~••°••~Mendekati waktu Dzuhur, terapi berjalan dihentikan. Dari ruangan terapi, dibantu dengan penyangga punggung, perlahan tapi pasti aku nekad berjalan ke kamar. Jaraknya tidak begitu jauh, tapi sukses membuat peluhku bercucuran sebesar biji-biji jagung. Menurutku, sesekali memang harus dipaksakan. Jika didiamkan terus, dimanjakan terus, bisa lama sembuhnya.Emak berkali-kali bertanya dengan mimik wajah cemas. Beliau se-khawatir itu, melihat bajuku yang basah oleh keringat. Meski juga sudah dijawab berulang-ulang, tetap saja tiap beberapa menit sekali emang bertanya lagi. "Kamu beneran nggak kenapa-kenapa, Rin?" atau "Nggak apa-apa kan, Rin ... apa yang sakit, mana yang harus Emak pijat?"Itulah Emak, selalu khawatir untuk keadaan anak-anaknya.Setelah berjuang dengan maksimal, akhirnya bisa juga mencapai ranjang. Dengan sangat hati-hati aku duduk, menjaga agar tidak terjadi gerakan tiba-tiba yang bisa membuat ngilu di rusuk. Sebab, apabila itu terjadi aku bisa meradang kesakitan b
Last Updated : 2022-06-18 Read more