Home / Romansa / Mendadak Kawin / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Mendadak Kawin: Chapter 111 - Chapter 120

161 Chapters

BAB 111

Brian sontak bangun, ia seperti dilempar dari alam mimpi. Keringat mengucur deras dari pelipisnya, membuat AC yang sudah hidup dan disetting suhu terendah pun rasanya tidak ada fungsinya sama sekali. Jantung Brian berdegup dua kali lebih cepat, pikirannya mendadak kacau. Kenapa dia bisa mimpi seperti itu?“Astaga, ya ampun!” Brian mendesah, menutup wajah dengan kedua tangan dan berusaha menyeka keringat yang mengucur deras dari sana.Napasnya terenggah macam baru beres lari marathon berkilo-kilo meter. Ia mengumpat dalam hati, benci dengan apa yang dia lihat dalam mimpinya barusan.“Baru sehari loh ini! Baru sehari!” umpat Brian dengan gemas. “Gimana nanti setahun, dua tahun? Gila bener aku lama-lama!”Brian menyandarkan tubuh di head bed, membiarkan beberapa bulir keringatnya menetes. Apakah ini efek terlalu mengkhawatirkan istrinya jadi Brian bisa bermimpi macam tadi? Apakah karena Brian terlalu takut istrinya digoda, tergoda lelaki lain jadi mimpi jahanam tadi menghampirinya?“Wara
last updateLast Updated : 2022-10-21
Read more

BAB 112

“Kangen apa pengen?”Brian tersenyum lebar, kini bayangan ia tengah bergumul dengan sang istri muncul dalam ingatan. Betapa indah dan nikmat riak gelombang yang mereka ciptakan dan arungi berdua membuat suasana hati Brian jadi lebih baik dari sebelumnya.“Kalo pengen, mau ke sini?”Brian kembali tertawa, ia kini sudah kembali merebahkan tubuh di atas ranjang. Kantuk dan lelahnya seolah sirna begitu saja mendengar betapa manis suara istrinya dari sambungan telepon.“Nggak lagi palang merah, kan? Jauh-jauh kesana, nggak bisa ena-ena rugi dong!”“Oh ... jadi nemuin istri sendiri sekarang hitungannya rugi kalo nggak bisa dimintain jatah enak? Gitu?” damprat suara itu dengan nada dingin.Brian membelalak, ia langsung panik karena sudah salah bicara. Gawat kalau Heni merajuk, bisa habis Brian nanti. Alamat jatah ena-ena yang kini menjadi favorit Brian akan disetop oleh sang istri. Bisa apa Brian nanti?“Ya nggak gitu juga Cintaku ... Cuma bercanda tadi. Jangan marah gitu ah!” rayu Brian ber
last updateLast Updated : 2022-10-22
Read more

BAB 113

“Mbak aku masuk kamar dulu, ya, pengen mandi, lengket banget rasanya badan aku!”Heni tersenyum, ia mengangguk sambil menatap Yana yang nampak begitu lelah. Siapa yang tidak lelah kalau sejak tadi pagi orang lahiran tidak henti-henti? Yana lebih lelah dari dia yang seharian tadi sedikit santai. Pekerjaannya maksudnya, kalau hati dan pikiran Heni sama sekali tidak bisa santai.“Iya, aku juga mau mandi terus tidur. Kepala rasanya pusing.” Heni tidak berbohong, ia memang pusing, tapi bukan karena hari pertama dia internship, lebih ke pusing karena memikirkan kejutan yang dia dapatkan hari ini.“Besok berangkat sama-sama, ya? Nanti aku tunggu di depan.”Kembali Heni mengangguk, kini dengan jempol terangkat dan tidak lupa sebuah senyum manis. Perlahan Heni melangkah menapaki anak tangga. Kalau kamar Yana ada di bawah, kamar Heni ada di lantai atas. Setelah sampai kamar, rasanya Heni juga ingin langsung mandi dan mengistirahatkan tubuh dan otak dengan tidur sampai besok pagi.Heni hendak me
last updateLast Updated : 2022-10-22
Read more

