Semua Bab Kamu Berulah, Waspadalah!: Bab 81 - Bab 90

224 Bab

Curhat. 5

Bab 5CURHAT"Tadi aku ketemu Mas Bima, Mak," ucapku mengadu kepada Emak. Emak terlihat menganga sejenak. Mungkin bingung atau gimana. Entahlah!Ya sore ini aku ke rumah Emak. Jenuh dan tak tenang juga di rumah. Mas Maftih masih belum pulang. Azkia dan Farel aku bawa sekalian. Biar aku bisa tenang. Lagian tanpa diajak, jika tahu mau ke rumah neneknya, mereka pasti mengajukan diri untuk ikut.Aku sayang ke rumah Emak, memang sengaja ingin menceritakan ini. Kalau ada Abah, pasti aku juga akan cerita ke Abah. Tapi Abah memang sudah tiada. Aku harus mengikhlaskan itu. Mendengar laporanku, ekspresi Emak terlihat terkejut. Kemudian keningnya terlihat melipat. Ekspresinya terlihat belum percaya dengan apa yang ia dengar. "Ketemu Bima?" Emak mengulang kata itu. Pertanda ia masih antara percaya dan tidak. Aku manggut-manggut menanggapinya. Bibir Emak terlihat menganga. Pertanda dia memang terkejut mendengar ini. "Berarti dia sudah bebas," ucap Emak seolah memastikan. Kuhela panjang napas in
Baca selengkapnya

Siapa tamunya. 6

Bab 6Siapa Tamunya?"Nek, ada tamu!" potong Farel. Seketika ucapan ini menggantung di udara. Tak terselesaikan. Kening ini melipat. Karena aku emang masih di ruang tengah dengan Emak. Rumah ini saat Abah masih ada, di renovasi oleh Mas Maftuh. Sungguh dia menantu dan suami yang sangat baik. Sungguh idaman."Siapa?" tanya Emak seraya menatap ke arah cucunya."Nggak tahu, Nek, tamunya bapak-bapak!" jawab Farel polos. Emak terlihat beranjak. Pun aku, mengikuti langkah kaki Emak dari belakang. Penasaran siapa yang bertamu sore-sore seperti ini.Farel mendekati kakaknya lagi. Masih di ruang TV. Aku dan Emak yang menuju ke ruang tamu. Memastikan siapa yang datang bertamu."Kamu?" ucap Emak saat sudah sampai di ruang tamu. Mata ini membelalak saat melihat siapa yang datang. Menganga. Tamu yang sungguh tidak aku harapkan. Jangankan diharapkan, aku pikirkan saja tidak. Sudah aku anggap dia tiada selama ini.Ya, semenjak aku menerima akta cerai, aku sudah menganggap dirinya tiada. Sudah ku kub
Baca selengkapnya

Hancur hati. 7

BAB 7Hancur HatiTanpa aku duga, hari ini aku ketemu Ratih. Mantan istriku. Sayangnya aku melihat dia seorang diri. Tak ada anakku. Padahal aku ingin sekali melihat dia bersama anak kami. Azkia. Ya, aku sangat merindukan gadis kecilku itu. Mungkin dia sekarang sudah tumbuh besar. Aku sangat ingin melihat parasnya. Pasti sangat cantik. Aku yakin dia tumbuh dengan sangat cantik. Tapi nampaknya Ratih sangat tak nyaman saat ketemu denganku tadi. Ketemu Ratih dalam keadaan kere, sebenernya aku sangat malu. Tapi mau gimana lagi, memang seperti ini keadaanku sekarang. Baju tak ada yang bagus, terlihat kucel. Sedangkan Ratih, aku melihat Ratih terlihat sangat cantik. Badannya gemuk tapi nggak gemuk banget. Pas. Sungguh sangat indah di mataku. Bahkan baju dan aksesoris yang ia gunakan juga terlihat mahal dan berkelas. Dia lepas denganku hidupnya terlihat sangat bahagia. Sedangkan aku? Lepas dari Ratih, hidupku berantakan. Masalah demi masalah datang silih berganti. Membuatku berada ditit
Baca selengkapnya

