Beranda / Romansa / Mendadak Kawin / Bab 101 - Bab 110

Semua Bab Mendadak Kawin: Bab 101 - Bab 110

161 Bab

BAB 101

"Ayo!"Heni yang baru saja ke rumah ibu kost mengantarkan bolu kukus dan beberapa oleh-oleh kontan melongo. Ayo? Ayo kemana? Kamar kost itu sudah lengkap dengan kasur, lemari pakaian, TV serta kamar mandi dalam. Cukup untuk tempat istirahat Heni selepas lelah jaga di rumah sakit. Heni tinggal membawa pakaian ganti, perlengkapan mandi dan air cooler. Semua sudah rapi dan siap pakai dan mendadak Brian mengajaknya pergi? Mau pergi kemana? "Ayo kemana? Semua udah komplit, aku nggak pengen beli apa-apa lagi, Mas." jelas Heni seraya menutup pintu kamar dan melangkah menuju Brian yang duduk di tepi kasur. "Astaga, Hen!" Brian mendesah, mengusap wajah dengan gemas. "Ayo main, lah!" ujarnya dengan mata setengah melotot. Heni kembali melongo, main? Main kemana? "Main kemana, Mas? Katanya nanti jaga malem?" tanya Heni yang masih tidak mengerti maksud dari ajakan Brian. Brian mengeram, ia segera bangkit dan mendorong istrinya ke arah ranjang. Sebuah kode yang Heni tau betul kemana dan apa i
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-10
Baca selengkapnya

BAB 102

"Jelek amat mukanya, Dok? Nggak dapet jatah dari istri, ya?"Dodi, salah seorang perawat IGD nampak menatap Brian dengan penuh tatapan kepo. Sementara Brian, ia hanya melengos lalu tangannya menimpuk punggung lelaki itu keras-keras. "Ditinggal bini iship. Nggak usah ngeledek kau!" hardik Brian lalu menjewer telinga Dodi dengan gemas. Bukannya berteriak kesakitan, Dodi malah tertawa terbahak-bahak. Ia nampak begitu bahagia dengan penderitaan yang Brian harus lalui. Untung saja teman baik, kalau tidak ... sudah Brian buat babak belur lelaki 25 tahun ini. Biar sekalian nggak laku. "Terus, Dod! Terus aja gitu, ya! Ntar tolongin sendiri pasiennya!" ancam Brian yang sebenarnya tahu, ini bukan ancaman yang manjur. "Ah ... nggak masalah sih kalo Dokter mau kena semprot manajemen. Biar nanti saya yang pegang!" Benar, kan? Brian menghela napas panjang, melangkah dengan lesu meninggalkan Dodi yang tawanya sudah berhenti. Brian sedang malas banyak bicara. Tahu sendiri dia tadi PP dengan jar
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-11
Baca selengkapnya

BAB 103

"Hah? Kamu udah nikah, Mbak?" wajah itu nampak terkejut, ia mengabaikan sejenak sepiring nasi goreng dengan asap mengepul itu. Heni hanya tersenyum sambil mengangguk, mie di piringnya masih karena dia masak dua bungkus sekaligus. Heni menelan mie dalam mulut, lalu bersiap menjawab pertanyaan penuh rasa penasaran dan terkejut yang tergambar dari wajah Fitri. "Udah. Udah beberapa bulan naik status jadi istri orang.""Suami Mbak dokter juga?" tanya Fitri yang jadi mengabaikan nasi gorengnya. "Iya, kenal di rumah sakit terus cinlok." Heni nyengir lebar, rasanya tidak perlu dia ceritakan masalah digrebek bunda di kost-an. Cukup keluarga besar dan Karina yang tahu. "Kenapa ya, Mbak, jodoh dokter kebanyakan dokter juga?" kini Fitri kembali menyuapkan nasi goreng ke dalam mulut, setelah sekian lama mendiamkannya. "Ah ... siapa bilang? Ada juga kok yang nikah sama bidan, perawat, pengacara, tentara. Banyak kok. Nggak melulu kudu nikah sama sesama dokter." jelas Heni sambil tersenyum. "Mb
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-12
Baca selengkapnya