BAB 114

Brian mencengkeram rambut Heni kuat-kuat. Setelah menanti cukup lama, sudah saatnya ia menyelesaikan permainan petang ini. Suara gemericik air dari keran ternyata mampu menyamarkan suara-suara sensual yang meluncur dari bibir keduanya. Desah lirih penuh nikmat yang makin membuat suasana memanas.Heni hanya mampu pasrah. Tubuhnya dihimpit antara tembok dan tubuh itu sedari tadi. Jika tadi dia yang memimpin dengan mencuri start, maka kini Brian-lah yang sepenuhnya memimpin. Menguasai dirinya dari ujung rambut sampai ujung kaki.“A-aku mau ke-keluar, Hen!” bisik Brian dibarengi dengan makin cepatnya ia memacu tubuh Heni yang basah kuyup.Tidak perlu waktu lama, Brian memekik keras dibarengi dengan bergetarnya seluruh tubuh. Sementara di bawah sana, di dalam inti tubuh Heni, cairan pelepasan itu keluar memenuhi ruang di lapisan lateks tipis yang menjadi pembatas antara Brian dan Heni di dalam sana.“Makasih banyak, Sayang!” sebuah kecupan Brian hadiahkan di puncak kepala sang istri, ia su
last updateLast Updated : 2022-10-23
Read more

BAB 115

Jose dengan lunglai masuk ke dalam kamar. Ia memutuskan menyewa sebuah kamar selama dia mengabdikan diri di daerah ini. Dia sendiri tidak tahu mau berapa lama dia di sini, dia baru memasuki tahun ke dua dan di tahun kedua ini, Jose belum bisa memutuskan dia akan tetap di sini atau pergi suatu hari nanti. Ia menjatuhkan diri ke atas kasur, matanya terpejam. Dihelanya napas kuat-kuat. Kepalanya yang sejak tadi terasa pusing, malah semakin terasa sakitnya begitu dia ada di kamar. "Heni!" nama itu lah yang meluncur keluar dari bibir Jose, sebuah nama singkat yang dulu menyemarakkan hati Jose walau hanya beberapa saat. "Nyesek banget rasanya, Gusti!" kembali Jose mendesah, ia mencengkram kepalanya, rasa sakit itu semakin terasa menusuk. Lamat-lamat, ia seperti kembali dilemparkan kesunyian ke dalam kenangan bertahun-tahun silam, saat ia sedang berjuang lulus dari masa pre klinik. Jose baru saja turun dari mobilnya ketika melihat sosok itu tengah mengendari motor matic menuju parkiran
last updateLast Updated : 2022-10-24
Read more

BAB 116

Hampir Jose tersedak sisa nasi di dalam mulut. Untung saja dia bisa tetap slay sehingga insiden itu tidak terjadi. Jose tersenyum, kembali mengaduk-aduk nasinya dengan tenang. "Pernah sih, tapi LDR dan ujungnya bubar. Dia kuliah di Bandung. Di UNPAD kebetulan kedokteran juga karena dari SMA passion kita sama. Cuma ya itu, rejeki aku di sini, dia di sana dan kayaknya kami emang nggak bisa sama-sama." jawab Jose yang mendadak pedih karena teringat sosok itu. "Ah ... maaf kalo begitu, Bang. Maaf kalo pertanyaan aku bikin Abang harus flashback ke masa lalu." ujar gadis itu lirih. Jose tertawa, ia kini meraih gelas tehnya dan meneguk cairan itu hingga sisa separuh. "Kamu sendiri, nggak ada yang marah aku ajak sarapan di sini?" tanya Jose yang tentu saja ingat pemaksaan yang tadi dia lakukan pada gadis ini. Kalau benar dia sudah punya pacar, agaknya Jose harus berjuang dengan sedikit lebih keras untuk tetap bisa berada dalam momen seperti ini, bukan? Kini gantian Heni yang tertawa, gad
last updateLast Updated : 2022-10-24
Read more

BAB 117

Jose mendesah panjang. Agaknya ia cukup mengingat sampai di sini. Hatinya mendadak sakit. Tapi salah siapa? Bukankah itu semua salah Jose sendiri! Mengingat kenangan itu jujur hanya membuatnya sakit dan mengutuk dirinya sendiri. Tapi dia tidak memungkiri juga bahwa mengingat kenangan itu sedikit banyak mengobati kerinduannya pada sosok Heni. Terlebih kenangan akan malam itu, saat akhirnya ia sukses sidang skripsi dan sudah dijadwalkan untuk wisuda. "Lulus, Bro!" Jose menepuk bahu Radit, mereka keluar dari ruang sidang sore itu, setelah pengumuman kelulusan mereka terima dalam selembar amplop. "Akhirnya, siap kerja rodi nih setelah ini." gumamnya dengan wajah yang sama sumringahnya dengan wajah Jose. "Demi stetoskop di leher, snelli di badan, apapun bakalan aku lakuin!" gumam Jose berapi-api. Ia begitu bahagia sampai tidak bisa lagi mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata, hingga tiba-tiba tepukan di pundak Jose membuyarkan euforia yang tengah menderanya. "Tuh, cariin Dede Em
last updateLast Updated : 2022-10-25
Read more

