Beranda / Romansa / Mendadak Kawin / Bab 81 - Bab 90

Semua Bab Mendadak Kawin: Bab 81 - Bab 90

161 Bab

BAB 81 (21++)

"Pengen mandi?" tanya Brian sambil membelai puncak kepala sang istri yang nampak begitu nyaman dalam dekapannya. Heni menggeleng, sama sekali tidak melepaskan diri dari dekapan sang suami. Ia menyandarkan kepala di dada Brian. Entah mengapa rasanya sungguh damai sekali. Heni menekan-nekan permukaan kulit Brian, ia baru tahu bahwa mulai hari ini dia punya sebuah hobi baru, yaitu menyentuh kulit Brian yang lembab berkeringat seperti ini. "Masih sakit?" sebuah pertanyaan bodoh yang sebenarnya tidak perlu Brian tanyakan. Sebagai ahli medis, tentu Brian tahu apa yang baru saja dia lakukan pada organ intim istrinya dan berapa lama robekan itu akan sembuh, bukan? Namun entah mengapa Brian ingin sekali tahu jawabannya dari mulut Heni langsung. "Masih. Malam ini sekali aja, ya? Ngilu banget Mas rasanya." mohon Heni lirih. Dia tidak bohong. Perih itu masih begitu terasa, terlebih setelah sisa-sisa kenikmatan itu benar-benar sirna. Rasanya benar-benar menusuk. Brian terkekeh, menjatuhkan kec
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-06
Baca selengkapnya

BAB 82

Yudha mengerang dengan begitu sensual ketika puncak itu berhasil dia daki. Tubuhnya yang bercucuran peluh, mengejang hebat. Ia merasakan betul cairan hangat itu menyembur keluar dari miliknya. Hanya saja seperti biasa, Yudha menahan cairan itu agar tidak menyembur memenuhi rahim Karina. Yudha berdiam diri di dalam sana sampai tetes terakhir cairan pelepasannya. Ketika sudah tidak ada lagi yang keluar, Yudha perlahan-lahan membuka matanya, menatap wajah memerah bersimbah peluh di bawah kungkungan tubuhnya ini. Yudha tipe orang yang suka mendominasi, terlebih dalam urusan ranjang, Yudha lebih suka banyak mengambil bagian dan menguasai permainan meskipun Yudha juga sangat menyukai momen ketika Karina memegang kendali permainan di atas tubuhnya. "Rin ... jangan bikin suamimu ini minta nambah terus dengan posemu yang kayak gitu, ya?" desis Yudha seraya perlahan-lahan mengeluarkan miliknya dari dalam tubuh sang istri. Karina mendengus, ia dengan susah payah membuka mata. Tubuh Karina ra
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-07
Baca selengkapnya

BAB 83

Berbeda dengan dua kamar yang itu, kamar Kelvin sepi dan sunyi. Jangan lupa dingin dan asingnya kamar yang kini kembali dia huni. Lebih tepatnya untuk hari ini karena besok Kelvin sudah harus kembali bertugas. Kelvin mendesah, sejak tadi matanya tidak dapat terpejam. Kepalanya begitu pusing. Hari kelulusan gadis itu makin dekat dan itu artinya pernikahan yang tidak pernah diharapkan dan diingkan oleh Kelvin akan segera terlaksana. "Kenapa harus dia sih? Kenapa?"Sebuah pertanyaan yang terus Kelvin tanyakan. Entah pada dirinya sendiri atau kepada kedua orang tuanya. Namun sekali lagi, tidak pernah ada jawaban yang bisa menjawab dan memuaskan Kelvin akan pertanyaan yang terus menganggu pikirannya itu. Namira. Ah! Kelvin tersenyum getir ketika teringat nama itu. Namira. Gadis itu cantik, berusia 24 tahun. Sebuah usia yang tentu tidak semuda Agatha yang masih 18 tahun! Dia dewasa, cekatan dan di mata Kelvin, Namira begitu sempurna. Koas itu sering mendapat jatah jaga IGD bersamanya,
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-08
Baca selengkapnya

