Home / Pernikahan / JERAT GAIRAH SANG SAHABAT / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of JERAT GAIRAH SANG SAHABAT: Chapter 1 - Chapter 10

54 Chapters

1. Move on

Seorang gadis mungil tampak sedang memacu motor matic dengan kecepatan yang lumayan tinggi. Nama gadis itu adalah Safia. Dirinya harus mengebut karena baru saja mendapat pesan dari sang kekasih. Kekasih Safia yang bernama Vino menyuruh ceweknya untuk segera datang ke taman yang selalu mereka datangi kala berkencan. Entah hanya untuk nongkrong atau sekedar joging bersama.Setelah memarkir motor kesayangan, Safia bergegas menuju tempat di mana Vino sudah menunggu. Gadis itu mendekati pemuda yang sedang duduk di bangku taman dengan pandangan yang menerawang."Vin!"Panggilan Safia menyadarkan Vino dari lamunannya. Cowok berhidung bangir itu tersenyum pada sang gadis. "Fia, maaf kalau selama ini sudah buat kamu bingung dan bertanya-tanya," ucap Vino pelan ketika ceweknya telah duduk di sampingnya. "Ya nih, tiba-tiba saja kamu menghindar, ada apa?" tanya Safia dengan polosnya. Tiga bulan ini tiba-tiba Vino sangat susah dihubungi oleh Safia. Jangankan jalan berdua, menerima telepon dari
Read more

2. Patah Hati Lagi

"Safia ...," ucapnya lirih dan serak. Gadis berumur dua puluh empat tahun itu tersenyum getir, melihat sejoli di hadapannya."Waktu aku ngasih tahu alamat ini, Jevin bilang sudah pernah kesini nganterin kamu. Iya, Fi?" tanya Embun dengan senyum yang selalu tersungging di bibirnya. Fia hanya mampu mengangguk pelan, tuk menjawab."Sebentar ya ...," ijin Fia kepada kedua orang di hadapannya. Gadis itu masuk ke dapur dan mengambil kue brownis, kemudian keluar kembali menemui sahabatnya."Aku buatin brownis buat kamu Bun, anggep aja ucapan selamat atas jadian kembalinya kalian," ujar Fia berbohong sambil menyerahkan kue itu ke Embun."Ihh ... baik banget kamu, makasih ya." Embun mencium sahabat mungilnya itu penuh haru. Lalu gadis itu memotong kue brownis, kemudian mengigitnya."Gila enak banget ... Je cobain deh," ujar Embun sambil menyuapkan sepotong brownis ke mulut Jevin, cowok itu mengunyah kemudian mengangguk-anggukkan kepala pertanda dia setuju kalau brownis itu enak. Safia hanya m
Read more

3. Kisah Masa Lalu

"Safia???" Jevin pun sama terkejutnya.Pemuda berpostur tinggi sekitar 180 cm itu tampak mengerjap beberapa kali untuk memperjelas pandangan. Dan ketika objek yang dilihat semakin mendekat pemuda itu tidak bisa mengelak lagi kalau gadis yang akan dikenalkan oleh sang mama adalah sahabat akrab kekasihnya sendiri.Bu Jenni sendiri tampak begitu senang melihat anaknya sudah saling kenal."Kamu masih ingat dia, Je?" Bu Jenni menunjuk ke Safia dengan semringah."Dia temannya Embun, Ma." Jawaban Jevin dibalas pelototan mata oleh Bu Jenni. Pasalnya wanita itu tidak suka anaknya menyebut nama gadis lain di depan teman lamanya."Ini Safia ... Anaknya almarhum Pak Dahlan sopir kita dulu." Bu Jenni mencoba mengingatkan anaknya. Jevin berusaha mengingat-ingat, tapi sepertinya dia masih lupa. Namun, dalam hati ia mengakui jika wajah Safia memang tidak asing di otaknya."Sudahlah ... sebaiknya kita makan siang dulu, mari!" ajak Bu Jenni kemudian. Safia dan ibunya mengangguk dengan senyuman menyetuju
Read more

