Home / Romansa / Taaruf dengan Anak Wanita Malam / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Taaruf dengan Anak Wanita Malam: Chapter 71 - Chapter 80

250 Chapters

71. Drama Queen

Setelah acara makan malam baik keluarga Aqsa dan keluarga Zahrana bercengkrama. Zahrana pandai berbicara sehingga mampu mencairkan suasana. Awalnya dia merasa tak nyaman tetapi karena tekadnya bulat mencapai tujuannya apapun dia lakukan.Ayu cukup antusias berbincang dengan Zahrana. Dia percaya Aqsa akan tertarik padanya. Zahrana menguasai pembicaraan dimulai bisnis karena belajar dari kedua orang tuanya, fashion hingga masalah pendidikan. Memang dia gadis yang cerdas dan berwawasan luas. Yusuf sangat bangga dengan putrinya tetapi sayang kepandaian putrinya tidak ditempatkan pada tempat semestinya.Sesekali Aqsa ikut tersenyum mendengar cerita Zahrana yang menarik. Meskipun senyumnya itu irit. Dia hanya tertarik pada Zahrana saat mengisahkan pengalamannya menjadi seorang guide sebelum menjadi guru. Senyum Aqsa yang terlihat oleh Selina ialah sebuah senyum ketertarikan Aqsa pada Zahrana. Selina semakin salah paham.Rakha pun mulai membahas masalah bisnisnya dan Yusuf membahas soal peng
Read more

72. Ditimpa kemalangan

Rupanya Aqsa dan Zahrana telah sepakat untuk menjawab hal itu di depan ke dua orang tua mereka. Dengan alasan, mereka tak ingin melukai hati ke dua orang tua mereka dan merusak hubungan kerja sama mereka yang baru terjalin. Dengan menjawab seperti itu maka keduanya bisa menjawab iya atau tidak. Namun dalam benak Zahrana tentu saja jawabannya hanya satu ‘iya’. Kelemahan Aqsa ada pada sang ibu. Oleh karena itu dia bertekad akan mendekati Ayu untuk meraih Aqsa. Ayu dan Rakha terkejut lalu tersenyum. “Kalian kompak sekali,” ucap Ayu. Mungkin awal yang baik, pendekatan yang perlahan terjadi secara alami, pikirnya. Shiza lebih memilih diam. Saat ini dia pasrah, takkan memperjuangkan siapapun lagi. Lalu dia membuka ponselnya dan ingin membuka nomor Selina yang di block tapi karena masih kesal dia menyimpan lagi ponselnya. Perbincangan pun usai. Keluarga Aqsa langsung pulang ke rumah sedangkan keluarga Zahrana menginap di hotel. “Maksudmu apa minta dijodohkan lalu menolak? Kamu jangan bik
Read more

73. Tak sadarkan diri

Pilihan terakhir Selina akan naik kendaraan umum yang aman, yang tak lain bus. Dia naik angkot menuju terminal Leuwi Panjang. Dia akan naik bus Bandung-Cianjur dari sana. Dia memilih bus AC untuk kenyamanannya.Tak terasa malam sudah semakin larut. Beberapa pasang mata memperhatikannya dan mengikutinya. Mereka takkan melewatkan begitu saja seorang gadis cantik dengan outfit yang terlihat berkelas lewat. Apalagi melihat tas selempang hitam yang mencuri atensi mereka.Di terminal ternyata masih ramai orang meskipun sudah larut malam. Selina sedikit lega karena di sana dia akan merasa aman. Dia menaiki bus dan duduk di kursi dua. Dia memilih duduk dekat jendela. Satu per satu penumpang pun menjejali bus itu hingga makin ramai. Bus pun melaju.Beberapa menit kemudian bus berhenti sejenak di rest area sementara karena supir ingin pergi ke toilet diikuti penumpang yang lain. Tiba-tiba ada seorang lelaki ijin duduk di sebelah Selina karena memang kursi di sana kosong. Selina hanya mengangguk
Read more

