Home / Pernikahan / JERAT GAIRAH SANG SAHABAT / 39. Kebaikan Hati Safia

Share

39. Kebaikan Hati Safia

Author: Yenika Koesrini
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Jevin menatap Safia. Istri sudah dipindah ke ruang inap biasa sehabis magrib tadi, setelah mendapat transfusi darah darinya tadi siang.

Jevin sengaja memilih ruang VIP. Kini dirinya seorang diri menjaga sang istri. Tadi dua jam lalu mamanya baru saja menjenguk Safia. Menggantikan tugas Bu Ratih yang telah seharian menunggui Safia.

Sebenarnya Jevin dilarang oleh mertuanya untuk menunggui Safia seorang diri karena pria itu masih terlihat lemas sehabis transfusi. Tetap Jevin menolak. Bahkan pria itu menyuruh Sabiru pulang saja agar tidak usah menemaninya menunggui Safia.

Jevin merasa kelelahan. Pikirannya tertuju pada Yuki. Pemuda sama sekali belum menginjakkan kaki ke rumah selama Embun ada di rumah sakit ini. Jevin menghela napas. Ia dapat merasakan jika perasaan Yuki pada mantannya sungguh tulus.

"Kalo kamu sadar, jangan pernah lagi menyia-nyiakan ketulusan hati Yuki, Bun." Jevin bicara sendiri. "Jangan sampai menyesal seperti aku yang mengabaikan Safia," lanjutnya sembari mengelus p
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • JERAT GAIRAH SANG SAHABAT   40. Embun Amnesia

    Keadaan Embun berangsur pulih setelah mendapat tambahan darah dari Bu Ratih. Seperti halnya Safia, gadis itu pun sudah dipindah ke ruang inap biasa. Semua prosedur itu semua ditangani oleh Yuki. Pemuda itu benar-benar menunjukkan kepedulian pada sang gadis.Dirinya rela meninggalkan segala urusan syuting demi menjaga gadis itu. Pasalnya Embun tidak punya keluarga. Satu-satunya bibi hanya bisa menengok beberapa waktu saja. Janda itu harus banting tulang menghidupi ketiga anaknya seorang diri. Dan Yuki memaklumi hal itu. Yuki bahkan tidak mengindahkan perintah sang bunda untuk rehat sejenak menjaga Embun.*Pagi harinya ketika Yuki masih tertidur di kursi depan ranjang Embun, gadis itu sadarkan diri. Perlahan matanya mulai terbuka. Dengan netra yang masih samar-samar Embun menyapu seisi ruangan. Semua serba putih. Di seberang sana ada juga seseorang yang tengah tertidur pada ranjang dengan selang oksigen di hidung. Kantong Yuki memang tidak setebal Jevin. Pemuda itu hanya mampu memberi

  • JERAT GAIRAH SANG SAHABAT   41. Keteguhan Hati Jevin

    "Jevin, kapan ... kapan kamu akan mengajakku menemui mamamu?" Embun bertanya dengan sorot mata penuh pengharapan. Wajahnya mendongak menatap lekat pujaan hatinya itu. Namun, Jevin bergeming. Pria itu enggan menanggapi kelakuan Embun lagi. Cukup sudah perlakuan gadis itu yang hampir saja melenyapkan nyawa sang istri."Jeviiin!" Embun sedikit berseru dengan menarik kemeja hitam sang kekasih."Cukup, Embun! Cukup!" gertak Jevin keras.Pria itu menyentak kedua tangan Embun dengan kasar. Karena dia merasa tidak nyaman ketika Embun terus saja menarik-narik kemejanya seperti anak kecil yang merengek sesuatu. Jevin tidak ingin Safia yang baru pulih menjadi sedih lagi.Embun sendiri sedikit terhuyung ke belakang disengaja kasar oleh Jevin. Untung saja Yuki sigap menangkap tubuhnya."Jevin, kamu kasar sekali. Ada apa?" sedih Embun dengan mata yang mulai berkaca-kaca.Jevin tidak peduli. Pria itu menarik kursi roda Safia menjauh dari ranjang. "Ayo kita tinggalkan tempat ini, Sayang," ujar Jevin

