Share

Delapan Puluh Empat

Author: Nannys0903
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Bab 84

POV Ilham

Aku melajukan kendaraan dua menuju kontrakan. Rita sudah sembuh dari sakit mentalnya setelah anakku telah tiada. Bayi laki-laki mirip Bayu telah dibunuh oleh neneknya sendiri.

Hatiku begitu sakit, air mata tak dapat tertahan lagi. Begitu teganya, Mertuaku melakukan hal itu agar Intan bisa memberikan uang. Bukankah seorang anak harus dirawat dan disayang. Kenapa Tante Vivi tega menjual anakku dan memaksa Intan untuk membelinya.

Rasanya malu sekali kepada mantan istri yang pernah aku khianati. Aku juga tak menyangka Intan begitu baik dan peduli kepadaku apakah dia masih mencintaiku sama seperti dulu.

Sengaja aku membeli sebungkus cilok kuah untuk lauk di rumah. Rita jarang sekali memasak. Ia lebih senang menatap ponsel. Mengapa ia tak berdagang online atau menjadi kreator. Aku sering melihat istriku itu bergaya di depan layar pipihnya.

Kuda besiku telah berada di teras kontrakkan. Aku memilih rumah satu kamar saja hanya untuk kami berdua. Terkadang Rita mengeluh k
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Delapan Puluh Lima

    POV Ilham Kulajukan kuda besi dengan tekad bulat dan berharap Intan mau memaafkan Rita. Namun, sesuatu di depan mata membuat diriku terdiam. Rita nekad menghadangku dengan cepat. "Mas Ilham, jangan pergi." Kedua netra sayu, wajah memelas dan bibir bergetar. Aku terdiam ketika ia memanggilku dengan sebutan mas. Beberapa bulan ini ia selalu memanggilku dengan nama saja tanpa ada embel-embel mas. Sikapnya juga tak seperti seorang istri. "Kita bicarakan baik-baik di dalam," ucap istriku dengan suara lembut hingga hati ini luluh seketika. Wajah yang pertama kali bertemu muncul kembali. Tak seperti biasanya seperti nenek lampir. Apakah istriku sudah berubah hingga ia berkata seperti itu. Semoga saja ia berubah menjadi Rita yang lebih baik. "Ini sudah malam. Perjalanan juga jauh kita berbicara di dalam," rayuannya mengoda. Tutur katanya halus sekali. Kumundurkan motorku ke tempat semula, mengikuti langkah istriku masuk ke dalam. Rita mengambil gelas dan mengisi dengan kopi sachet se

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Delapan Puluh Enam

    "Surprise!" Seorang gadis berdiri depanku dengan merentangkan tangan ke atas. Wajah yang familiar bagi kami semua. Tentu saja karena ia salah satu saudara istriku. "Lisa!" "Hai, Mas Ilham. Apa kabar?" "Lisa!" Rita berdiri di belakangku menyingkirkan tubuh yang menghalangi pintu masuk. Seandainya tak ada Rita sudah aku usir dari rumah ini. Tak ada Tante Vivi kini duplikatnya malah kembali. Mereka berpelukan seakan saling merindu. Entah apa rindu benaran atau hanya bohongan. Akting Lisa begitu bagus maka aku tak boleh terkecoh. Mereka semua sama-sama licik dan bermuka dua. Lisa mengibaskan tangan ke udara telihat tetesan air jatuh di pelipis hingga membasahi kemejanya. "Gila, panas banget sih! Apa gak ada AC atau kipas angin. Panas banget." "Iya panas kalau malam apalagi," timpal Rita melirik aku yang sibuk dengan ponsel padahal aku berpura-pura tak dengar. "Lagian rumah kecil banget apa gak ada yang lain. Lebih besar dan adem. Ini cuma sekamar doang." Kedua mata Lisa nampak

