Bab 12Kabar Yang dinanti"Jadi Bima ke sini?" tanya Mas Maftuh memastikan, kuanggukan kepala ini sejenak. Terus kuatur napas ini. Masih terasa tak nyaman, masih terasa tak tenang.Lebay? Biarlah orang menganggapku lebay, karena yang merasakan aku, bukan mereka yang melihat."Iya, Mas, sebelum aku berangkat jemput sekolah Farel. Dia ke sini. Tapi nggak aku persilahkan masuk kok. Hanya di luar, aku benar-benar nggak nyaman. Kenapa aku harus ketemu dia lagi?" jelasku.Ya, sengaja aku ceritakan ke Mas Maftuh. Biar rasa sesak di dalam sini bisa sedikit tenang. Entah sudah berapa kali aku membuang napas dengan kasar. Tapi tetap saja merasa sesak.Mas Bima terlihat mengusap wajahnya pelan. Terlihat sedang memikirkan sesuatu."Berani juga dia ke sini," ucapnya. Kutanggapi dengan anggukan. Ya, dia memang sangat berani. Entahlah. Bisa kubilang muka tembok dan nggak punya malu. Itu yang aku nilai dari mantan suamiku."Iya, aku yakin dia tetap melakukan segala cara, agar bisa menemui Azkia," jel
Baca selengkapnya