BAB 118

Jose menghela napas panjang. Tidak terasa air matanya menitik. Itu adalah sebuah momen yang tidak akan pernah dia lupakan dalam seumur hidupnya. Sebuah kenangan yang makin keras menampar Jose ketika ia tengah sendirian seperti ini, ketika ia menyadari bahwa ia sudah terlalu bodoh bertindak dan asal mengambil keputusan tanpa pemikiran yang matang.“Di sesali kayak apapun sebenarnya nggak ada guna, ya?” desisnya sambil menyusut air mata.Jose sendiri tidak tahu apa yang membuatnya dulu memutuskan untuk memilih kembali? Tentu selain momen Jose meraup bibir manis itu, satu momen ini juga tidak akan pernah Jose lupakan seumur hidupnya. Momen di mana untuk pertama kali dia melihat sorot mata itu menyorotkan luka yang begitu dalam, menatapnya dengan tatapan kecewa.Jose celingak-celinguk begitu keluar dari tempat wisuda, tentu ada yang dia cari. Siapa lagi kalau bukan Heni? Tapi bukan Heni yang dia tangkap dengan matanya, melainkan sosok itu yang nampak begitu cantik dengan rok batik panjang
last updateLast Updated : 2022-10-25
Read more

BAB 119

“Lain kali kalo waktunya mepet, nggak usah lah jauh-jauh ke sini, Mas.” Heni menyodorkan dua tangkup roti gandum dengan selai kacang ke hadapan Brian. Lelaki itu baru saja beres mandi.“Oh gitu ... jadi nggak boleh nih suami ke sini?” Brian langsung cemberut, membuat Heni rasanya ingin menganiaya Brian sampai memar-memar. Kenapa setelah menikah lelaki ini jadi manja dan baper sekali?“Bukan gitu, Sayang!” tepis Heni sebelum suaminya itu bablas ngambek. “Kasian kamu harus wira-wiri, berangkat sepagi ini. Masih jam setengah empat loh ini. Mana nanti sampai sana langsung mandi lagi terus kerja. Aku kasihan sama kamu!” jelas Heni panjang lebar.“Ah ... Cuma sini-sana aja, nggak usah khawatir. Pokoknya kalo aku kangen, aku kesini!” tukas Brian lalu mencomot setangkup roti gandum dan mulai mengunyahnya.Heni tersenyum simpul menatap bagaimana lelaki itu duduk sambil menyantap roti isi selai kacang yang dia buatkan. Bukan karena ada beberapa selai yang mengotori sudut bibir Brian, tetapi leb
last updateLast Updated : 2022-10-25
Read more

BAB 120

[Ada waktu nggak nanti? Please aku pengen ngomong sama kamu!] Sudah Heni duga! Ada apa sih dengan laki-laki ini? Memang dia mau apa lagi? Heni sama sekali tidak bisa mengerti jalan pikiran Jose. Sebenarnya mau dia apa? Heni sudah tidak lagi mempermasalahan luka yang pernah Jose torehkan di hatinya. Dia pergi dengan tenang dan legawa tanpa menganggu Jose dan kekasihnya itu. Lantas Heni kurang apa lagi? Heni keluar dari room chat nomor tidak dikenal yang Heni yakin betul itu adalah Jose. Entah dari mana dia dapat nomor Heni, Heni sampai tidak bisa berpikir. Ia hendak membuka aplikasi streaming-nya ketika mendadak ia seperti lupa sesuatu. Buru-buru Heni kembali masuk ke aplikasi chat, membuka room chat nomor baru itu dan memblokir nomornya. “Selesai! Beres!” desisnya sambil tersenyum lebar. Heni sudah tidak mau lagi ada urusan dengan Jose. Baginya ia sudah cukup tahu. Dia tidak mau lagi tahu apapun tentang Jose dan berhubungan apapun kecuali pekerjaan di rumah sakit dengan lelaki it
last updateLast Updated : 2022-10-26
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
17
DMCA.com Protection Status