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Delapan Puluh Tujuh

    "Papa!" Wajahku menoleh ketika melihat seorang pria mengendarai motor berhenti tepat di halaman rumahku. Bayu sedang bermain di teras menoleh ke arah papanya. Putraku berlari kencang dan memeluk Mas Ilham. "Anak Papa!" Mengangkat tubuh putranya dan mencium kedua pipi. Begitu juga Bayu mencium kedua pipi Mas ilham. Bayu tertawa bahagia melihat sang papa datang menjenguknya. Memang jadwal Mas Ilham seminggu sekali. Kadang ia datang lebih dari dua kali dan aku memakluminya. "Mama, Papa datang!" teriaknya menujuk ke arahku. "Mas, sendirian lagi?" tanyaku basa basi. Sudah pasti pria itu tak akan membawa Rita, bisa bikin ulah wanita itu. "Iya. Enakkan sendirian." Menurunkan Bayu dari gendongannya. Aku hanya berO saja tanpa mau memberikan pertanyaan lain. Kulangkahkan kaki masuk ke dalam rumah untuk membuatkan kopi untuk pria itu. "Ada siapa?" tanya Mama melihat aku membuatkan kopi di dapur menunggu air mendidih. Kopi lebih nikmat jika diseduh dengan air panas. "Mas Ilham." "Mama b

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Delapan Puluh Delapan

    Hari ini aku dan Rey pergi ke butik untuk memilih gaun pengantin. Tangan kami saling mengenggam satu sama lain. Tak ada lagi ejekan atau cacian kepadaku dari semua orang. Masalahku hilang sekejap di telan bumi dan digantikan dengan berita yang lebih heboh. Begitulah dunia terutama dunia Maya yang menjadi tempat para netizen. "Sepertinya ini bagus," ucap Rey menunjukkan satu gaun pengantin berwarna putih dengan belahan yang tak terlalu rendah. Beberapa kali mata ini mengerjap. Seperti Dejavu ketika aku dan mas Ilham menikah. Pria yang telah menjadi mantanku menunjukkan gaun yang sama. Mungkin saja ada perbedaan sedikit tapi butik ini berbeda dengan tempat aku dulu. "Intan, Sayang kamu kenapa?" tanya Rey membuyarkan lamunanku. "Aku tak suka. Aku ingin yang lain saja asal jangan yang ini." Rey hanya mengulum senyum, ia mengerti dan paham. Tak banyak bertanya yang aneh-aneh. Aku tahu mau pria itu cemburu seperti kemarin pagi melihat mantan suamiku berada di rumah. "Ini bagus dan l

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Delapan Puluh Sembilan

    Seandainya ada teman-temanku membantu menyelesaikan masalah ini pasti semua sudah terbongkar. Cheri telah pindah ke Australia, ia akan melanjutkan studi di sana. Negara yang sangat jauh sekali. Adel dan ibunya melakukan pengobatan di Singapura dengan waktu yang lama. Adel juga menjalankan bisnis baru di dunia kosmetik. Sedangkan Sherly masih berada di perusahaan milikku yang dulu sempat di pimpin mas Ilham.Tak ada mereka semuanya serba kacau. Aku harus mencari tahu apa yang disembunyikan mama dariku. Mobil yang berada di seberang rumahku adalah mobil calon mertuaku. Apakah mungkin Mama dan Om Leo memiliki hubungan spesial atau mobil itu hanya mirip saja. Satu-satunya teman yang bisa dihubungi hanya Sherly, semoga saja ia bisa membantuku. "Halo, Sher. Kamu sibuk?" "Tidak Bu Bos. Ada apa?" "Aku butuh teman." "Datanglah ke kontrakanku. Kamu sudah lama tak menginap di sini." "Baiklah aku akan ke kontrakanmu." Kuakhiri panggilan dan bersiap untuk ke kontrakkan Sherly. Semoga ia bi

