Beranda / Lain / Setelah Bapak Tiada / Bab 71 - Bab 80

Semua Bab Setelah Bapak Tiada: Bab 71 - Bab 80

100 Bab

Episode 71

~••°••~Baru saja aku berbelok ke halaman, Rafif berlari menyongsong. Matanya basah, hidungnya merah, ingus ke mana-mana. Sepertinya dia habis menangis lama."Ateu lama!" rungutnya mencubit pahaku."Astaghfirullah, sakit, Nak." Aku meringis, mengusap-usap bekas cubitannya. Aku gandeng tangan kecil yang jahil tersebut. Lalu menggiring sekaligus Aldo masuk rumah, karena hampir Magrib."Rafif nangis tadi, Teu!" adu Aldo bersemangat."Kenapa sampai nangis, Ateu tadi 'kan pamit baik-baik. Beli jajanan ke kedai Koh Agung. Apa Ateu bilang tadi? Yang nangis-nangis enggak dikasih jajanan, 'kan."Aku celingak-celinguk sekeliling, mencari keberadaan Bang Farid. Sendalnya ada di depan, orangnya entah ke mana. Pintu kamar juga terbuka lebar, tidak ada di sana. Di dapur juga tidak terlihat tanda-tanda adanya orang."Om mana?" tanyaku pada Aldo."Di belakang rumah," jawabnya polos."Hah, ngapain?""Ambil layangan."Dahiku mengernyit, ambil layangan apa yang dimaksud Aldo. Aku berjalan ke dapur, memb
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-18
Baca selengkapnya

Episode 72

Sebelum aku melanjutkan kisah perjalanan untuk mencapai gelar dokter, barangkali perlu untuk kugambarkan kampung Madila itu seperti apa. Tidak terlalu penting memang, tapi selalu ada kesan di hati. Di sini darah tertumpah, kaki berpijak di tanahnya untuk pertama kali dalam hidupku.Jangan berekspektasi tinggi tentang Madila. Hanya sebuah desa kecil di kaki gunung Talang. Dia termasuk dalam wilayah Kabupaten Solok. Dibilang daerah pinggiran, tidak juga. Masih ada yang lebih pinggir dari Madila. Di sini pegunungan, udaranya sejuk dan bersih. PR berat untuk Madila kedepannya adalah jaringan telepon seluler dan internet.Sebagian berpendapat kalau lemahnya tangkapan jaringan di Madila akibat pepohonan tinggi yang banyak tersebar. Selain itu, posisi Madila meskipun di atas ketinggian tetapi seperti ceruk yang tersembunyi dalam pangkuan jajaran bukit Gunung Talang. Warga rata-rata memiliki ponsel, satu rumah setidaknya punya satu unit. Untuk bisa digunakan, harus mencari titik-titik tertent
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-18
Baca selengkapnya

Episode 73

Tengah malam aku terbangun mendengar suara tangisan Humaira. Di sampingku, Bang Farid tertidur pulas dalam kemul. Dingin udara pegunungan, serasa tembus sampai ke tulang. Aku keluar kamar, menemukan Emak sudah menimang Humaira."Kenapa, Kak?" Aku membantu Kak Kasih meluruskan duduknya. Atas permintaan Emak, sampai selesai nifas nanti Kak Kasih harus tinggal di rumah Emak dulu."Masuk angin mungkin, Rin. Dari tadi tidurnya gelisah.""Coba sini, Mak."Aku buka bedongan Humaira. Memijat perutnya perlahan, lanjut ke punggungnya. Belum semenit, dia kentut bukan main kerasnya. Aku sampai terlonjak demi suara 'bum' yang dihasilkan si bayi merah itu.Sedikit minyak telon aku balurkan di punggung, keliling pusat dan telapak kaki. Baru membedongnya lagi agak erat, dengan kain panjang batik. Humaira mulai tertidur dalam pangkuanku."Makanya Emak bilang, kasih minyak telon tiap beberapa jam. Namanya udara dingin, ya begitu. Kalian dulu juga begitu kok," omel Emak."Jangan dong, Mak. Minyak telon
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-18
Baca selengkapnya