4. Curhat Dengan Yuki

Safia dan ibunya telah sampai di rumah, sehabis dari kunjungannya ke rumah Jevin. Begitu sampai rumah tanpa membuang waktu gadis itu segera meminta penjelasan kepada ibu mengenai perjodohan dirinya dengan Jevin, kekasih sahabatnya itu.Ibu pun mulai menceritakan kembali, kejadian tragedi suram itu. Tragedi yang membuat sang suami tercinta menghembuskan napas terakhir. Ibu mengisahkan pengorbanan sang ayah yang rela menukar nyawanya demi melindungi sang majikan, yaitu papa Jevin.Bu Ratih juga menuturkan betapa beraninya Safia kecil melawan para penjahat itu. Bahkan gadis kecilnya itu juga rela mengorbankan kepalanya demi menolong Jevin.Safia mendengarkan dengan seksama. Bayangan masa kelam itu kembali melintas di benaknya. Seketika air mata yang membuat sesak hatinya luruh.Apalagi saat teringat meninggalnya sang ayah. Hatinya kembali terasa pilu. Safia merasa menyesal tidak bisa ikut menghadiri pemakaman sang ayah. Itu dikarenakan dirinya waktu itu masih terbaring koma di rumah saki
Read more

5. Kencan yang Gagal

Keesokan hari, sepulang dari kantor Safia mendapati ibunya tengah memilah-milah gaun di kamarnya."Ngapain, Bu?" tanyanya sembari melepar tas ke meja dan menjatuhkan diri ke ranjang."Lekas mandi! Sebentar lagi Nak Jevin mau menjemput," jawab Ibu dengan masih sibuk memilih gaun."Jemput apaan?" Safia yang kaget gegas terduduk menatap sang ibu."Kencanlah. Biar kalian saling kenal." Ibu menjawab disertai senyuman senang. "Tadi Bu Jenni telpon Ibu, katanya gak lama lagi mereka akan sampai. Jadi ...sudah sana buruan mandi!" suruh Ibu."Tapi, Bu-""Gak ada tapi-tapian!" sambar Ibu sambil mendorong tubuh anaknya ke kamar mandi.Safia sendiri tak kuasa menolak. Gadis itu lekas membersihkan badannya yang terasa sudah sangat lengket. Safia tidak bisa berlama-lama di dalam kamar mandi. Sang ibu sedari tadi menggedor-gedor pintu memanggil namanya.Lalu begitu keluar dari kamar mandi, sang ibu langsung menarik tangan Safia. Mendudukkan anak gadisnya di depan meja rias. Wajah Safia ibu sapu denga
Read more

6. Derita Embun

Hubungan pertemanan antara Safia dan Embun tetap terjalin baik. Baik Safia maupun Jevin masih menyimpan rahasia perjodohan mereka pada Embun. Dan keduanya juga pandai bergelagat jika di depan Embun. Jevin yang datar pada Safia, serta Safia yang juga selalu menjaga jarak jika mereka bertiga bertemu.Sore itu setelah pekerjaan menumpuknya telah usai, Safia memutuskan untuk pulang. Dan seperti biasa, dirinya ke luar kantor bersama Embun. Begitu tiba di lobby kantor gadis itu sedikit merasa heran. Karena dia melihat ada Bu Jenni yang tampak tengah duduk menunggu seseorang. Lalu begitu melihat dia dengan Embun, wanita itu bangkit dan mendekat."Embun, ayo kita pulang bareng. Ada hal penting yang ingin tante bicarakan dengan kamu," ajak Bu Jenni datar dan tanpa memedulikan Safia."Emm ... iya. Baik, Tante," balas Embun sedikit gugup.Embun memang selalu merasa canggung jika berhadapan dengan Mama Jevin. Dirinya menyadari kalau calon mertuanya itu memang tidak menyukainya. Alasannya kenapa E
Read more

7. Keegoisan Jevin

***Sore itu, Safia telah merampungkan semua pekerjaan. Usai merapikan meja kerja, gadis itu berkemas. Diambilnya cermin kecil dalam tas.Gadis itu berkaca. Terlihat mukanya kusam. Ada noda hitam di bawah mata. Akhir-akhir ini Safia memang sering tidur malam. Semenjak dirinya dijodohkan dengan Jevin, gadis itu merasakan kerumitan hidup yang membuatnya susah memejamkan mata."Fi, kita hang out, yuk!" ajak Vani salah seorang teman kantor Safia."Iya, yuk! Lama nih kita gak kongkow-kongkow bareng," timpal Mania. Teman Safia yang lain."Gah ah. Aku lagi males," sahut lemas. Gadis itu lantas berlalu meninggalkan kedua sahabatnya."Eh, Fi, hari ini Embun absen ada apa sih?" tanya Vani. Gadis itu mengejar langkah Safia. Begitu juga Mania. Ketiganya berjalan bersama."Entah." Masih dengan suara lemah Safia menjawab.Gadis itu teringat hari kemarin. Hari di mana Embun terlihat begitu kacau setelah mendapat peringatan dari Bu Jenni.'Apakah Embun sudah menanyakan pada Jevin, siapa calon jodohny
Read more