Tanggapan Maftuh. 8

Bab 8Tanggapan MaftuhAku dan anak-anak sudah sampai rumah. Mas Maftuh baru saja sampai rumah. Tapi duluan aku dan anak-anak. Segera aku persiapkan semuanya. Mulai dari air hangat untuk mandi dia, baju yang akan digunakan, makanan dan minuman hangat. Karena itu sudah menjadi rutinitasku selama ini. "Bu Putri jadi balik ke Indonesia hari ini, Mas?" tanyaku seraya aku sodorkan teh hangat. Mas Maftuh segera menerima teh hangat yang aku buatkan. Dia sudah mandi dan sudah menggunakan baju yang aku persiapkan. Badannya terlihat fresh, tapi wajahnya terlihat sangat lelah. Terlihat jelas di mataku. "Tunda, Dek. Karena ada masalah yang belum bisa beliau tinggalkan hari ini. Mungkin semingguan lagi," jawab Mas Maftuh. Mendengar Bu Putri tak jadi ke sini, hari ini terasa sesak. Karena aku memang sudah benar-benar kangen dengan beliau. Merasa sedikit kecewa, padahal sungguh aku nantikan dan harapkan. "Yah ... Padahal aku udah beli banyak stok makanan yang siap aku sajikan saat Bu Putri tib
Baca selengkapnya

Ada benarnya. 9

Bab 9Ada Benarnya"Jadi Bima sudah keluar dari penjara, Mak?" ucap Budi meyakinkan setelah mendengar apa yang baru saja aku katakan. "Astaga ...." sahut Luna. Ya mereka ada di sini sekarang. Aku sudah menceritakan kepada mereka akan kabar dari Bima yang sudah keluar dari penjara. Biar mereka pada tahu. Tinggal Lastri dan suaminya yang belum aku kasih tahu. "Iya, dia menginginkan ketemu Azkia. Tapi tak diijinkan oleh Ratih," jelasku. Budi terlihat menghela napas berat. Dia anak sulungku. Luna sekarang sudah jauh lebih baik. Cukup membuatku sangat bersyukur akan hal ini. "Wajar sih, Mak, jika Ratih tak mengijinkan jika Bima ketemu sama Azkia. Aku juga perempuan, saat masih kecil disia-siakan, saat besar mau diambil gitu saja. Kalau aku jadi Ratih, juga tak semudah itu melupakan," balas Luna. Kutelan ludah ini sejenak. Memahami apa yang Luna katakan. Karena aku juga perempuan. Tapi, aku memposisikan sebagai orang tua. Berusaha untuk bijak. Berat, ya aku rasakan sangat berat. Kalau d
Baca selengkapnya

Keputusan diambil. 10

Bab 10Keputusan diambilYa mulai pagi ini aku antar jemput sekolah anak-anak. Biarlah yang penting aku tenang. Memang menyita waktu, tapi tak masalah. Yang penting tenang. Percuma banyak waktu di rumah, tapi hati ini tak tenang. Mas Maftuh pun akhirnya mengijinkan keputusanku. Awalnya dia tak membolehkan, tak setuju, tapi karena aku kekeuh ingin tetap antar jemput mereka akhirnya dia luluh juga. Bukan hanya Azkia yang aku pikirkan. Aku tahu yang diinginkan Mas Bima adalah Azkia. Tapi tak menutup kemungkinan dia juga mengincar Farel untuk dia jadikan senjata. Entahlah, pikiranku udah sampai mana-mana pokoknya. Bahkan pikiran terjelek pun sudah aku pikirkan. Mas Maftuh menyanggupi untuk membelikan mobil baru, khusus untuk antar jemput mereka. Karena katanya dia tak tega melihat aku antar jemput pakai motor. Ya, aku bisa mengendarai mobil. Maka dari itu, kata Mas Maftuh mending beli mobil, khusus untuk antar jemput anak-anak sekolah. Karena kalau naik motor, dia tak tega.Mobil cum
Baca selengkapnya

Apa yang diketahui Lastri? 11

Bab 11Apa yang diketahui Lastri"Bima memang sudah keluar dari penjara," balasku. Lastri menganga mendengarnya. Matanya terlihat membulat. Nampak sekali kalau dia sedang terkejut. "Hah? Serius?" Lastri meyakinkan, apa yang baru dia dengar. "Iya, kemarin sore dia datang ke sini," balasku. Lastri terdiam sejenak. Mengigit bibir bawah ini. "Astaga ... berarti tadi memang Mas Bima," ucap Lastri dengan nada terkejut. Kemudian telapak tangannya menutup mulutnya. "Iya, Bima memang sudah keluar dari penjara. Dia ingin ketemu dengan Azkia, tapi kakakmu tak mengijinkan," jelasku. "Jangan, Mak! Bagus banget keputusan Mbak Ratih!" sergah Ratih cepat. Cukup membuatku menganga. Kenapa Ratih ngomong seperti itu. Aku terdiam sejenak. Memahami."Kenapa?" tanyaku biar rasa penasaran ini terjawab. Ratih terlihat mengatur napasnya perlahan. "Karena aku tadi melihat Mas Bima sedang ....""Assalamualaikum," terdengar suara salam. Karena mendengar suara salam itulah, aku segera menoleh ke arah pintu.
Baca selengkapnya

