“Inget, meskipun ntar udah di rumah sendiri, jangan asal main teriak aja, Hen!”Suasana mobil yang semula hening mendadak riuh. Irma kontan terbahak, membuat wajah Heni dan Brian kompak memerah. Di detik selanjutnya, tawa Bagas ikut pecah, kompak berbaur dengan suara tawa sang bunda.“iihh ... dari tadi yang dibahas itu mulu!” Heni mencebik, sementara Brian memilih memalingkan muka dan menatap dari kaca jendela.Tawa Irma makin keras. Agaknya kini bundanya itu bisa tersenyum bahkan terbahak-bahak dengan begitu bebasnya. Tidak seperti ketika di rumah dan ada 2 keponakan Heni yang masih di bawah umur. Dasar warga +62, dulu aja ketahuan kelonan dimaki dan diomeli panjang lebar, eh sekarang malah jadi bahan tertawaan. Ah ... agaknya memang Brian dan Heni ini tempat salah.“Abisnya kalian itu polos banget, sumpah! Mentang-mentang penganten baru, jadi dunia milik berdua.” Gumam Irma setelah berhasil mengendalikan tawanya.“Aaaa ... udah ah, Bun.” Rengek Heni dnegan bibir mengerucut.“Mendin
Terakhir Diperbarui : 2022-09-11 Baca selengkapnya