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Sembilan Puluh

    "Katakan padaku, apa kamu mengenalnya?" "Aku tidak tahu tapi ini sungguh tak mungkin. Aku juga ragu.""Katakan saja Sherly!" Aku sudah tak tahan. Sepertinya sahabatku ini bermain rahasia. "Bukannya aku merahasiakan tentang ini. Tapi aku ragu untuk berkata. Apakah dia orangnya karena kalau sekilas mirip kamu tapi aku tak bisa memastikan apakah ia Aura Kasih yang kamu cari. Kecuali kita langsung ke tempatnya." "Wah, ide yang bagus. Malam ini juga kita ke tempat itu." "Apa kamu yakin ingin ke sana?" Tatapan Sherly terlihat ragu. "Tentu saja. Sebelum akad nikah berlangsung aku harus tahu semuanya." "Tapi, tempat itu tempat hiburan malam." "Hiburan malam? Maksudnya?" Aku masih bingung perkataan Sherly apa jangan jangan Aura Kasih berada di tempat yang tak semestinya. "Dia itu kupu-kupu malam." "Apa?" Sherly menbekap mulutku dengan cepat. Mungkin, suaraku terdengar keras sekali maklumlah kontrakkan berjejer tiga pintu. "Kalau kamu gak percaya. Ayo kita buktikan!" Kami bersiap-s

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Sembilan Puluh Satu

    "Sherly, mengapa wajahnya mirip denganku. Apakah dia yang dikatakan Om Leo atau bukan, ya?" "Di dunia ini ada tujuh orang yang berwajah sama. Jangan kamu pikirkan. Lebih baik kita pulang atau mau makan ke nasi goreng tempat favorit kita?" Sebenarnya, aku ingin berbicara dengan wanita itu. Tetapi, Sherly menarik tanganku agar menjauh. Kami tak ingin ketahuan dengan pakaian layaknya laki-laki. "Kenapa masih bengong?" tanya Sherly fokus mengendarai mobil. "Entahlah." Aku mengidikkan bahu. "Hanya karena berwajah sama kamu jadi melamun?" Sherly melirikku sekilas dan kedua mata kembali menatap ke depan kaca mobil. "Tidak bukan itu. Aku merasa ada sesuatu yang mengganjal. Tapi, tak tahu itu apa?" "Mana jiwa dektetifmu apa kamu lupa kalau dulu kamu siapa?" Wajah Sherly tampak menyeringai. Apa yang dikatakan sahabatku itu benar. Aku harus mencari tahu kebenarannya. Mama adalah tersangka pertama yang harus aku tanyakan. Kami akhirnya makan nasi goreng pinggir jalan, tempat favorit se

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Sembilan Puluh Dua

    Mobil mama berhenti di sebuah bank yang tak jauh dari rumah. Mama pasti akan mengambil uang yang telah aku transfer ke rekeningnya karena jumlah yang banyak ia memilih bank sebagai transaksi tarik tunai. Aku masih menunggu di dalam mobil agar Mama tak melihatku. Kuberikan permintaan kepada supir taksi online yang aku janjikan uang dua kali lipat dari tarif dan akan memberikan tips asal ia mau mengikuti permintaan. Ia pun menyetujuinya. Setengah jam lebih Mama baru keluar dari gedung Bank itu. Ia tampak memeluk amplop coklat di dadanya. Sudah pasti isinya uang dan bukan bom. Kami mengikuti kembali mobil Mama. Nampak mobil itu melanjutkan ke arah kota. Tepatnya, Jakarta Utara. "Mama mau ke mana, ya?" Tak lama kemudian Mama masuk ke kawasan Ancol. Ia mengendarai mobil perlahan seperti mencari seseorang. Hingga Mama menemukan mobil seseorang terparkir di pinggir pantai dengan pintu sedikit terbuka. Tak lama kemudian pemilik mobil itu keluar melepaskan kacamata hitam yang sejak tadi