BAB 84

Heni meraba bagian kasur yang ada di sisinya. Matanya kontan terbuka ketika mendapati sang suami tidak ada di sebelahnya. Kemana Brian pergi? Heni tersenyum ketika mendapati pintu kamar mandi tertutup. Jadi suaminya itu tengah mandi? Atau apa yang sedang dia lakukan di dalam sana? "Udah jam 6 ternyata!" desisnya sambil tersenyum. Ia kembali mengernyit ketika hendak menggerakkan kaki. Dahsyat sekali rupanya efek dari ganasnya Brian semalam. Heni terkekeh, dengan susah payah akhirnya ia bisa menurunkan kaki, berdiri dan hendak mengangkat kaki ketika suara pintu terbuka itu menyapa telinganya. "Pagi istri tersayangku!"Heni menoleh, wajahnya bersemu merah dengan senyum merekah ketika mendapati Brian sudah berdiri di depan pintu kamar mandi. Rambutnya masih basah, handuk putih itu melilit tubuh bagian bawah Brian, menampakkan dada dan perut Brian yang seketika menggoda Heni. "Kupikir kemana, udah selesai mandi?" Heni sedikit tertatih melangkah, ketika sudah terbiasa, ia mulai berjalan
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-09
Baca selengkapnya

BAB 85

Brian mengerutkan kening ketika tiba-tiba Heni masuk ke dalam kamar dan menutup pintu kamar dengan segera. Ia berdiri di balik pintu, nampak terengah dengan wajah memerah. Ada apakah?“Sayang ... kenapa?” tentu itu yang Brian tanyakan, bukankah istrinya itu tadi hendak turun untuk sarapan sebelum mereka pergi ke bandara? Kenapa mendadak kembali masuk ke dalam kamar dengan wajah macam kepiting rebus begitu?Heni nampak menghela napas panjang, menghirup udara dalam-dalam lalu dihembuskan secara perlahan. Ia masih dalam posisi menempel di pintu, seolah menghadang siapapun yang hendak keluar dari pintu itu.“Mas ... jangan keluar!” ujar Heni mengabaikan pertanyaan sang suami.Alis Brian berkerut, kenapa dia tidak diizinkan keluar dari kamar? Ada apa di luar sana? Mantan pacar Heni kesini, begitu?“Eh ... kenapa nggak boleh keluar sih?” tentu Brian protes, kenapa sampai-sampai dia tidak diperbolehkan sang istri keluar dari kamar?Heni tidak menjawab, ia segera menghampiri Brian yang berdir
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-10
Baca selengkapnya

BAB 86

“Inget, meskipun ntar udah di rumah sendiri, jangan asal main teriak aja, Hen!”Suasana mobil yang semula hening mendadak riuh. Irma kontan terbahak, membuat wajah Heni dan Brian kompak memerah. Di detik selanjutnya, tawa Bagas ikut pecah, kompak berbaur dengan suara tawa sang bunda.“iihh ... dari tadi yang dibahas itu mulu!” Heni mencebik, sementara Brian memilih memalingkan muka dan menatap dari kaca jendela.Tawa Irma makin keras. Agaknya kini bundanya itu bisa tersenyum bahkan terbahak-bahak dengan begitu bebasnya. Tidak seperti ketika di rumah dan ada 2 keponakan Heni yang masih di bawah umur. Dasar warga +62, dulu aja ketahuan kelonan dimaki dan diomeli panjang lebar, eh sekarang malah jadi bahan tertawaan. Ah ... agaknya memang Brian dan Heni ini tempat salah.“Abisnya kalian itu polos banget, sumpah! Mentang-mentang penganten baru, jadi dunia milik berdua.” Gumam Irma setelah berhasil mengendalikan tawanya.“Aaaa ... udah ah, Bun.” Rengek Heni dnegan bibir mengerucut.“Mendin
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-11
Baca selengkapnya

BAB 87

“Sayang ... kita sudah sam—“Brian tertegun, nampak Heni begitu pulas tidur di joknya. Senyum Brian merekah, ia lantas melepas seat belt, melangkah turun untuk membuka pintu gerbang rumah mereka yang kini sudah 100% siap huni dan akan mereka huni perhari ini.Setelah gerbang dibuka, Brian kembali masuk ke dalam mobil, membawa mobil itu masuk ke garasi lalu mematikan mesinnya. Ia kembali turun, membuka pintu sisi yang lain dan membawa tubuh itu ke dalam gendongan.“Astaga, Hen ... berat amat sih?” gumam Brian lalu dengan susah payah memasukkan kunci ke dalam lubang. Kenapa dia tidak membuka kunci dulu baru membawa istrinya ke dalam gendongan seperti ini?Tapi agaknya semesta mempermudah niat baik Brian, pintu itu dengan begitu mudah dibuka dan Brian segera melesat masuk ke dalam. Menapaki anak tangga guna sampai pada kamar atas yang mereka pilih sebagai kamar utama.Dengan begitu hati-hati dan lembut, Brian membaringkan tubuh sang istri ke atas ranjang. Sejenak Brian menatap wajah itu,
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-14
Baca selengkapnya