  • JERAT GAIRAH SANG SAHABAT   42. Ide Jevin

    Keadaan Embun berangsur pulih. Gadis itu sudah diperbolehkan pulang oleh dokter sejak beberapa hari lalu. Hanya saja menurut Dokter Wibawa, gadis yang tahun ini menginjak usia dua puluh lima tahun itu harus rajin kontrol.Biaya rumah sakit tidak sepenuhnya Embun yang tanggung. Ada bantuan Yuki yang lumayan besar. Pemuda itu merelakan sebagian tabungannya terkuras demi sang gadis.Sayang ... pengorbanan pemuda itu tidak dapat dirasakan oleh Embun. Gadis yang kehilangan sebagian memorinya itu menolak setiap kali Yuki menawarkan bantuan atau kunjungan. Embun merasa asing jika melihat Yuki. Di otaknya hanya ada nama Jevin yang bertahta.Perlakuan dingin Embun membuat Yuki kehilangan semangat. Pemuda itu ingin menyerah saja. Dirinya yang selalu melibatkan Tuhan dalam setiap tindakan, akhirnya mendirikan shalat istikharah.Yuki ingin kebimbangan di hati antara terus lanjut mengejar cinta Embun atau tidak, lebih memilih bertanya ke pada Allah. Kemudian pemuda itu seperti mendapat jawaban yai

  • JERAT GAIRAH SANG SAHABAT   43. Mencari Jejak Masa Lalu

    Semenjak ke luar dari rumah sakit dan mengalami amnesia, Embun minta cuti dari kantornya untuk pemulihan. Karena dia adalah karyawan teladan, bosnya memberi cuti sampai gadis itu benar-benar pulih. Kini aktivitas Embun adalah berdiam diri di rumah sang bibi. Dia tidak lagi menghuni kontrakan.Pagi ini seperti biasa Embun ikut berkutat di dapur bersama para pegawai sang bibi. Usaha katering Bu Desi sudah lumayan berkembang. Wanita itu sudah mampu menggaji karyawan untuk membantu usahanya.Ketika Embun sedang sibuk mengolah makanan, sepupunya memberi tahu jika ada seorang pemuda ingin menemuinya. Embun yang penasaran siapa tamu itu lekas cuci tangan dan menggantung appron-nya. Gadis itu bercermin sebentar untuk merapikan pakaian dan rambutnya. Hatinya menduga jika yang datang pasti Jevin sang kekasih. Benar saja Embun merasa sedikit kecewa begitu melihat yang datang ternyata adalah Yuki."Kamu? Ada apa ke mari?" tanya Embun dingin.Walau mendapat perlakuan tidak mengenakkan seperti itu,

  • JERAT GAIRAH SANG SAHABAT   44. Ghea yang Licik

    Senyum licik tercetak pada bibir merah bata milik Ghea. Hati wanita itu senang. Ia bisa memanfaatkan situasi ini. Embun akan ia jadi pion untuk menyakiti hati Safia. Entahlah setiap kali mendengar nama istri Jevin itu, hati Ghea dihinggapi perasaan benci dan dengki. Menurut Ghea, Safia itu menyebalkan. Pasalnya dulu saat masih bekerja sebagai manager di kantor Embun, dia telah lama mengejar Vino sang bawahan. Namun, Vino justru memilih melabuhkan hatinya pada Safia, anak baru di perusahaan tempat mereka dulu bekerja. Bagi Ghea, usahanya selama itu untuk menaklukkan hati Vino sia-sia belaka. Vino tampak begitu mencintai anak baru itu. Untungnya hubungan mereka yang telah terjalin selama dua tahun itu kandas juga. Akibat tidak ada restu dari ibu Safia. Dan akhirnya, Vino kini menikah dengannya. Sebenarnya Ghea tahu, Vino menikahinya atas dasar balas budi. Pria itu masih saja memikirkan Safia di satu tahun pernikahan mereka. Itulah alasan kenapa Ghea begitu geram pada Safia. Walau nur