8. Keputusan Jevin

Safia diam termangu dalam kamarnya. Kepalanya pusing memikirkan keruwetan hidup yang tengah menimpa. Tetiba saja telepon pintarnya bergetar. Diraihnya benda tipis itu. Ada sebuah chat masuk. Pesan dari Jevin.[ Datang ke taman dekat tempat tinggalmu. Aku menunggu!]'Ada apa Jevin ingin bertemu dengan aku lagi?' batin Safia heran.Safia menengok jam kotak kecil yang bertengger di atas nakas kamar. Baru pukul tiga sore, tetapi awan sejak lepas dhuhur tadi tampak kelabu. Diprediksi hujan bisa turun kapan saja. Udara juga semilir lembap. Makanya hari Minggu ini ia gunakan untuk bermalas-malasan saja di kamar. Bergelung seharian di kasur sembari terus memikirkan nasibnya ke depan.Ponselnya bergetar lagi. Chat dari Jevin masuk lagi. Gadis itu hendak mengetik balasan. Namun, belum sempat dia menjawab pesan, sang ibu berteriak memanggil namanya dari bawah."Fiaaa! Cepetan turun!"Gadis itu melempar ponsel yang dipegang ke ranjang. Dia urung membalas chat Jevin. Segera Safia menuruni tangga u
Read more

9. Janji Suci

Setelah pertemuan terakhir Bu Ratih dan Bu Jenni seminggu yang lalu, keluarga Jevin datang ke kediaman Safia guna meminang gadis itu. Bu Jenni tidak banyak membawa rombongan. Hanya keluarga terdekat saja yang turut serta. Begitu juga dengan Bu Ratih. Wanita itu hanya mengundang keluarga dan tetangga terdekat saja. Salah satunya keluarga Yuki. Bu Ratih dan ibunya Yuki bersahabat baik sejak dirinya baru pindah ke daerah itu. Bahkan ibu Lili-bundanya Yuki, didaulat oleh Bu Ratih menjadi pembawa acara pada malam lamaran itu.Acara berlangsung khidmat. Acara demi acara terlampau dengan baik. Tiba di sesi jawaban calon mempelai perempuan menanggapi pinangan dari calon mempelai pria. Safia berdiri dari duduknya. Dengan tangan yang gemetar memegang mikrofon gadis itu memandang Jevin yang terduduk lesu di kursi seberang. Jevin tampak begitu tampan dengan kemeja batik motif sido mukti cokelat terang. Sayang aura kegantengannya tertutup wajah muramnya.Ada lima menit Safia diam mematung sembar
Read more

10. Pernikahan

Masjid pun bergema oleh suara doa seluruh hadirin. Hati Safia terasa sejuk mendengarnya. Kemudian matanya pun menangkap sesosok gadis yang tengah mengusap air mata menyaksikan upacara sakral tersebut. Embun datang di acara pernikahan pacarnya itu.Acara semakin berlanjut. Sang juru kamera menyuruh Safia dan Jevin untuk foto bersama. Lelaki itu menyuruh kedua mempelai untuk berdiri saling menempel sambil menunjukkan buku nikah mereka. Pengantin baru itu hanya menurut saja. Lalu ketika sang photografer menyuruh sang mempelai pria untuk mencium kening istrinya, Jevin dan Safia terlihat begitu gugup dan canggung."Ayo Jevin buruan cium bini, Lo!" perintah Yuki yang turut menjadi saksi pada acara sakral itu.Jevin memandang Safia dan Safia hanya bisa menunduk. Hati-hati, Jevin menunduk menempel bibirnya di kening istrinya. Safia memejamkan mata. Sang juru kamera membidik momen itu dengan baik. Usai Jevin mencium dahi Safia, kini sang istri mencium punggung tangan Jevin. Bukti tanda bakti
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status