Semua Bab JERAT GAIRAH SANG SAHABAT: Bab 31 - Bab 40

54 Bab

31. Pertengkaran

Mata Safia terbelalak mendengar suaminya menyebut nama Embun. Dia merasakan jantung di dadanya berdenyut perih. Seperti ada belati tajam yang menancap kuat di hatinya. Sakit. Sungguh terasa pedih. Seketika mata wanita itu merebak merah. Lekas Safia melepas dekapan sang suami. Ditepiskannya dengan kasar tangan kekar yang melingkar di perut. Menyadari perubahan sikap Safia, Jevin menarik kembali tubuh sang istri. Lagi Jevin mengunci rapat tubuh mungil Safia. "Lepaskan aku Jevin!" teriak Safia marah. Dia mendorong tubuh suaminya menjauh. "Hei ... ada apa ini?!" tanya Jevin bingung. Pria itu memincing melihat air muka Safia yang berubah mengerikan. Sang istri yang beberapa waktu lalu berseri-seri ceria, kini wajahnya merah padam. Sepertinya Safia tengah menahan amarah. Safia sendiri terkesima mendengar pertanyaan polos dari mulut suaminya. Mulutnya menganga lebar tak percaya. "Jevin, kamu masih tanya ada apa? Jangan pura-pura polos seperti itu!" Safia mendelik tajam ke arah Jevin
Baca selengkapnya

32. Hasutan Embun

"Embun jangan gila!!" bentak Jevin takut dan panik."Aku memang sudah gila, Jevin. Gila karena selalu memikirkanmu. Tapi kamu sama sekali tidak peduli denganku." Nada suara Embun terdengar semakin dingin. "Kalo begitu lebih baik aku mati saja." Embun frustasi.Jevin meraup mukanya dengan kasar. Sungguh dia merasa amat tertekan. Di satu sisi ia ingin mengejar Safia sang istri. Di sisi lain dia juga amat takut mendengar ancaman dari mulut Embun. Jevin mengenal Embun begitu lama. Dia tahu watak gadis itu. Walau dulu Embun terkenal kalem, tetapi gadis itu juga mempunyai watak yang keras. Embun tidak pernah bermain-main dengan ucapannya. Dan Jevin tidak mau sesuatu hal buruk menimpa pada gadis yatim piatu itu. Akhirnya, dengan frustasi dia mengalah. "Oke-oke. Aku akan datang. Kamu tunggu saja di situ!" Jevin memutuskan sambungan telepon.Gegas pria itu memasukkan ponsel dan kunci mobil ke saku celana panjangnya. Selanjutnya ia langkahkan kaki cepat-cepat menuruni anak tangga. Berlari Jev
Baca selengkapnya

33. Mencari Safia

***"Jeviiin!"Jevin tidak menggubris teriakan histeris dari Embun. Pria itu tergesa masuk mobil. Sekarang yang di benakya adalah ke mana ia harus mencari istrinya itu. Dan rumah sang mertua adalah tempat pertama yang akan ia singgahi.Kembali Jevin menancap gas. Mobilnya melaju dengan mulus. Namun, ia harus terjebak macet di jalan protokol. Pria itu menggebrak keras klaksonnya.Sungguh Jevin merasa frustasi. Kenapa harus serumit ini kisah hidupnya? Di saat dirinya sudah mulai menerima Safia dalam hati, kenapa wanita itu justru malah lari meninggalkan dia. Jevin akui dirinya bersalah, tetapi kenapa Safia tidak mau mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu.Lampu merah berganti hijau. Namun, laju mobilnya masih tersendat-sendat akibat padatnya mobil yang melintas. Jevin menghela napas panjang. Dia akan bersujud pada istrinya meminta maaf. Dan akan berjanji tidak akan menyebut nama Embun lagi di depan Safia.Jevin telah sadar bahwa cinta Safia begitu tulus padanya. Dan madu manis yang
Baca selengkapnya