  • JERAT GAIRAH SANG SAHABAT   45. Karma Ghea

    Gimana, Ibu?" Sang kasir bertanya lagi dengan ramah.Ghea memandang Embun, tapi gadis yang dipandangnya hanya bisa menggigit bibir. Ghea pun merenung. Akhirnya dia menemukan ide. Ia membuka kaca matanya, lalu diangsurkan benda itu kepada mbak kasir."Ini kaca mata mahal. Saya gunakan untuk jaminan, nanti-""Resto ini hanya menerima uang tunai dan kartu kredit untuk pembayarannya. Bukan benda lain," tukas mbak kasir cepat."Iya, saya tahu," sergah Ghea kesal. "Tapi saya sedang kelupaan tidak membawa dompet. Jadi-""Sekuriti!" Mbak kasir memanggil."Eh ... apa-apaan panggil sekuriti?!" protes Ghea tidak terima."Iya, mbak. Dompet teman saya beneran ketinggalan. Kami tidak berniat jahat," bela Embun takut. Dirinya juga tidak mau jika dibawa ke kantor berwajib."Ada apa, Mbak?" tanya seorang sekuriti muda bertubuh kurus mendekat ke meja kasir."Mereka makan dan gak mau bayar," jawab mbak kasir melirik sebal pada Ghea dan Embun."Enak saja kalo ngomong!" sambar Ghea kian kesal. "Temukan ak

  • JERAT GAIRAH SANG SAHABAT   46. Kesadaran Embun

    "Arghhhh!"Ghea terus saja mengerang. Wanita itu merasakan sakit yang teramat pada perutnya. Seperti ada ribuan tangan yang meremas kencang perut ratanya.Mendengar itu spontan Safia dan Embun kian cemas. Apalagi darah terus saja mengalir dari diri Ghea. Safia berjalan menjauh. Suara riuh dari orang-orang yang merubung membuatnya susah mendengar. Safia kini tengah mencoba menghubungi Vino.Embun sendiri tiba-tiba merasa pusing melihat darah merah menggenang di lantai. Gadis itu merasa ngeri. Melihat darah banyak dan wajah-wajah panik membuat otaknya mengirim sinyal memori. Mendadak peristiwa penusukan perut Safia yang ia lakukan terbayang di mata. Sekelebat wajah panik dari Jevin, Yuki, dan juga Tania menghiasai matanya."Arghhhh!" Embun ikut mengerang.Gadis itu melepaskan begitu saja pangkuan Ghea padanya. Embun merasakan kepalanya berdenyut pening jika mencoba mengingat semua."Embun!"Safia yang mendengar Embun menjerit kesakitan refleks mendekati gadis itu."Kamu kenapa, Bun?" ta

  • JERAT GAIRAH SANG SAHABAT   47. Buah Kesabaran

    Embun telah tiba di hunian sang bibi. Rumah tampak lenggang. Sepertinya para pegawai katering sang bibi telah pulang. Gadis itu sendiri lekas masuk kamar tanpa menghadap sang tante.Ia melemparkan begitu saja sling bag kepunyaan ke ranjang. Lalu disusul dengan pelemparan tubuh lelahnya. Mata Embun menerawang jauh. Pikirannya tidak terlepas dari kejadian seharian ini. Ghea yang culas seketika mendapatkan karmanya dengan dibayar tunai.Embun pun menilai diri sendiri. Gadis itu mulai mengingat semua. Dia sudah tahu siapa jati diri dan orang-orang terdekatnya. Ketika peristiwa insiden penusukan perut Safia mengulang di mata, Embun menangis. Dia merasa amat menyesal."Tidak akan pernah ada habisnya jika aku terus mengejar Jevin. Tidak!" Embun bergumam sendiri. "Aku lelah. Safia dan Jevin pun sama lelahnya dengan aku." Embun membesit hidungnya yang kini terasa mampat akibat isakannya. "Aku pasrah. Jevin bukanlah jodohku." Akhirnya Embun bertekad.Kini gadis itu bangkit dari duduk. Diraihny