BAB 104

“Mas nggak lupa, kan?”Brian tercekat, ia langsung mengumpat dalam hati. Bagaimana dia bisa lupa pada kenyataan bahwa sebenarnya kost yang ditempati istrinya itu adalah kost perempuan? Astaga ... rupanya cemburu itu benar-benar menguras hati! Mendadak wajah Brian memerah, siapa yang tidak malu kalau begini?“Mas ... serius ih! Jangan diam terus begitu. Aku minta maaf!” desis Heni yang seketika membuat Brian tersentak dari rasa malunya.“Ngobrol sama siapa tadi memangnya?” kepalang tanggung, sekalian aja bablas dulu marahnya, biar Brian tidak malu-malu banget. Ya meskipun ini sudah sangat malu sekali.“Fitri, dia kerja di resto sebelah rumah sakit.” Jelas suara itu tegas.Brian sontak garuk-garuk kepala, mau bahas apa lagi sekarang? Brian mendadak blank, agaknya lain kali dia tidak perlu terlalu cemburu dan curiga dengan sang istri. Toh Heni bukan tipe wanita yang suka macam-macam, bukankah selama dia koas Brian selalu nempel dan berada di dekat Heni? Ya kecuali dia dipindah ke RS pen
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-13
Baca selengkapnya

BAB 105

Heni menatap bayangan dirinya dicermin. Hari ini adalah hari pertamanya internship, di mana dia bukan lagi anak koas yang berada di posisi paling bawah dalam struktur organisasi di sebuah rumah sakit pendidikan. Heni sudah setingkat lebih tinggi, meskipun di sini, dia masih bisa dikatakan belum sepenuhnya menjadi dokter.“Satu langkah lagi, Hen ... satu langkah lagi untuk STR dan SIP-mu!”Heni tersenyum, meraih ponsel yang masih dia charge lalu dia masukkan ke dalam tas. Tak lupa Heni meraih beberapa bungkus roti sandwich siap makan yang sejak pre-klinik selalu menjadi penolong Heni. Ia tidak sempat sarapan, lebih tepatnya sengaja melewatkan sarapan agar bisa lebih pagi sampai di rumah sakit.Baru saja Heni hendak meraih gagang pintu, ponsel yang sudah anteng di dalam tasnya berdering begitu nyaring. Ada sebuah panggilan masuk, siapa kira-kira?“Mas Brian?” desis Heni lalu buru-buru meraih ponsel yang ada di dalam tas.Benar saja! Nampak ada panggilan video masuk dari nomor suaminya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-16
Baca selengkapnya

BAB 106

Heni melangkah dengan tergesa-gesa, karena terlalu asyik mengobrol dengan Brian, ia sampai lupa rencananya hendak datang pagi ke rumah sakit. Ini malah ia harus berkejaran dengan waktu supaya tidak terlambat di hari pertamanya internship.“Dasar! Bagaimanapun, lagi mode bucin-pun, kamu itu tetep nyebelin, Mas!” gerutu Heni seraya mempercepat langkahnya.Akan jadi apa dia nanti kalau terlambat? Mana Heni sama sekali belum kenal dan bertemu dengan rekan-rekan seperjuangannya nanti. Ah ... kenapa rasanya nervous sekali? Heni berkali-kali menghirup udara banyak-banyak, berusaha menghilangkan semua rasa gugup yang menderanya dan mencoba mengusir semua ketakutan-ketakuannya dari otak. Kalau boleh jujur, dibandingkan dengan hari pertama dia koas, hari ini lebih menegangkan dan mendebarkan.Bagaimana tidak? Sekarang ia akan berhadapan langsung dengan pasein. Menganamnesa dan memeras semua otaknya untuk menentukan terapi atau rujukan ke spesialis apa yang tepat untuk kasus itu. Meskipun nanti
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-16
Baca selengkapnya

BAB 107

Jose melangkah menjauh. Sangat tidak dia sangka bahwa dia akan bertemu lagi dengan gadis itu. Tentu Jose mengenalnya. Dulu sekali saat dia pusing dengan proposal skripsinya, gadis itu muncul sebagai satu dari ratusan mahasiswa baru yang diterima di Fakultas Kedokteran universitas negeri tempat dia menimba ilmu kedokteran.Ada apa di antara mereka?Jose mendesah, kenangan itu berputar macam film kilas balik di dalam otaknya, saat di mana ia pertama kali bertemu dengan sosok itu di gerbang kampus saat hari pertama ospek berlangsung .Saat itu ...Jose melangkah hendak menuju perpustakaan, ia hendak mencari beberapa referensi yang bisa dia pakai untuk penelitiannya. Waktunya semakin dekat, ia harus segera lulus dan menyelesaikan tahap demi tahapan yang akan mengantarkan dia pada profesi impiannya. Jose baru saja hendak naik dan masuk ke gedung perpustakaan ketika mendengar suara itu dari arah yang tidak jauh.“Aduh ... kenapa bisa ketinggalan di kost sih? Mana udah mepet, nggak bisa bali
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-16
Baca selengkapnya