Episode 74

~••°••~Bang Farid berangkat lebih awal dari biasanya. Beberapa dokumen harus diselesaikan sebelum aku kembali kuliah. Salah satunya mengubah status pada KTP dan menerbitkan Kartu Keluarga. Semua itu penting, agar ketika nanti kami serumah di Padang, tidak digebukin warga. Hehehe."Rindu ikut, Mak." Aku buru langkah Emak yang sudah sampai di tepi jalan."Kakakmu sendirian di rumah," tolak Emak."Kan enggak lama, Mak. Sekalian mau beli bahan masakan nanti 'kan."Emak geleng-geleng. Akhirnya diperbolehkan ikut. Sambil menyusuri jalan menuju rumah Ema, banyak kejanggalan yang aku kemukakan pada Emak. Tetap saja pendirian Emak begitu kukuh, melarangku untuk buruk sangka.Sebelum sampai ke rumah Ema, beberapa kali berpapasan dengan warga. Ketika Emak bilang mau ke rumah Ema, mereka langsung memberikan tanggapan berbeda-beda. Membuktikan, bahwa Uni Ema ngomong sana-sini. Bukan di tempat Bu Eli dan Tek Dar saja berarti.Rumah semi permanen ber-cat biru itu beberapa langkah lagi kami capai. U
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-18
Baca selengkapnya

Episode 75

~••°••~Permasalahan kerja dengan Uni Ema ternyata tidak sesederhana itu. Sebuah berita yang menggelinding dalam masyarakat, seperti bola salju yang makin lama akan semakin besar. Membersihkan nama juga bukan perkara mudah dan cepat seperti wacana Uni Ema.Kak Kasih jelas terpengaruh dengan desas-desus tidak mengenakkan tersebut. Dampak yang paling nyata kepada produksi ASI yang tidak maksimal. Dia stress, sering menangis tiba-tiba. Apalagi kalau Humaira lagi rewel. Meskipun ada Emak yang siaga 24 jam di sampingnya, tak berpengaruh bagi psikologis Kak Kasih."Kasih sepertinya kena sindai babek, Rindu. Harus dibuatkan obatnya ke orang pintar." Makwo Ida yang sedang bertandang, memberikan komentar."Apa itu, Makwo?""Sindai babek itu seperti yang kamu lihat pada Kasih. Kadang menangis tanpa sebab. Kadang tiba-tiba benci kepada anaknya. Perasaannya kacau balau, tidak menentu.""Cara mengobatinya bagaimana, Makwo?""Ya dibuatkan sama orang pintar. Daun-daun tertentu, urat-urat pohon terte
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-18
Baca selengkapnya

Episode 76

~••°••~Sambil lewat, Bang Farid singgah di salah satu toko perabotan. Membeli kasur spring bed dan karpet permadani. Tidak lupa sapu, kain pel, dan wiper pembersih kaca. Saat memuat barang-barang ke mobil pick up milik toko, ponsel Bang Farid berdering. Temannya sudah sampai di rumah, sejak beberapa saat yang lalu.Aku benar-benar hanya membawa pakaian ke Padang. Semua kebutuhan dan perabot rumah harus dibeli lagi. Kalau piring, sendok, dan semacamnya masih bisa dibawa dari kos. Lemari, ember, dan sebagainya ... tampaknya memang harus dibeli semua."Kita langsung ke rumah, nggak jadi mampir dulu ke rumah Mas Rudi." Bang Farid mulai melajukan mobil, disusul mobil toko di belakang."Mas Rudi marah nggak, tuh?""Biarin dia sama anak bininya ke rumah kita. Namanya juga waktu mepet.""Eh 'kan harus ke kos dulu, ambil-ambil barang," tukasku."Iya, ya. Kita ke rumah dulu, deh. Nggak jauh juga dari kos, kok. Nggak enak teman-teman Abang kelamaan nunggu."Jika begitu kiranya, maka aku menurut
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-18
Baca selengkapnya

Episode 77

"Insya Allah saya dibesarkan dengan didikan dan nilai agama yang baik, Bu. Justru untuk menghindari dosa, makanya saya menikah saja. Orang bebas berpendapat, biar saya, suami saya, orang-orang terdekat saya, serta Allah saja yang tahu bagaimana sebenarnya."Merah padam wajah ibu kos. Selama di sini, bahkan sekali pun tidak pernah aku maupun Fuji berbuat ulah. Kalau penghuni kamar lain, maaf saja ... entah itu telat bayar sewa, entah itu sampah yang berserakan, jorok, entah itu membawa laki-laki ke kamar. Ada saja kasusnya. Paling terbaru kasus anak kos yang aku dengar dari Fuji, ada yang klepto dan suka menguntit penghuni kamar lain."Ibu hanya bercanda, Rindu. Jangan dimasukin ke hati, dong.""Bercanda tidak begitu bahasanya, Bu. Sebagai perempuan saya tersinggung dengan candaan Ibu.""Sudah, Rindu," cegah Bang Farid."Ibu minta maaf kalau begitu.""Sama-sama minta maaf ya, Bu. Barangkali selama tinggal di sini ada hal yang kurang berkenan di hati Ibu, mohon direlakan maaf untuk saya
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-18
Baca selengkapnya

