Beranda / Romansa / Mendadak Kawin / Bab 91 - Bab 100

Semua Bab Mendadak Kawin: Bab 91 - Bab 100

161 Bab

BAB 91

Karina tengah menemani Juna menyusun balok warna-warni ketika suara cempreng yang begitu familiar itu menyapa telinga Karina dengan begitu keras. "Halo keponakan ganteng kesayangan Tante! Aduh duh ... main apa, Sayang?" Karina kontan mencebik, ingin rasanya dia melemparkan balok kayu milik Arjuna sampai sukses mengenai kepala Heni. Sudah tahu lagi main susun balok, kenapa pakai tanya? Heni segera melangkah mendekati mereka, di tangannya banyak sekali plastik bergelantungan. Satu dari banyak plastik itu sudah terlihat apa isinya. Donat! "Berisik amat sih?" protes Karina dengan lirikan mata sinis. "Alah, berisik begini kamu demen kan tiap aku datang? Nih lihat!" Heni memamerkan plastik yang dia bawa, plastik yang kontan membuat Karina terkekeh dan tersenyum lebar. "Tau aja!" desisnya lirih. "Harusnya gitu dong! Masa main ke rumah orang dengan tangan kosong? Kena usir tau rasa!"Kini Heni yang mencebik, namun pandangannya cepat beralih pada Arjuna. Mengabaikan emak Arjuna yang menye
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-03
Baca selengkapnya

BAB 92

"Astaga! Serius?"Brian kontan lemas, segala upaya sudah dilakukan dengan harapan Heni bisa internship tak jauh dari rumah mereka, namun sayang ... harapan hanya tinggal harapan! Heni mendapat wahana di sebuah RSUD yang jaraknya sekitar 1.5 jam jika ditempuh dengan motor. Bersyukur sebenarnya Heni tidak harus keluar pulau atau kota yang perlu lebih dari 5 jam perjalanan. Tapi bagaimana pun, Brian tetap sedih karena harus jauh dari istrinya. "Serius, Mas! Aku dapetnya di sana. Nanti aku laju deh." gumam Heni yang tahu betul suaminya keberatan dan sedikit kecewa dengan hasil wahananya. "Sejauh itu mau kamu laju? Gimana kalo kamu jaga malam? Jangan buat aku makin khawatir, Sayang!" tentu Brian menolak, sebuah ide gila dan sampai kapanpun Brian tidak akan menyetujuinya. "Terus gimana, Mas?" Heni lemas, jujur dia tidak bisa jauh-jauh juga dari sang suami. Brian nampak berpikir sejenak, sementara Heni duduk membisu di tempatnya. Nampak mereka sama-sama sedang berpikir keras, hingga bebe
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-05
Baca selengkapnya

BAB 93

Brian menggeliat perlahan, ia merasakan tangan itu memeluk perutnya. Mendekap tubuhnya erat-erat dan membenamkan wajah di dada Brian. Brian terkekeh, tentu dia tidak lupa dengan bagaimana ganasnya Heni tadi. Brian bahkan tidak pernah mengira bahwa sang istri bisa begitu ganas memacu tubuhnya macam tadi. "Ajarannya Karina ini pasti!" desis Brian lirih. Bukan apa-apa, sejak mereka belum menikah pun, Karina sudah begitu aktif mengedukasi Heni perihal aktivitas seksual. Terbukti dengan satu buah flashdisk yang full berisi video mesum, hadiah pemberian Karina di hari sumpah dokter Heni beberapa bulan yang lalu. "Nggak apa-apa sih, asal praktiknya sama aku aja, ya, Sayang?" Brian tersenyum, mengelus lembut wajah yang masih terdapat beberapa bulir keringat sisa aktivitas seksual mereka. Cup. Sebuah kecupan dihadiahkan Brian untuk Heni, ia perlahan-lahan melepaskan tangan Heni yang memeluknya. Membetulkan letak selimut dan turun perlahan-lahan dari ranjang. Ia segera memunguti pakaian
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-06
Baca selengkapnya