Latest chapter

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Ektra Part

    Aku menatap langit begitu cerah, begitu juga suasana pagi ini. Wanita berkebaya putih dengan hijab senada duduk di samping pria yang akan menghalalkannya. Suara bayi menangis berada di sampingku. Bayi itu milik Lisa. Lisa telah melahirkan seorang anak perempuan. Bayi mungil berwajah mirip dengan ibunya. "Mungkin dia haus," ucapku mengusap kepala mungil bayi berusia dua bulan..Wanita yang dipercaya menjaga anak Lisa segera mengambil susu dalam botol. Susu itu bukan susu kaleng atau susu sapi. Tetapi, susu asli dari ibunya langsung yang diambil dan disimpan dalam lemari pendingin. Bayi mungil itu langsung menyedot ASI dalam botol dot dengan cepat. "Kasihan, haus ya." Gemas sekali melihat anak itu. Kuusap perut yang semakin membesar. Sebentar lagi anak ini juga lahir. Tinggal menunggu waktu yang tepat. Ijab kabul mulai di lontarkan. Mas Bro telah memenuhi keinginan Lisa. Ia telah belajar salat dan mengaji. Di hadapan Lisa melantunkan ayat suci Al-Quran. Lisa menerima Mas Bro se

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Empat Puluh Dua

    Bab 142 "Mas ngapain di situ?" Aku menoleh ke arah belakang, Rita datang menghampiriku. Ia duduk di samping sambil ikut menikmati keindahan malam. "Bagus pemandangannya." "Tadi acaranya meriah banget, ya. Pengantinnya juga cantik dan serasi.""Iya, Intan selalu cantik," pujiku tanpa menyadari perkataan yang terlontar. "Oh, pantesan dari tadi kamu itu lihatin Intan terus ternyata belum move on!" Rita bertolak pinggang. Ia menjewer telingaku hingga hampir terlepas. "Aduh! Aduh! Sakit Rita!" "Kamu tadi bilang cantik." "Intan perempuan pasti cantik masa aku bilang ganteng. Gak lucu kan?" Rita melepaskan tarikannya dari telingaku. Aku mengusap pelan telinga yang kini terlihat memerah. "Kamu itu cemburu aja. Kamu juga cantik, kok. Gak kalah sama Intan." "Apanya cantik. Boro-boro beli skincare, serum atau pelembab. Pakai bedak sama lipstik aja sudah bersyukur." "Kamu gak pakai bedak juga masih cantik." "Gombal! Mana ada?" "Ada, buktinya kamu." Aku mencolek dagu Rita. Bagaimanap

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Empat Puluh Satu

    Bab 141 Setelah aku menganti pakaian. Aku menghampiri putraku di dalam kamar. Jari mungil Bayu menari di atas buku gambar. Memberikan warna yang tepat dan sesuai. "Bayu sedang apa?" tanyaku lembut dan bersahabat. "Mewarnai," ucap anakku polos. Aku menatap hasil gambar anakku. Ia pandai menggambar dan melukis. Hobi baru saat ini. "Siapa yang mengajari kamu?" "Papa." Kuusap lembut surai anakku. Aroma shampo sejak dulu masih sama dan tak berubah. "Bayu, tadi dipanggil Om Rey kok begitu?" Aku mulai bertanya perlahan mungkin ada hubungannya dengan mimpi Bayu kala itu. Ia mengatakan kalau aku tak boleh menikah. "Om Rey akan ambil mama dari Bayu," ucap anakku polos. Tangannya tak berhenti mewarnai. Aku mengernyit heran, apakah ada orang yang berbicara hal tidak-tidak dengannya."Gak mungkin. Kamu anak Mama. Gak ada yang bisa memisahkan kita." Bayu duduk dan menyilangkan kaki. Tatapan polosnya membuatku semakin gemas. "Dulu Papa nikah lagi dan pergi meninggalkan Bayu. Ia memilih T