34. Akal-akalan Embun

Safia tengah tiduran di kamar kontrakan Tania. Saudara kembarnya Mania. Gadis itu juga teman sekantornya Safia dulu. Hanya saja dirinya sudah pindah kerja sejak tujuh bulan lalu. Safia sengaja memilih bersembunyi di tempatnya Tania agar susah dicari. Dan agar semakin sulit dilacak keberadaannya, Safia juga mematikan ponsel selama sehari semalam ini.Pagi itu Safia termenung seorang diri. Tania temannya sudah berangkat kerja dari sejam lalu. Safia tiba di hunian sempit ini kemarin siang. Wanita itu sempat terombang-ambing tidak jelas di taksi karena bingung menentukan arah kaki melangkah.Safia yang tengah berduka tidak mau pulang langsung ke rumah ibu. Wanita itu tidak mau ibunya tahu permasalahan yang sedang menimpa dirinya. Sehingga ia memutuskan untuk menepi sejenak di pinggiran kota ini.Ditinggal sendirian membuat Safia bosan. Acara televisi juga tidak ada yang menarik baginya. Wanita itu mendesah bingung. Akhirnya ia memutuskan untuk menyalakan kembali ponselnya.Ada banyak pang
Baca selengkapnya

35. Embun Sakit Hati

"Semua yang dikatakan Embun itu fitnah."Sebuah suara lantang membuat Safia dan Embun refleks menoleh ke arah pintu. Jevin, Yuki, dan si empunya rumah Tania sudah berdiri di ambang pintu."Dia berdusta," sanggah Jevin tegas.Gegas pria itu melangkah masuk diikuti oleh Yuki dan Tania di belakang. Jevin lekas duduk di samping Safia."Aku memang kerap mengunjungi Embun di awal pernikahan kita." Jevin mengakui, "tapi kami belum pernah sekalipun melakukan hubungan suami istri," lanjut Jevin meyakinkan istrinya. "Percaya padaku, Fia." Jevin meraih jemari sang istri untuk digenggamnya.Safia menatap mata Embun dengan lekat. Wanita itu mencari jawaban atas kebenaran omongan Jevin pada diri Embun. Namun, sang kawan hanya mampu menuduk tanpa bisa membantah."Dengar, Embun!" Kali ini Yuki ikut bicara. Pemuda itu duduk tepat di hadapan Embun dan bersebelahan dengan Tania."Lo boleh mencintai Jevin, tapi jangan cinta buta seperti ini!" Yuki menatap lekat perempuan yang selalu hadir dalam mimpinya
Baca selengkapnya

36. Insiden

"Safiaaa!" pekik Jevin dan Yuki bersamaan dengan panik.Jevin lantas berlari menangkap tubuh Safia yang ambruk ke lantai."Safia ... bertahanlah, Fia!" Jevin memeluk istrinya yang tengah meringis menahan sakit yang teramat pada perutnya. Pria itu mencium rambut Safia lama. Dia pikir cara itu bisa mengalihkan rasa sakit sang istri.Tapi Safia terus saja tersengal kesakitan. Wajahnya kini sepucat kapas. "Je-Je-Jevin," sebut Safia dengan mulut yang menahan rasa sakit."Aku ... aku akan membawamu ke rumah sakit secepatnya. Bertahanlah!" tekad Jevin meyakinkan Safia."Sa-sakit, Jevin," desis Safia. "Arghhh!" Safia kian mengerang kesakitan. Lalu napas wanita itu kembali tersengal. Pandangannya pun buram. Safia tidak sadarkan diri."Fia ... Fia bangun!" jerit Jevin sambil menepuk-nepuk pipi Safia. Pria itu amat takut jika harus kehilangan Safia untuk kedua kali dalam hidupnya. Jevin terus mengguncang bahu Safia berusaha membangunkan istrinya ituEmbun sendiri seketika mematung melihat ada ba
Baca selengkapnya

37. Kesadaran

Jevin dan Yuki sudah diperbolehkan masuk ke ruang ICU untuk melihat kondisi Safia dan Embun. Kedua wanita itu berada dalam satu ruangan. Mereka hanya terpisah sekat korden hijau saja. Jevin gegas menuju ranjang tempat Safia terbaring, sedang Yuki hanya melihat keadaan sahabat kecilnya itu sebentar saja. Pemuda itu beralih melihat kondisi Embun.Jevin yang melihat Safia tergolek lemah dengan wajah pucat seketika membuat hatinya iba. Mulut dan hidung Safia tertutup selang oksigen. Tidak ada suara selain bunyi dari alat monitor jantung. Ruangan ICU memang menyeramkan. Mata Jevin turun beralih ke perut Safia. Kini wanita itu telah berganti dengan pakaian khusus. Pria itu meringis perih. Ia dapat merasakan kesakitan yang istrinya rasa.Jevin menghela napas panjang. Tidak dapat terbayangkan, jika Safia tidak menolong dirinya. Mungkin dia yang akan terbaring lemah seperti ini. Atau mungkin dia sudah meregang nyawa.Tiba-tiba mata Jevin terasa merebak. Tanpa bisa dicegah air matanya menetes
Baca selengkapnya

