Gimana, Ibu?" Sang kasir bertanya lagi dengan ramah.Ghea memandang Embun, tapi gadis yang dipandangnya hanya bisa menggigit bibir. Ghea pun merenung. Akhirnya dia menemukan ide. Ia membuka kaca matanya, lalu diangsurkan benda itu kepada mbak kasir."Ini kaca mata mahal. Saya gunakan untuk jaminan, nanti-""Resto ini hanya menerima uang tunai dan kartu kredit untuk pembayarannya. Bukan benda lain," tukas mbak kasir cepat."Iya, saya tahu," sergah Ghea kesal. "Tapi saya sedang kelupaan tidak membawa dompet. Jadi-""Sekuriti!" Mbak kasir memanggil."Eh ... apa-apaan panggil sekuriti?!" protes Ghea tidak terima."Iya, mbak. Dompet teman saya beneran ketinggalan. Kami tidak berniat jahat," bela Embun takut. Dirinya juga tidak mau jika dibawa ke kantor berwajib."Ada apa, Mbak?" tanya seorang sekuriti muda bertubuh kurus mendekat ke meja kasir."Mereka makan dan gak mau bayar," jawab mbak kasir melirik sebal pada Ghea dan Embun."Enak saja kalo ngomong!" sambar Ghea kian kesal. "Temukan ak
Read more