Kabar yang dinanti. 12

Bab 12Kabar Yang dinanti"Jadi Bima ke sini?" tanya Mas Maftuh memastikan, kuanggukan kepala ini sejenak. Terus kuatur napas ini. Masih terasa tak nyaman, masih terasa tak tenang.Lebay? Biarlah orang menganggapku lebay, karena yang merasakan aku, bukan mereka yang melihat."Iya, Mas, sebelum aku berangkat jemput sekolah Farel. Dia ke sini. Tapi nggak aku persilahkan masuk kok. Hanya di luar, aku benar-benar nggak nyaman. Kenapa aku harus ketemu dia lagi?" jelasku.Ya, sengaja aku ceritakan ke Mas Maftuh. Biar rasa sesak di dalam sini bisa sedikit tenang. Entah sudah berapa kali aku membuang napas dengan kasar. Tapi tetap saja merasa sesak.Mas Bima terlihat mengusap wajahnya pelan. Terlihat sedang memikirkan sesuatu."Berani juga dia ke sini," ucapnya. Kutanggapi dengan anggukan. Ya, dia memang sangat berani. Entahlah. Bisa kubilang muka tembok dan nggak punya malu. Itu yang aku nilai dari mantan suamiku."Iya, aku yakin dia tetap melakukan segala cara, agar bisa menemui Azkia," jel
Baca selengkapnya

Lanjutan Menanti Kabar. 13

Bab 13Lanjutan Menanti Kabar"Ratih, aku ganggu nggak ini?" tanya Bu Putri dari sambungan WA. Ya Bu Putri menelponku via WA. Jelas lebih hemat. Karena kami sudah berbeda Negara."Nggak, Bu, sama sekali nggak ganggu," jawabku. Ya walau sebenarnya mata ini sudah hampir saja terpejam, akhirnya terbangun karena ada suara dering WA. Kalau dari Bu Putri, jelas sangat ada waktu untuknya.Mas Maftuh pun aku lihat membukakan kelopak matanya. Dia pun mungkin sama denganku. Udah hampir terpejam, tapi terbangun mendengar suara dering gawai.Karena sudah tahu dari Bu Putri, akhirnya dia memejamkan mata lagi. Ya seperti itulah Mas Maftuh. Mungkin dia sengaja memejamkan mata lagi, agar aku bisa leluasa berbincang dengan Bu Putri."Emm, kayaknya besok saya pulang ke Indonesia, mah di bawain oleh-oleh apa?" ucap dan tanya balik Bu Putri, cukup membuat mata ini melebar mendengarnya. Senang banget dengar kabar ini."Serius?" tanyaku untuk lebih memastikan. Rasa ngantuk seketika menghilang."Iya, aku ud
Baca selengkapnya

Siapa Mami Marka. 14

Bab 14Siapa Mami Marka?Naluri. Itu yang di rasakan oleh Ratih. Mungkin banyak yang tak sependapat dengan keputusannya, tapi baginya itu yang terbaik untuk kebaikan anak-anaknya. Aku hanya seorang Ibu, yang berharap terbaik untuk anak-anakku. Aku juga seorang Nenek, yang menginginkan yang terbaik untuk cucu-cucuku. Masalah yang dihadapi sekarang, harus cukup jeli dan tak asal ambil keputusan. Sedikit saja salah mengambil keputusan, aku yakin ada hal fatal yang tak diinginkan. ***************************Aku lihat Lastri menelan ludah sejenak. Kemudian memejamkan matanya. Seolah sedang menata hati, untuk menyampaikan apa yang ia lihat hari ini. Cukup membuatku semakin berdegub tak menentu. "Mas Bima sedang berbincang dengan Mami Marka, sepagi itu Lo, Mak, ngapain coba? Makanya jangan pertemukan Azis dengan Mas Bima, walau dia bapaknya," jelas Lastri. Kutelan ludah ini sejenak, setelah menganga sekian detik. "Mami Marka?" aku mengulang kata itu. Lirih, tapi mungkin masih terdengar
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
23
DMCA.com Protection Status