Latest chapter

  • JERAT GAIRAH SANG SAHABAT   54. Melahirkan

    Resepsi pernikahan Yuki dan Embun dilaksanakan pada keesokan malam harinya. Masih bertempat di gedung yang sama. Gaun pengantin Embun dan tuxedo Yuki masih hasil dari endorse-nya Ibu Jenni.Sebagai sahabat yang baik dan setia, Safia tentu hadir di acara penting kawan kecilnya itu. Walau sebenarnya keadaan tubuhnya sudah tidak memungkinkan. Bahkan berungkali Jevin melarang, tetapi Safia bersikeras untuk datang. Apalagi di pesta tersebut dia akan berjumpa dengan teman-teman lamanya saat masih ngantor. Keras kepala Safia tidak bisa dibendung. Akhirnya, dengan berat hati Jevin mengizinkan dengan syarat tidak terlalu lama. Safia menyanggupi syarat itu dengan riang. Selama dalam perjalanan wanita itu bersenandung kecil.Ketika dia dengan suaminya sampai di gedung pernikahan Yuki, kedua mempelai menyambutnya dengan hangat. Suasana pesta sudah mulai ramai. Safia mengedarkan pandangan. Dekorasi pelaminan penuh dengan bunga-bunga mawar. Aroma bunga sedap malam mendominasi ruangan berkonsep ser

  • JERAT GAIRAH SANG SAHABAT   53. Hari Sakral Embun

    Hari ini adalah momen tersakral pada hidup Embun. Pasalnya hari ini ia akan menanggalkan status lajangnya. Tiga jam lagi dia akan duduk berdampingan dengan Yuki menghadap sang penghulu. Mereka berdua akan mengikrarkan janji suci di depan para wali dan saksi.Kini di kamarnya, Embun tengah dirias oleh MUA rekomendasi dari Safia. Karena Embun berasal dari daerah Jawa makan gadis itu akan mengenakan kebaya Jawa Solo. Sedangkan Yuki memakai beskap Jawa.Busana pengantin tersebut dibuat langsung oleh Ibu Jenni sebagai hadiah perkawinan mereka. Jadi baik Yuki maupun Embun tidak mengeluarkan rupiah sepersepun. Tentu saja kedua calon mempelai tersebut merasa amat bahagia.Terutama Embun. Karena kebaya yang akan membalut tubuh moleknya itu terlihat sangat indah dan mewah. Kebaya beludru hitam itu berpotongan leher V. Kombinasi brokat dan aksen yang serba keemasan membuat kebaya tersebut terlihat mewah. Sementara ekor panjangnya menambah kesan anggun.*"Cantik," puji sang MUA usai melukis waja

  • JERAT GAIRAH SANG SAHABAT   52. Nama Baby

    Safia tengah mematutkan diri di cermin. Siang ini dia akan pergi periksa kandungan. Usia kandungannya sudah memasuki minggu ketiga puluh lima.Detik-detik menanti kelahiran. Dirinya sudah harus cek kandungan seminggu sekali. Beruntung Jevin selalu bersedia menemaninya untuk check up. Sesibuk apapun dirinya tidak pernah absen.Ketika Safia baru saja memoles bibirnya dengan lipstik terdengar derit pintu kamar. Safia menoleh. Seraut wajah kusut datang. Jevin sang suami melangkah gontai, lalu melempar begitu saja tubuhnya ke ranjang dengan tengkurap. Wajah pria itu terbenam pada bantal bersarung warna putih tersebut. Mau tak mau Safia harus menghampiri Jevin."Ayang Mbep, ada apa ini?" tanya Safia lembut. Ia memegang pundak suaminya pelan. "Dateng-dateng kok mukanya ditekuk gitu?" tegur Safia perhatian.Jevin membalikkan badan. Wajah pria yang sehari-hari tampak tenang kini terlihat keruh. "Pak Budi hari ini banyak melakukan kesalahan, Fi," curhat Jevin lemah.Pria itu menyebut nama seker