BAB 108

Dan di sinilah Heni berada sekarang, duduk berhadapan dengan senior yang hampir lulus di salah satu kursi yang ada di kantin. Heni lihat betul bagaimana tatapan terkejut beberapa anggota BEM yang kemarin menjadi panitia dalam kegiatan ospek. Mereka nampak tidak percaya melihat Heni duduk berhadapan dengan Jose. Sebenarnya siapa Jose ini? Seseorang yang begitu berpengaruh di fakultas mereka? Atau apa?“Jadi ... kamu asli mana? Nggak mungkin kalo kamu ini orang Solo, logat kamu beda.” Tanya sosok itu sambil mengunyah nasi pecel yang dia pesan.Kontan Heni melonjak kaget, untung saja dia tidak sampai benar-benar melonjak. Bisa habis dia malu bertingkah norak di depan Jose seperti ini.“Oh ... itu ... aku dari Tanggerang, Kak.” Jawab Heni lalu pura-pura meneguk es teh yang dia pesan. Matanya tidak lepas dari menatap wajah yang tertutup kacamata itu, meskipun sorot mata itu tajam, tapi rasanya begitu lembut di mata Heni.“Sudah aku duga!” ujar Jose mengomentari. “Kenapa ambil FK? Ortu dokt
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-19
Baca selengkapnya

BAB 109

“Akhirnya!”Heni mendesah, ia melemparkan handscoon ke tempat sampah, bersandar di tembok toilet guna menetralkan napasnya. Bukan main-main tugasnya sekarang, nyawa pasien ada di tangan Heni. Tentu dia tidak bisa gegabah, bukan?Heni baru saja hendak melangkah masuk ke dalam salah satu bilik toilet, ketika tangan itu mendadak mengulurkan sebotol air mineral tepat ke depan muka Heni. Tentu Heni terkejut bukan main, terlebih ketika melihat siapa si pemilik tangan yang sekarang berdiri tepat di hadapan Heni.“Minum dulu. Buat nenangin diri sama ngilangin gugup.” Titahnya dengan senyum yang dulu selalu sukses membuat kaki Heni lemas.Heni mendadak kikuk. Ia belum memikirkan apa yang hendak dia lakukan jika harus berhadapan dengan sosok ini. Sama sekali belum karena baru hari ini pula Heni tahu Jose salah satu dokter spesialis di rumah sakit ini. Tepat di saat Heni baru saja hendak memulai masa internship yang semula Heni pikir akan begitu menyenangkan.“Kok bengong, nih minum!”Jose menje
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-20
Baca selengkapnya

BAB 110

Jose menatap nanar kepergian sosok itu. Ingin rasanya ia mengejar Heni yang berlari meninggalkan dia yang masih terpaku di tempatnya berdiri. Bukan salah Heni kalau sampai Heni bersikap seperti itu kepadanya. Jose yang membuat Heni menjadi seperti itu, semua ini karena sikap dan perlakuan Jose, Jose sadari itu.“Ya Tuhan!” Jose mendesah, ia meremas rambutnya dengan gemas.Ia rindu dengan kebersamaan yang dulu pernah terjalin antara dia dan Heni. Kebersamaan yang Jose jalin di atas sebuah kebohongan. Bukankah Jose ini lelaki pengecut?“Ntar kalo kamu bingung sama materi, atau kepo soal apapun itu, jangan sungkan hubungi aku!”Jose menoleh, menatap gadis yang melangkah di sisinya sejak mereka keluar dari kantin beberapa saat yang lalu. Bisa Jose lihat wajah itu nampak terkejut dan kikuk. Ada semburat merah di pipinya, sebuah warna yang makin mempercantik wajah itu di mata Jose.“Serius? Kan Kakak lagi nyusun skripsi, emangnya nanti aku nggak ganggu?”Jose tertawa, entah keberanian dari
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-21
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
17
DMCA.com Protection Status