BAB 94

"Jauh amat?" desis Karina ketika siang itu pas jam makan siang, Heni mendadak muncul di rumah sakit. Mereka duduk di salah satu bangku yang ada di kantin, menikmati masing-masing satu porsi siomay dengan satu butir telur rebus. "Untungnya juga nggak harus sampai luar kota, Rin. Bayangin kalo dapet di Sulawesi atau Kalimantan? Atau malah Papua sana." Heni melirik Karina sekilas, ia kembali fokus mengaduk siomay miliknya. "Auto nggak dibolehin berangkat sama bang Brian pasti!" tukas Karina sambil menjentikkan jari. "Ah, kudu berangkat lah! Tinggal satu tahapan nih biar aku dapat STR dan sah jadi dokter, Rin!" Heni memekik kecil. Walau bagaimanapun dia terus jadi dokter! Kasihan mas Bagas dan bunda yang sudah keluar banyak uang untuk biaya pendidikannya. Karina terkekeh. Heni enak tinggal satu tahap, nah dia? Karena harus jadi istri si bujang lapuk dan hamil oleh ulahnya, Karina harus mandek koas dan baru bisa lanjut di mana teman-teman lainnya sudah prepare berangkat internship. Na
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-06
Baca selengkapnya

BAB 95

Brian tertawa terbahak-bahak, membuat Heni yang melangkah di sisinya sontan menimpuki punggung lelaki itu berkali-kali. Kenapa malah tertawa? Brian menyepelekan kekhawatiran Heni? "Mas!! Aku serius!" gumam Heni kesal. "Aku ngerti ... aku paham, Sayang. Tapi tau nggak, ketakutan itu juga yang kini sedang menyiksaku, Sayang! Kau tau?"Alis Heni berkerut, mereka masih dalam perjalanan menuju ruang jaga para dokter, ruang istirahat untuk para dokter jaga maksudnya. Kenapa rasanya jauh sekali ruangan itu? Apa karena efek Heni yang sudah cukup lama tidak menginjakkan kaki di tempat ini? "Kenapa bisa gitu?" Heni meraih tangan Brian, lorong ini sepi, jadi tidak masalah, kan, kalau Heni hendak melangkah dengan menggandeng tangan suaminya? "Kami bakalan tinggal jauh, kita mungkin cuma bisa ketemu seminggu sekali tergantung jadwal masing-masing. Bagaimana aku nggak takut?" gumam Brian serius. "Aku nggak tau siapa-siapa saja nanti teman satu tim kamu. Orangnya bagaimana, sikapnya bagaimana. A
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-06
Baca selengkapnya

BAB 96

"Besok bawa mobil, nggak tenang aku kalo kamu bawa motor."Brian dan Heni dalam perjalanan ke rumah sakit bakal tempat Heni internship. Mereka hendak survey lokasi dan tentu saja mencari kost untuk Heni tinggal barang satu setengah tahun sampai dua tahun ke depan. "Mas, berlebihan agaknya kalo aku bawa mobil. Motor aja, ah!" tolak Heni yang merasa sungkan hendak membawa mobil. Brian memutuskan mengalah, dia yang akan bawa motor Heni untuk berangkat ke rumah sakit. "Nggak, Sayang! Daripada aku nggak tenang. Tolong jangan bikin suamimu ini gila!"Heni mendesah, dipijitnya pelipis perlahan-lahan. Sementara Brian beberapa kali melirik Heni dari tempatnya duduk. "Aku rasa di dekat rumah sakit bakalan banyak rumah kost. Ayolah, Mas!" rayu Heni yang masih dalam pendirian. Brian gantian mendesah panjang. Ia bungkam, tidak mencoba menjawab permintaan istrinya itu. Ia sendiri belum bisa memutuskan sebelum melihat sendiri kondisi dan lokasi rumah kost yang akan Heni tempati. Kalau memang memu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-07
Baca selengkapnya

BAB 97

"Rencana mau buat berapa tahun, Mbak ... Mas? Mau bulanan atau tahunan sekalian?"Brian yang tengah mengamati kondisi kamar kost itu menoleh, menatap ibu kost yang berbadan agak subur itu. Dari wajahnya sih kelihatan sabar, tapi tidak tahu juga, kan?"Rencana sih sampai istri saya selesai magang, Bu. Paling lama dua tahunan lah. Nanti cuma istri yang mau tempati, kalo saya paling pas libur kesini." jelas Brian lengkap."Bisa, Mas. Bayar tahunan aja sekalian biar murah. Kebanyakan yang kost juga pegawe rumah sakit kok. Itu yang kamar belakang itu apoteker, mbak Dila namanya. Terus yang dua berjejer itu perawat, satunya bidan. Banyak kok yang kerja di sana." ujar bu Atun penuh semangat."Gimana, Yang?" tanya Brian lalu mengalihkan pandangan ke istrinya.Heni mengangguk, dari wajahnya Brian sudah tahu dan bisa menebak bahwa sang istri cocok dengan rumah kost ini. Letaknya tepat di samping rumah sakit, cuma butuh lima sampai tujuh menit untuk jalan ke depan dan Heni akan sampai di depan g
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-07
Baca selengkapnya