  • JERAT GAIRAH SANG SAHABAT   51. Dua Sejoli

    Safia dan Jevin tengah jalan pagi mengitari komplek. Safia memang teratur melakukan olahraga tersebut semenjak hamil trimester pertama. Selain mudah, murah, juga kaya manfaat.Jevin sendiri berusaha menjadi suami siaga. Jadi setiap pagi sebelum berangkat kerja, dirinya menyempatkan diri menemani sang istri. Selain itu juga sekalian berolahraga untuk kebugaran tubuh.Jalan kaki dipilih karena dapat menjaga berat badan, menurunkan kadar kolesterol, serta menyeimbangkan tingkat tekanan darah. Sehingga mengurangi resiko kelahiran prematur.Satu jam berlalu. Safia merasa cukup berolahraga. Peluh juga mulai membanjiri badan. Wanita itu mengajak pulang suaminya.Di jalan Safia menyempatkan diri membeli bubur ayam. Kebetulan ada tukang bubur ayam lewat yang merupakan langganan. Tidak tanggung-tanggung, Safia memesan tiga porsi sekaligus."Yang satu buat siapa, Fi?" tanya Jevin sembari mengerutkan kening. Pasalnya di rumah cuma ada mereka berdua."Buat baby dong," sahut Safia seraya mengelus p

  • JERAT GAIRAH SANG SAHABAT   50. Lamaran Yuki

    Enam bulan kemudianPukul empat sore. Embun telah menyelesaikan semua tugas dengan baik. Gadis itu lekas merapikan berkas-berkas. Usai merasa semua sudah beres, gadis yang tahun ini genap menginjak angka dua puluh lima tahun itu gegas menyangklong tas kecil bermerk Hermes itu.Sejak insiden berdarah beberapa waktu lalu Embun masih kerja di perusahaan yang sama. Namun, tidak dengan Safia. Wanita itu memilih resign dari perusahaan beberapa bulan lalu atas desakan sang suami. Kini dirinya sibuk membantu mertuanya mengelola bisnis."Aku cabut dulu ya, Genk," pamit Embun pada rekan-rekan kerjanya.Vani dan Mania yang duduk tidak jauh dari mejanya mengacungkan jempol pada Embun.Tersenyum semringah Embun melangkah kaki. Bersama rekan yang lain dia masuk lift untuk turun ke lobby. Matanya langsung menangkap bayangan Yuki yang tengah duduk santai di kursi lobby. Dengan penuh keanggunan dan senyum yang selalu tersunging, dara itu menderap mendekati sang bujang."Hai ... udah lama?" sapa Embun

  • JERAT GAIRAH SANG SAHABAT   49. Kejahilan Safia

    ❤️❤️Tujuh bulan kemudianTengah malam buta sekitar jam dua dini hari. Safia yang terbangun dari tidur. Wanita mungil berperut besar itu menggeliat pelan. Matanya melirik sosok lelaki yang tengah terlelap damai di samping. Jevin tidur dengan mulut yang sedikit terbuka. Menimbulkan bunyi dengkuran halus. Safia senang mendengarnya. Merasa gemas wanita itu mengecup lembut bibir bersih bebas nikotin itu.Padahal Safia hanya mengecup ringan bibir sang suami. Namun, Jevin yang sensitif segera sadar. Masih dengan memejam Jevin balas mencium Safia dengan ganas."Lagi, yuk!" ajak Jevin setelah mereka melepas ciuman untuk mengambil pasokan oksigen. Pria itu mengedipkan satu mata nakal. Ketika Safia menggeleng, Jevin justru menarik sang istri untuk didekap rapat."Tadi jam sepuluh waktu mo bobok kan udah," ujar Safia sembari melepas dekapan sang suami. "Kasihan dedek bayi ini kalo mamanya digoyang mulu," lanjut Safia mencubit gemas pipi suaminya."Salah sendiri malam-malam bangun terus nyiumin