38. Ketulusan Yuki

"Maksudnya apa ini?" tanya Vino kurang paham.Dia juga sedikit tidak rela istrinya dituduh seperti itu oleh Yuki. Pria itu menatap Yuki saksama. Sorot matanya menutup penjelasan pada Yuki.Yuki hanya melirik sekilas pada Vino yang masih menatapnya serius. "Lo tanya ke istri lo aja. Tanyakan apa yang ia hasutkan pada Embun." Akhirnya Yuki berujar dengan datar.Vino segera menatap istrinya. Pria itu menelisik manik cokelat Ghea. Sedangkan Ghea hanya mampu tertunduk. Wanita ber-blouse kuning kunyit itu merasa bersalah."Ghe ...." Vino meraih dagu istrinya agar kembali mendongak. Suami istri itu saling memandang. Kembali sorot mata Vino menuntut penjelasan.Ghea lantas membuang muka. Dirinya malu mengakui kesalahannya."Maafkan aku, Vin." Akhirnya, Ghea bersuara setelah beberapa menit membisu. "Aku telah meracuni pikiran Embun untuk membenci Safia." Ghea mengaku sembari menunduk."Kenapa? Apa yang membuatmu melakukan hal itu?" Vino kembali menuntut penjelasan."Itu ... ah ... Vino." Ghea
Baca selengkapnya

39. Kebaikan Hati Safia

Jevin menatap Safia. Istri sudah dipindah ke ruang inap biasa sehabis magrib tadi, setelah mendapat transfusi darah darinya tadi siang. Jevin sengaja memilih ruang VIP. Kini dirinya seorang diri menjaga sang istri. Tadi dua jam lalu mamanya baru saja menjenguk Safia. Menggantikan tugas Bu Ratih yang telah seharian menunggui Safia.Sebenarnya Jevin dilarang oleh mertuanya untuk menunggui Safia seorang diri karena pria itu masih terlihat lemas sehabis transfusi. Tetap Jevin menolak. Bahkan pria itu menyuruh Sabiru pulang saja agar tidak usah menemaninya menunggui Safia.Jevin merasa kelelahan. Pikirannya tertuju pada Yuki. Pemuda sama sekali belum menginjakkan kaki ke rumah selama Embun ada di rumah sakit ini. Jevin menghela napas. Ia dapat merasakan jika perasaan Yuki pada mantannya sungguh tulus."Kalo kamu sadar, jangan pernah lagi menyia-nyiakan ketulusan hati Yuki, Bun." Jevin bicara sendiri. "Jangan sampai menyesal seperti aku yang mengabaikan Safia," lanjutnya sembari mengelus p
Baca selengkapnya

40. Embun Amnesia

Keadaan Embun berangsur pulih setelah mendapat tambahan darah dari Bu Ratih. Seperti halnya Safia, gadis itu pun sudah dipindah ke ruang inap biasa. Semua prosedur itu semua ditangani oleh Yuki. Pemuda itu benar-benar menunjukkan kepedulian pada sang gadis.Dirinya rela meninggalkan segala urusan syuting demi menjaga gadis itu. Pasalnya Embun tidak punya keluarga. Satu-satunya bibi hanya bisa menengok beberapa waktu saja. Janda itu harus banting tulang menghidupi ketiga anaknya seorang diri. Dan Yuki memaklumi hal itu. Yuki bahkan tidak mengindahkan perintah sang bunda untuk rehat sejenak menjaga Embun.*Pagi harinya ketika Yuki masih tertidur di kursi depan ranjang Embun, gadis itu sadarkan diri. Perlahan matanya mulai terbuka. Dengan netra yang masih samar-samar Embun menyapu seisi ruangan. Semua serba putih. Di seberang sana ada juga seseorang yang tengah tertidur pada ranjang dengan selang oksigen di hidung. Kantong Yuki memang tidak setebal Jevin. Pemuda itu hanya mampu memberi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status