BAB 88

Brian memekik sekeras-kerasnya, begitupula dengan Heni. Mereka bebas sekarang karena di rumah ini hanya ada mereka berdua saja. Ini adalah momen pertama kali mereka bercinta di rumah mereka sendiri. Sebuah momen manis yang langsung Brian ukirkan di hari pertama mereka menginjakkan kaki untuk seterusnya tinggal bersama di sini.Brian melengguh ketika sudah tidak ada lagi cairan keluar dari miliknya. Napasnya terenggah-enggah, perlahan ia membuka mata dan tersenyum mendapati wajah sang istri memerah dan bersimbah peluh.“Sumpah demi apapun, kamu cantik banget kalo pas lagi begini, Sayang!” sebuah pujian yang tulus keluar dari mulut Brian, membuat bulu mata lentik itu lantas terangkat dan memamerkan mata hitam legam yang berlumur kepuasan.“Nggak usah gombal!” sahutnya dengan bonus cubitan di hidung Brian.Brian segera meraih tangan itu, mengunci tidak hanya tangan kanan Heni, tetapi juga tangan kirinya tepat di atas kepala. Satu tangan Brian menjelajahi wajah itu, menyeka bulir keringat
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-02
Baca selengkapnya

BAB 89

Heni menggeliat, tangan itu memeluk perutnya dengan begitu posesif, membuat dia harus sedikit bersusah payah untuk menyingkirkan tangan itu dari perutnya. Setelah berhasil, Heni segera melangkah turun dari ranjang. Mengikat rambut panjangnya dan menguap sesaat. "Udah jam setengah lima, ya?" desisnya ketika sudut mata melirik jam dinding yang menempel di bawah AC. Heni bergegas bangkit, memunguti pakaiannya yang masih berserakan. Mereka tidak memakai baju apapun selepas bercinta semalam. Hanya selimut yang menutup tubuh polos mereka berdua. "Nggak boleh males, Hen! Ada perut anak orang yang perlu kau pikirkan!" desisnya sambil kembali menguap. Ia segera memakai satu persatu pakaiannya kembali. Tentu Heni harus ingat betul status dan posisinya sekarang sudah menjadi istri orang. Banyak sekali tanggungjawab baru yang harus Heni pikul, hal yang membuat Heni mati-matian menahan kantuknya hanya demi membuat sepiring nasi goreng. Atau bubur oat mungkin? Ah ... sepiring mi instan goreng d
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-03
Baca selengkapnya

BAB 90

Brian kontan terbahak. Kini ia tengah duduk berdua dengan sang istri di meja makan. Menikmati roti tawar panggang dengan isian tuna kaleng plus keju mozarela. Brian baru tahu kalau menikah itu semanis ini. Bangun pagi, duduk sarapan berdua dan bercerita hal-hal konyol yang mengocok perut. Nikmat mana yang hendak Brian dustakan? "Jadi begitu? Pantes tau-tau dapet spesialis." gumam Brian dengan mulut penuh roti. "Salah sendiri sih. Aku udah bilang berkali-kali sama dia, kalo benci sama orang jangan kebangetan. Eh sekarang bucin maksimal dua-duanya." imbuh Heni yang tentu saja tidak akan lupa dengan bagaimana kisah Karina terukir dengan begitu apik dan anti mainstream. Brian mencebik, melirik istrinya yang nampak tengah menikmati sarapannya. "Elah! Kau pikir kamu enggak, apa?" goda Brian dengan bibir mengerucut. "Siapa kemaren yang bilang lebih pilih beranak lima kali daripada jadi istriku? Sekarang apa?"Hampir saja Heni tersedak. Ia buru-buru meraih cangkir berisi teh hangat, meneg
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-03
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
17
DMCA.com Protection Status