  • JERAT GAIRAH SANG SAHABAT   48. Kebahagiaan Safia-Jevin

    Malam beranjak larut. Namun, Jevin masih saja berkutat dengan layar monitor. Pria itu membawa pekerjaan yang belum tuntas di kantor ke rumah. Sedari sejam lalu matanya tidak lepas dari layar laptopnya.Keadaan itu membuat Safia gusar. Ini malam Jumat. Wanita itu ingin bermanja-manja dengan suaminya. Tetapi sang suami seperti tidak peka. Membuat dirinya bergelung di ranjang seorang diri.Untuk membunuh waktu menunggu suaminya merampungkan pekerjaan, Safia memainkan ponselnya. Wanita itu memilih bermain dengan assiten google. Dirinya terkikik geli saat suara perempuan di ponselnya memberikan guyonan-guyonan ringan.Jevin yang duduk di meja kerja dalam ruangan itu merasa sedikit terganggu mendengar cekikikan Safia. Pria itu mengerutkan kening melihat Safia terpingkal-pingkal di ranjang seorang diri. Merasa penasaran lelaki itu lekas menutup laptopnya untuk kemudian mendekati istrinya."Lagi ngapain sih?" tanya Jevin penasaran. Pria itu duduk menempel pada sang istri."Lagi pacaran," sahu

  • JERAT GAIRAH SANG SAHABAT   47. Buah Kesabaran

    Embun telah tiba di hunian sang bibi. Rumah tampak lenggang. Sepertinya para pegawai katering sang bibi telah pulang. Gadis itu sendiri lekas masuk kamar tanpa menghadap sang tante.Ia melemparkan begitu saja sling bag kepunyaan ke ranjang. Lalu disusul dengan pelemparan tubuh lelahnya. Mata Embun menerawang jauh. Pikirannya tidak terlepas dari kejadian seharian ini. Ghea yang culas seketika mendapatkan karmanya dengan dibayar tunai.Embun pun menilai diri sendiri. Gadis itu mulai mengingat semua. Dia sudah tahu siapa jati diri dan orang-orang terdekatnya. Ketika peristiwa insiden penusukan perut Safia mengulang di mata, Embun menangis. Dia merasa amat menyesal."Tidak akan pernah ada habisnya jika aku terus mengejar Jevin. Tidak!" Embun bergumam sendiri. "Aku lelah. Safia dan Jevin pun sama lelahnya dengan aku." Embun membesit hidungnya yang kini terasa mampat akibat isakannya. "Aku pasrah. Jevin bukanlah jodohku." Akhirnya Embun bertekad.Kini gadis itu bangkit dari duduk. Diraihny

  • JERAT GAIRAH SANG SAHABAT   46. Kesadaran Embun

    "Arghhhh!"Ghea terus saja mengerang. Wanita itu merasakan sakit yang teramat pada perutnya. Seperti ada ribuan tangan yang meremas kencang perut ratanya.Mendengar itu spontan Safia dan Embun kian cemas. Apalagi darah terus saja mengalir dari diri Ghea. Safia berjalan menjauh. Suara riuh dari orang-orang yang merubung membuatnya susah mendengar. Safia kini tengah mencoba menghubungi Vino.Embun sendiri tiba-tiba merasa pusing melihat darah merah menggenang di lantai. Gadis itu merasa ngeri. Melihat darah banyak dan wajah-wajah panik membuat otaknya mengirim sinyal memori. Mendadak peristiwa penusukan perut Safia yang ia lakukan terbayang di mata. Sekelebat wajah panik dari Jevin, Yuki, dan juga Tania menghiasai matanya."Arghhhh!" Embun ikut mengerang.Gadis itu melepaskan begitu saja pangkuan Ghea padanya. Embun merasakan kepalanya berdenyut pening jika mencoba mengingat semua."Embun!"Safia yang mendengar Embun menjerit kesakitan refleks mendekati gadis itu."Kamu kenapa, Bun?" ta

DMCA.com Protection Status