74. Tak sesuai ekspektasi

Mahendra kaget setengah mati melihat Selina jatuh pingsan. Gegas, dia menghampirinya. Dia langsung berjongkok dan meraih kepalanya dengan sangat hati-hati. Sontak, dalam kondisi seperti itu dia begitu takjub melihat keindahan paras di hadapannya.Tak percaya, Mahendra merasa mengalami sebuah mimpi indah yang menjadi kenyataan. Mahendra bisa begitu dekat dengan Selina. Antara senang dan sedih menyatu. Senang bisa berada dekat dengannya tapi sedih saat yang sama saat melihat Selina dalam keadaan sakit.Bagaimana bisa ada makhluk bumi seindah ini. Naluri kelelakiannya ingin sekali memberontak hanya sekedar mengagumi bibir yang ranum dengan wajah putih yang meskipun pucat masih memancarkan inner beauty yang tersembunyi.“Oh my Gosh! Kok sempat-sempatnya aku berpikir tidak waras,”Mendadak, otaknya yang semula cerdas berubah menjadi buffering seperti koneksi internet saat menghadapi gadis itu.Lalu dia mengedarkan pandangannya, melihat sekitarnya khawatir Selina cedera, terbentur sesuatu.
Read more

75. Perbincangan dua dokter lajang

Fadel dan Hawa mengantar Selina pulang. Fadel menyetir mobil sedangkan Hawa duduk di belakang menemani Selina.Selina mulai sadar. Hawa pun langsung memberinya air minum lagi.“Teh, aku kok ada sama Teteh?” tanya Selina mengedarkan pandangannya. Dia masih merasa pusing. “Aku mual, tolong matikan AC-nya!”Fadel pun langsung mematikan AC mobil dan membuka sedikit jendela mobil agar tidak pengap.“Adikku, alhamdulillah kamu selamat. Tadi dr Andra menemukanmu pingsan di trotoar. Beruntung dr Andra kalau orang lain amit-amit,” sahut Hawa merangkul adiknya, membiarkan Selina bersandar di bahunya.“Ough!”Selina meringis dengan memegangi kepalanya.“Kamu demam,” ucap Hawa menyentuh keningnya. “Ah, ponselku …” lirih Selina. Dia menegakkan tubuhnya.“Kenapa?” tanya Hawa bingung.“Ponselku dicopet tadi Teh di bus. Lalu aku kejar pencopet itu tapi percuma mereka hilang begitu saja,”Selina merapikan khimarnya yang berantakan. Dia masih mengingat sisa-sisa kesadarannya. Seseorang telah menolongn
Read more

76. Curhat berujung debat

HahahaMahendra terkikik, efek minuman membuatnya mulai sedikit mabuk. Dia mulai mengeluarkan isi hati dan pikirannya.“Aku tidak suka gadis terlalu cantik. Pelakor yang merebut Daddy-ku seorang wanita sangat cantik dan agamis, kelihatannya. Entah, kamuflase atau munafik,”Dave mencebik kesal.“Apakah semua pelakor cantik? Mungkin! Tapi menurutku gadis cantik itu bukan pelakor tapi perebut hati orang,” kekeh Mahendra. “Once more!” titahnya lagi pada bartender. Dave hanya menggelengkan kepalanya melihat Mahendra.Mahendra menengok arlojinya dan menatap Dave dengan serius.“Pasienku meninggal kemarin …” ucapnya dengan tersenyum. “Setelah dioperasi, keluarganya menuntutku …” cerocosnya. Rupaya Mahendra tengah memiliki masalah sehingga membuatnya merasa tertekan selain karena memikirkan Selina. Di balik sikapnya yang periang dan selalu tertawa ternyata dia selalu menyimpan masalahnya, sehingga menjadi tekanan tersendiri baginya. Dia butuh pelampiasan.“Kamu melakukan kesalahan? SOP?” tany
Read more

77. Hasil istikharah

Selina hanya menggeleng pelan. “Aku gak tahu,”Dia merebahkan kembali tubuhnya dan menatap nanar lampu gentur yang menjuntai di langit-langit.“Okay, berarti semua baru dugaan,”Hawa berkomentar.“Aku harus bicara dengannya …” cetus Selina bangun lagi dan duduk. Dia mengacak rambutnya frustasi.Hawa hanya mendecak sebal melihat kelakuan adiknya. Baru pertama kali merasakan jatuh hati lalu patah di saat yang sama rasanya nano-nano. Dia tidak seperti seorang guru yang mengajari anak didiknya. Barangkali dia lebih mirip seorang anak kecil yang kehilangan mainan barunya, yang limited edition dan eksklusif direbut oleh temannya.Hawa tak ingin menyalahkannya karena dia pun pernah merasa di posisi yang sama. Jatuh hati. Beruntungnya dia tidak mengalami patah hati karena bisa menikah dengan orang yang dia sukai yakni sang suami.“Siapa?” cicit Hawa. Dia menaikkan alisnya sebelah.“Dengannya …” sahut Selina.“No, Selina! Setelah Teteh pikir, kamu tak usah bicara dengan siapapun! Baik si Zahra
Read more