BAB 98

"Eh ... kenapa nangis, Mas?"Heni yang baru kembali dari toilet tentu terkejut bukan main ketika mendapati suaminya menitikkan air mata sepeninggalnya tadi. Brian kenapa? Apa yang membuat lelaki itu menangis macam ini?"Habis nelpon mama, Sayang." jawabnya seraya menyeka air mata."Mama marah-marah?" Heni bergegas duduk, menyimak wajah sang suami yang matanya memerah itu."Bukan!" tukas Brian sambil tersenyum. "Bahas rencana masuk PPDS tadi, Sayang." jelas Brian dengan sebuah senyum manis yang tidak mau pergi.Alis Heni berkerut. Ia malah makin dibuat penasaran oleh jawaban dari suaminya ini. Membahas rencana Brian masuk PPDS sampai Brian menangis? Mama mertuanya itu tidak membatalkan tunjangan dana untuk Brian masuk PPDS, kan?"Apa yang bikin Mas nangis kalo gitu?" kejar Heni yang masih begitu penasaran."Kagum sama mama dan papa, Hen. Baru sadar kalo orang tua yang selama ini aku anggap cerewet banget ternyata sesayang itu sama aku." gumam Brian lirih dengan mata yang kembali berkac
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-08
Baca selengkapnya

BAB 99

Suasana yang tadinya begitu mendung dan tidak bersemangat, kini berubah menjadi begitu panas. Dua tubuh itu kini saling dekap tanpa sekat bahkan hanya selapis benang tipis. Brian terus menyerang sang istri. Dia tidak menyerang dengan senjatanya, melainkan dengan gempuran ciuman dan sapuan ujung lidah yang sukses membuat Heni menggelinjang hebat dan mendesah tidak karu-karuan dibuatnya. Bersyukur sekali mereka hanya tinggal berdua di rumah ini, kalau tidak? Mana bisa mereka melakukan foreplay segila ini? Mana bisa mereka bebas bercinta macam ini? "Maassss!" Heni memekik kewalahan, sementara Brian tersenyum puas ketika sudah kedua kalinya dia membuat Heni banjir dan nampak begitu frustasi macam ini. "Ya ... Sayang?" tanya Brian setengah menggoda tanpa menarik jemarinya dari dalam sana. Brian begitu menikmati lelehan cairan hangat itu keluar dari organ intim istrinya. Begitu menikmati getaran tubuh Heni yang sebelumnya mengejang dengan pinggul terangkat. Brian sangat menikmati itu s
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-08
Baca selengkapnya

BAB 100

"HENI!" Heni yang hendak masuk ke dalam mobil kontan menoleh, mendapati Karina turun dari mobil dan segera berlari ke arahnya. "Loh, sampai sini, Rin?" tanya Heni yang tidak menyangka kalau Karina bahkan rela jauh-jauh sampai ke rumahnya. Karina tidak menjawab, ia langsung mendekap tubuh itu erat-erat. Membuat mata Heni seketika memanas dan menitikkan air mata. "Hati-hati di jalan, Hen. Semangat iship-nya. Berkabar terus, ya!" bisik Karina dengan suara parau.Heni tersenyum geli sekaligus tersentuh dengan apa yang Karina lakukan ini, ia lantas melepaskan pelukan mereka dan menatap Karina dengan seksama."Aku cuma iship di kota sebelah yang jarak tempuh cuma satu setengah jam, Rin. Bukan ke negara antah berantah!" tukas Heni yang tidak bisa menutupi rasa bahagianya punya sahabat macam Karina ini, ya meskipun orang satu ini keras kepala dan kadang menyebalkan sekali, tapi bagi Heni, Karina itu lebih dari seorang sahabat."Bodo! Tetep jauh itu, Hen. Doain aku cepet iship juga, ya?" u
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-09
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
17
DMCA.com Protection Status