo masih duduk di hadapan kami. "Saya akan bertanggung jawab. Jadi tolong jaga rahasia ini. Nama baik kami bisa tercoreng. Tolong bantu saya untuk merawat bayi Lisa." "Aku akan menikahi Lisa walau hanya siri saja. Bagaimana?" Aku menoleh ke arah Lisa tampak wanita itu
Read more

Seratus Dua Puluh Tiga

Bab 123 Aku menatap rumah besar di depan mata. Ada perasaan senang di dalam hati. Aku tak ingin tinggal di kontrakan mas Ilham. Kontrakan sempit dan kotor. Tinggal di tempat itu sudah menjadi kebiasaan sehari-hari. Aku melangkah tanpa beban. Kulihat kekasih hatiku berada di teras rumah. Mereka sedang bertengkar. Aku hanya menatap dari kejauhan. Kupanggil mas Bro dengan lantang agar ia tahu aku datang. Awal pertemuan kami melalui media sosial. Kami sering berchat dan memutuskan untuk bertemu. Aku sadar pria bagaimana yang aku temui. Tentu saja pria tua berumur lima puluh tahun. Aku yakin pria itu kaya raya. Terlihat dari postingannya. Ia memamerkan makanan mewah dan barang barang limited edition. Aku harus mendekatinya. Ku cari info tentangnya agar aku tak salah target. Aku tak ingin menikahi atau berpacaran dengan pria miskin. Ia harus kaya raya.Akhirnya aku dan mas Bro bertemu. Aku dandan begitu cantik dan memesona. Kupilih baju paling bagus dan menarik. Baju sexy dengan bahu
Read more

Seratus Dua Puluh Empat

Bab 124 Kuusap kedua netra, tampak seseorang berdiri dihadapanku. Aku terkejut tatapan mata penuh dosa, dendam dan benci. "Bangun!" teriaknya lantang hingga tubuh ini terkejut. Suara memeking telinga, segera menutup telinga agar suara jelek wanita itu tak masuk lebih dalam. "Bangun! Gua bukan setan! Bangun!" Nita, istri pertama mas Bro menarik paksa selimut yang menutup tubuhku. "Ada apa Tante. Ini masih malam." Kuusap kedua mata perlahan dan merenggang otot tangan ke atas bahu. Tidurku sangat nikmat dan enak.."Tante! tante! Gua kaga kawin sama Om elu! Elu pikir ini malam? Ini udah pagi tahu. Elu tidur kayak kebo!" Bahasa mulutnya kasar sekali tak berkelas dan tak perasaan. Aku ini sedang hamil. Anakku ini kelak akan menjadi anaknya juga. Apakah ia lupa dengan kandunganku. "Aduh, pantesan perut aku lapar. Aku lapar Tante, eh Mba." Suara keroncong terdengar berkali-kali pantas saja aku langsung lapar. Canggung sekali, masa iya aku panggil wanita itu Mba. Risih sekali jadiny
Read more

Seratus Dua Puluh Lima

Bab 125 "Mba, dasternya sobek apa tak ada yang bagus lagi. Ini juga lusuh," ucapku ketika kaki ini sudah sampai di lantai bawah. Wanita itu duduk di sofa menikmati aneka kue basah, kering dan teh. Pantas saja tubuhnya gemuk, ngemil makanan manis seperti ini. "Itu cocok untukmu dan pas di tubuhmu." Ia tak menoleh ke arahku. "Tapi, Mba. Baju ini sudah kucel dan robek." Kuperlihatkan bagian ketiak dan pinggang. "Hei, kau gak dengar barusan. Kamu cocok dan pas. Lagian sesuai dengan kelasmu rendah." Ia menghinaku, aku tak terima ucapannya. Kalimatnya sungguh menyakitkan. Kalau saja ia tahu kalau aku orang kaya. Aku pastikan ia kejang-kejang. "Aku gak seperti itu. Mba gak kenal aku!""Gak perlu kenal. Aku juga sudah tahu dan paham. Kamu itu tipe wanita rendah yang rela mengangkang hingga hamil. Padahal umur suamiku sudah mencapai lima puluh tahun." "Aku dan Mas Bro saling mencintai." "Cinta. Bulsit. Ia juga bilang cinta mati kepadaku sampai akhir hayat. Sekarang malah mengkhianati c
Read more

Seratus Dua Puluh Enam

Bab 126 Kuletakkan dua es jeruk dan beberapa makanan ringan di atas meja. Mereka masih asik dengan obrolannya. Kudengar Nita memperlihatkan koleksi cincin berliannya. "Lisa. Kamu Lisa anak Vivi?" sapa wanita itu menghentikan pergerakan. Kenapa ia harus melihatku. Aku malas meladeni. Dunia sempit masih bertemu dengannya di sini. "Anak Vivi?" Nita tampak terkejut. Apa jangan-jangan ia kenal dengan mama. Ya ampun bagaimana kalau ia kenal. Bisa tambah kacau hubungan ini. "Kamu anak Vivi?" tanya Nita menarik bahuku kasar. "Iya, Mba." ku tak ingin menutupi lagi. "Astaga, ternyata dunia ini sempit. Aku tak menduga. Pantas saja sifat kamu dan ibumu sama-sama pelakor. Oh, tunggu. Aku juga ingat kakakmu juga pelakor. Kalian keluarga pelakor. Luar biasa sekali." Nita tertawa terbahak-bahak sedangkan wanita di samping tubuh Nita masih belum menyadari. "Nit, maksud kamu apa?" "Dia wanita yang aku ceritakan itu." "Astaga, sudah diduga. Mereka keluarga gak bener. Kamu tahu tidak mamamu
Read more