78. Tamu tak diundang

Siang hari Selina pergi ke gerai hp untuk membeli ponsel baru. Dia juga sudah menghubungi call center dan pihak operator untuk segera melakukan verifikasi dan memblokir kartu yang sudah hilang demi keamanan.Sepulang dari toko dia pun bergabung bersama Ummi Sarah, Hawa dan para santriwati mempersiapkan hidangan untuk sore nanti. Terlihat semua orang sedang sibuk dengan pekerjaan masing-masing.Tiba-tiba Adam muncul di belakang Selina dan menutup matanya.“Aa!” pekik Selina tapi Adam tak mau melepasnya. “Buka ih!”“Gak!”“Aa, udah deh jangan iseng! Aku mau bantuin Ummi …” sergah Selina geram.Ummi Sarah menatap Adam yang usil dan mengisyaratkan padanya untuk berhenti menjahili adiknya.“Ayo ikut!”Adam masih menutup mata Selina dan menuntunnya untuk pergi ke kamar Selina.“Tad da!” ucap Adam membuka mata Selina. “Indah gak?” tanya Adam. Mengingat adiknya yang sedang bersedih, Adam membelikannya bunga lady rose berwarna kuning yang ditata sedemikian rupa ke dalam vas kaca di kamar Selin
Read more

79. Ketahuan juga

“Apa aku tidak salah dengar kalau Bu Selina itu putrinya yang punya pesantren?” gumam Winda sembari melangkahkan kakinya menuju rumah besar yang berada di antara lingkungan pondok diikuti Hanum di sampingnya.“Memang telinga Bu Win berdengung gitu?” goda Hanum.“Ckck! Ah gak mungkin! Salah kali! Masa iya, aku gak percaya. Penampilan Bu Selina tahu sendiri sederhana. Aku gak percaya. Santriwati itu kayaknya baru jadi belum tahu kali,” elak Winda.“Um, emang kalau bener atau tidak masalah gitu?” debat Hanum sembari menikmati angin sepoi-sepoi di siang hari yang teduh.“Enggak juga sih. Cuma gak percaya aja kayak gak mungkin gimana gitu …”Mereka pun tiba di halaman rumah Selina. Terlihat beberapa kendaraan beroda empat menyusul dan parkir di area pesantren yang luas. Dulu saat pesantren masih sepi bangunannya masih sedikit dan kecil. Namun karena berkembang dikelola dengan baik oleh Ustaz Bashor dibantu adik-adiknya gedung pesantren semakin baik, lebih besar dan fasilitas semakin bagus.
Read more

80. Mahendra frustasi?

Selina duduk di samping Ummi Sarah dan tersenyum tipis. Ummi Sarah tak banyak bicara. Dia tahu putrinya telah melakukan kesalahan. Dia akan menegur sang anak saat berdua dan saat acara telah usai. Tak pernah dia menegur di depan orang lain demi menjaga mental sang anak.“Ummi tinggal dulu. Anggaplah seperti rumah sendiri,” ucap Ummi Sarah meninggalkan mereka.“Sehat Bu Selina?” tanya Winda tersenyum manis. Seperti scanner Winda memindai Selina dari atas ke bawah.“Sakit,” sahut Selina, berhasil membuat Winda dan Hanum terkejut.“Sakit apa?” tanya mereka kompak.“Sakit, ponselku ada yang nyuri. Kualat kayaknya pulang duluan,” ucap Selina dengan terkekeh. Dia pandai sekali menyembunyikan perasaan bersedihnya.“Sabar ya Bu Selina. Bu Selina bisa beli ponsel lagi yang baru secara anak pemilik pesantren gitu … punya banyak uang,” pancing Winda. Dia hanya penasaran apa yang dikatakan santriwati itu benar. Hanum hanya mendelik pada Winda dan ingin sekali rasanya menyumpal mulut Winda dengan
Read more
PREV
1
...
678910
...
25
DMCA.com Protection Status