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Empat Puluh

    Bab 140 Kami mengikuti Om Leo bersama gadis muda. Ia tampak seperti anak kuliahan. Usianya sekitar dua puluh tahun. Om Leo tampak mengusap paha gadis yang mengenakan rok mini itu. Suara manja terdengar di bibirnya. Aku pastikan kalau hasrat Om Leo sedang naik. Mata yang pernah aku lihat ketika ia melihat bagian sensitifku. "Bagaimana aku makan makanan ini kalau pakai masker?" keluh Rey yang sejak tadi menatap makanannya. "Pindah duduk di sini. Mereka tak akan bisa melihat wajahmu." Rey mengikuti apa yang aku sarankan, pria itu makan dengan lahap. Aku mencegah kepalanya agar tak menoleh ke arah Om Leo. "Makan saja jangan tengok-tengok." "Calon istriku luar biasa," pujinya menatapku. Kami memilih duduk di dekat pot besar jadi tubuh Rey tertutup tanaman itu. Om Leo juga tak menyadari kehadiran kami di sini. Rey sudah selesai dengan makanannya. Aku meminta pelayan untuk membungkusnya saja. Segera membayar tagihan restauran dan bangkit dari duduk. "Papa masih di dalam kenapa kita

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Tiga Puluh Sembilan

    Bab 139Kaki Rey sudah lebih baik, aku selalu menemaninya ke mana saja. Serly sudah pulang ke Indonesia. Sedangkan Tante Aura masih ada urusan di negara ini.Adel sudah kembali ke rumahnya. Aku bahagia melihat keadaan Bundanya Adel. Ia masih mengingatku tak seperti dulu. Ganggu jiwanya sudah sembuh. Adel dan Om Arga saling bekerja sama untuk merawatnya. Mereka Keluarga yang kompak apalagi On Arga mampu menjadi sosok ayah untuk Adel. "Kalau kita sudah menikah kamu mau anak berapa?" tanya Rey ketika kami berjalan-jalan ke taman. Suasana dan cuaca hari ini sangat mendukung kami untuk menikmati keindahan negara Singapura. Rey, masih mengunakan kursi roda. "Nikah aja belum sudah tanya mau anak berapa?" "Ya, namanya rencana masa depan. Jadi harus di perkirakan." "Memangnya kamu sanggup berapa?" Kehentikan langkah di depan air mancur. Aku berdiri tepat di hadapan Rey, kuangkat dagu ke arah pemuda itu. "Kamu mau ronde berapa?" godanya mengerlingkan mata. "Nakal!" Kujewer telinganya p

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Tiga Puluh Delapan

    Bab 138 Aku dan Serly telah berada di bandara Singapura. Reyhan dan teamnya berada di sini. Kami berjalan menuju hotel Reyhan. Sengaja aku tak menghubungi pria itu untuk memberikan sedikit surprise. Langkahku lebih cepat sebelumnya, Serly tampak kelelahan. "Haduh, pelan-pelan bisa gak si Bu Bos?" "Eh, ini udah pelan. Kamu aja pakai sepatu tinggi begitu. Apa gak lelah?" "Ini sepatu pemberian pacarku jadi aku pakai biar ia senang." "Dasar bucin. Kita ini jalan-jalan jauh bukan ke mall atau ke cafe." "Lebih bucin lagi terbang ke luar negeri demi sang kekasih." Aku hanya tertawa pelan, kita berdua memang sama-sama bucin. Kulangkahkan kaki memasuki sebuah hotel mewah. Hotel bintang lima memiliki keindahan yang tak bisa ditandingi. Pemandangan luar biasa bagi para wisatawan. Singapura memiliki ciri khas keindahan sendiri. "Kita akan ke mana?" tanya Serly mengandeng tanganku. "Kita ke kamar hotelnya.""Memang kamu tahu tempatnya?" "Ya ampun, tentu saja tahu. Ayo kita tanya resep