Episode 78

~••°••~Aku ketinggalan banyak hal, tentu saja. Dua bangku yang selalu tercium wangi dari jarak jauh, kini kosong. Hening. Entahlah, kenapa terasa janggal tanpa kehadiran Michelle dan Rosemary. Mereka berdua heboh, menebarkan suasana ceria dalam kelas ini.Profesor Maiyulita menutup perkuliahan. Tidak ada kuis dadakan seperti dulu. Beliau juga terlihat santai, tidak killer dan bikin deg-degan. Teori tidak lagi sepadat dulu. Makin ke sini, lebih banyak simulasi dan pemecahan masalah secara individu maupun kelompok.Lalu, salah seorang staf rektorat entah dari mana datangnya melongok ke pintu kelas. Kami seharusnya belajar dengan Dr. Ernandus, dalam materi Gastrointestinal Lanjut. Gastrointestinal merupakan mata kuliah yang mempelajari tentang organ pencernaan meliputi lambung dan usus pada tubuh manusia. Di mata kuliah ini, kamu akan belajar sistem pencernaan yang ada di tubuh manusia. Bapak tersebut menyampaikan bahwa Dr. Ernandus tidak mengajar, kelas silakan bubar. Perkuliahan akan
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-18
Baca selengkapnya

Episode 79

Ketika aku benar-benar tersadar dari trauma kecelakaan, selain Emak ... yang aku pikirkan adalah Fuji. Bagaimana dia sendirian di kamar? Meski telah sekian tahun menjadi anak kos, belum serta merta menjadikan dia bisa mandiri. Siapa yang akan menepuk-nepuk punggungnya sampai tertidur? Siapa yang akan menyinyirinya untuk makan tepat waktu? Siapa yang akan gigih menyuruhnya salat? Siapa yang akan menarik-narik kakinya agar bangun Subuh? Ah, sungguh pelik.Raisya, gadis tinggi semampai itu harus kusebut sebagai penyelamat. Dia datang menggantikan posisiku. Harusnya kuucapkan beribu terima kasih kepadanya. Kekhawatiran yang mendera, akhirnya perlahan sirna dan berganti dengan kelegaan.Semenjak semester awal, yang aku ketahui tentang Raisya adalah dia sosok yang periang. Gadis itu pintar mencairkan suasana agar ceria. Ada saja guyonan yang dia lakukan, sehingga orang-orang menyukai pribadinya. Raisya tidak pernah pilih-pilih dalam berteman.Begitu pula dengan background Raisya. Setangkap
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-18
Baca selengkapnya

Episode 80

~••°••~"Kita boleh baik, Bang. Boleh banget. Tetapi, lihat dulu dong baiknya ke siapa? Setelah semuanya yang Abang ketahui, kok ya bisa-bisanya langsung percaya? Belum cukup yang terjadi sebelum-sebelumnya dijadikan pelajaran?"Pagi ini, aku benar-benar kesal dengan Bang Farid. Tidak pernah sekali pun aku menghalangi langkahnya. Apa pun yang dia lakukan, selalu ada dukungan dariku. Sekali ini, dia gegabah. Ditambah mudah kasihan dengan orang. Nggak bisa kena cerita sendu langsung luluh. Yang orang itu pun pintar menjual penderitaan. Plus, urat malu yang udah putus.Entah bagaimana mulanya, Uda Revan bisa dapat akun Facebook Bang Farid. Melalui pesan di messenger dia memohon-mohon agar dikirimkan sejumlah uang untuk makan di kantin lapas. Menjual penderitaan bersama ibunya—Etek Yarni—dia merayu Bang Farid sampai luluh. Dasarnya suamiku tak bisa dibujuk oleh kesedihan, sekian ratus ribu telah ditransfer ke rekening tujuan. Katanya milik ibu kantin di sana. Dia melakukan transaksi tanpa
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-18
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status