Seratus Dua Puluh Tujuh

Bab 127 "Mas, Mba Nita." Aku sengaja terisak agar lebih menyakinkan. Mas Bro pasti tak ingin anak dalam janinya ini mengalami hal yang tak diinginkan. Kubuat isakan agak keras agar pria diseberang sana mendengar. "Ada apa, Lisa. Kenapa dengan Nita?" Suara pria itu pasti panik. Kutahan tawa ini agar tak terdengar. Apakah ia sepanik itu. "Halo Lisa. Apa yang terjadi dengan Nita. Katakan Lisa?" "Ia jahat kepadaku. Masa aku disuruh-suruh." Aku menangis tergugu tak ada kalimat yang terlontar di seberang sana. "Aku mual, pusing dan disuruh panas-panasan." Rengekanku sedikit manja. "Memangnya kamu disuruh apa sama dia?" Suara Mas Bro tampak cemas. Ada getaran dari suara itu. "Aku disuruh bersihkan taman." Kubuat sedramatis mungkin. Biarlah mereka bertengkar dan nenek nenek itu tak akan bisa memerintahkanku seenak jidat. Helaan napas terdengar di seberang. Aku yakin sebentar lagi Mas Bro akan memarahinya."Maafkan Nita. Aku akan menasihatinya. Kamu yang sabar." Suara mas Bro lembut se
Read more

Seratus Dua Puluh Delapan

Bab 128"Kok, bengong. Ayo ambil! Kamu cape, haus dan lelah. Minum ini bikin dahaga lega. Ayo Minum!" Wanita bertubuh kurus memberikan minumannya kepadaku. Aku hanya bisa menatap gelas itu. "Kenapa bengong? Kamu bilang aman. Cepat di minum." "Aku sudah kenyang Tante." Kuletakkan gelas itu di meja. "Kenyang makan apa?" Nita ikut bersuara. Nenek-nenek itu menatapku heran. Apakah ia tahu yang aku lakukan di gelas mereka. "Nit, aku gak mau jus. Minum di meja saja." Menujukkan ke arah minuman dalam kaleng. "Ini gak mau?" "Gak mau, Nit. Buat dia aja." "Lisa kamu minum saja semuanya. Bawa sana Ke dalam!" Kenapa mereka tak meminumnya, rencanaku gagal untuk membuat mereka bolak balik WC. "Ini sudah dibuat lebih baik diminum saja," saranku kepada mereka. "Hei, terserah kita. Ini pembantu kok ngelunjak banget!" "Iya, Nit. Kamu dapat pembantu dari mana, sih. Modelnya kayak begini aja. Tampang pelakor!"Mereka melirikku bergantian, aku hanya bisa menahan rasa kesal di dada. Tak bisa
Read more

Seratus Dua Puluh Sembilan

Bab 129 Kulayangkan tangan ke udara dan mendarat di pipi wanita tua yang seharusnya kupanggil ibu bukan mba. Tapi semua itu hanya angan saja. Tak ada keberanian untuk melakukannya. Kelak nanti ia akan mendapat balasannya. "Kenapa bengong?" tanyanya masih menatapku dengan tatapan meledek. "Gak Mba. Apa salahku sampai Mba seperti ini?" "Salahmu banyak apalagi kamu menghadirkan janin di Perutmu itu." Menatap bagian perutku yang masih rata. "Tapi Mba. Mas Bro juga menginginkan bayi ini. Aku yakin ia rindu suara bayi." "Asal kamu tahu saja. Suamiku tak suka anak kecil. Maka dari itu sejak dulu ia tak ingin punya anak. Entah kenapa tiba-tiba ingin memiliki anak." Mba Nita mengatakan semua dengan lancar dan tanpa beban. "Gak mungkin. Gak ada manusia yang tak suka dengan anak kecil." "Kita lihat saja nanti. Aku lebih mengenal Suamiku itu." Aku memilih untuk ke kamar. Biarkan saja mereka berdua di meja makan. Aku sempat melihat mba Nita menyimpan makanan di buffet. Mungkin itu makanan
Read more

Seratus Tiga Puluh

Bab 130 "Lisa kamu kenapa?" tanya Mba Nita ketika kami berpapasan di depan rumah. Wanita itu hendak pergi entah ke mana. Pakaian lebih sexy dan terbuka. Wajahnya penuh makeup tebal seperti para artis terkenal. "Lisa, kamu dengar tidak!" Mba Nita meninggikan suara. Melihat aku tak menjawab. Bentakan Nita tak mengubah aku sama sekali. Aku terdiam menatap Nita. Apakah mereka berdua memiliki kelainan pasangan. Nita dengan wallpaper seperti itu. "Mba. Aku ...." "Ada apa?" Nita tampak cemas sepertinya ia tahu aku melihat sesuatu. Ditangan aku mengenggam plastik tertulis nama departemen store di sebuah mall. Apakah ia menyadari atau tak tahu apapun.."Lisa, kita ke dalam." Nita merangkul bahu ku. Suaranya tak tinggi seperti biasanya kali ini suara Nita lembut. "Minumlah!" Nita menyodorkan air dalam gelas kehadapan ku. Tangan aku gemeter melihat kejadian di depan mata. Mengapa semua menjadi berubah tiba-tiba. Aku tak menyangka akan berada di lingkungan rumah tangga seperti ini. "Apa
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status