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Tiga Puluh Tujuh

    Bab 137 Aku dan Serly menghampiri pria pengkhianat di perusahaanku. Sebelum pria itu kabur aku telah memberikan jebakan untuknya. Kubuat dana di perusahaan berkembang pesat. Ia pasti tahu akan hal itu karena pegawai yang mengkhianatiku berada di bagian keuangan. Lagi-lagi ia melakukan pengeluaran tak terduga. Bukti ini nyata dan bisa menjadi barang bukti. "Apa yang tejadi dengan keuangan perusahaan ini? Bagaimana bisa menurun drastis begini. Padahal pemasukan berjalan seperti biasa." Kuletakkan berkas yang dibuat oleh pria itu. Pria yang sejak tadi tampak gelisah. "Memang seperti itu keadaan perusahaan kita." "Gak mungkin." Kulipat tangan di dada menatap pengkhianatan perusahaan. Wajah pria berusia empat lima tahun duduk di depanku. Ia tak sanggup menatapku. "Mengapa ada pengeluaran yang tak aku mengerti di sini!" Kutunjuk berkas keuangan bulan ini. "Oh, itu untuk keperluan perusahaan ini." "Gak mungkin kepentingan perusahaan sebanyak tiga puluh juta. Coba katakan padaku un

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Tiga Puluh Enam

    Bab 136 Ku injak rem dengan cepat. Seorang wanita merentangkan tangan di depan kendaraan roda empat milikku. Untung saja kakiku segera menginjak rem dengan capat. Seorang gadis berdiri menatap manik aku. Aku kenal wajah itu. Ia adalah Lisa, adik Rita. "Tolong aku! Tolong!" Aku melihat pria yang berada di club. Ia mengejar Lisa dengan tatapan marah. Kubuka pintu mobil dan Lisa segera masuk ke dalam. Wajah Lisa tampak pucat. Aku menginjak gas dengan cepat hingga mobilku melanju meninggalkan pria yng masih mengejar Lisa. "Cepat Mba! Cepat!" Suara teriakkan Lisa membuatku terkejut. Pria itu masih mengejar kami. Kulihat dia dari kaca spion kembali ke mobilnya. "Mba Intan, cepatan! Tolong aku!" "Tenang Lisa. Kasih aku ketenangan." Lisa diam dan hanya terisak. Aku tahu ia memiliki masalah yang tak rumit. Wajah Lisa menoleh ke arah belakang. Mobil yang dikendarai pria itu berada di belakangku. Ku injak lagi gas lebih kencang agar pria itu tak dapat mengejar mobilku. Semua mobil y

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Tiga Puluh Lima

    Bab 135 Senyum menyeringai terlihat jelas. Mba Nita tersenyum sinis menatapku penuh arti. "Tanda tangan saja!" "Aku gak bisa, Mba. Aku gak bisa."Sebagai seorang ibu aku tak bisa melakukan hal itu. Aku tak ingin hidupku jauh dari anak. Pikiran mereka licik dan tak berbobot. Aku akui klo diri ini juga pernah melakukan hal licik dan jahat. "Lalu kamu ingin menjadi istri suamiku selama begitu. Jangan mimpi. Mas Bromo hanya memiliki istri satu yaitu aku. Hanya aku." Aku menundukkan kepala dan menatap Mas Bro sejenak. Kenapa pria tua itu berubah ketika berada di samping istri pertamanya. "Mas, aku ini seorang Ibu. Tak ingin jauh dari anakku." Aku memang jahat dan licik tapi aku juga akan menjadi seorang ibu. "Lebih baik tanda tangan saja. Kamu masih muda. Kamu masih memiliki jalan panjang. Kami akan merawatnya." Ucapan Mas Bro terdengar bijak. Apakah ia bisa dipercaya atau hanya berpura-pura saja. Sedangkan di belakang mba Nita ucapannya begitu manis. Pria itu begitu sayang kepad

DMCA.com Protection Status