Home / Pernikahan / Talak Aku, Mas! / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Talak Aku, Mas!: Chapter 61 - Chapter 70

98 Chapters

61. Rekan Kerja

Tya mengulas sebuah senyum manis kepadaku yang justru malah semakin membuatku kebingungan."Benar? Kalian dipecat? Kok bisa? Memangnya kalian salah apa? Apa jangan-jangan kalian dipecat juga karena membelaku tadi?"Ketiga temanku itu malah terlihat begitu santai sampai aku semakin tak mengerti sebenarnya apa yang sedang terjadi pada mereka.Karena mereka malah tetap diam saja jadi aku langsung saja berkata lagi, "Enggak boleh. Kalian nggak boleh dipecat karena bukan kalian yang salah. Kalian tidak salah. Aku yang salah. Aku akan bilang ke Miss Ratih biar kalian nggak jadi dipecat."Aku langsung saja turun dari motorku tetapi kemudian cepat-cepat Marlina mencegahku, "Tenang dulu dong, Miss. Kami nggak dipecat kok."Aku menatap bingung pada Marlina, "Loh tadi katanya kalian sudah nggak kerja lagi di sini? Apa kalian cuman bercanda tadi? Tell me!"Aku mulai sedikit kesal karena mengira jika mereka telah mempermainkanku."Nggak, Miss. Kami nggak bercanda sama sekali. Kami memang sudah ber
Read more

62. Bukan Urusan Saya

Namun, rupanya mereka tak jadi ke tempat bimbingan belajar itu lagi karena merasa mereka bisa menagihnya melewati pesan singkat.Tak disangka-sangka, Miss Ratih mengirimkan permintaan mereka dalam waktu singkat dan bahkan aku yang baru saja bekerja selama dua bulan lamanya di tempat itu juga ikut mendapatkan uang ganti rugi yang jumlahnya cukup lumayan setara dengan setengah gajiku. Sehingga untuk sementara waktu aku bisa tenang karena masih memiliki tabungan untuk beberapa bulan ke depan. Aku pun juga masih memiliki murid les privat yang juga pendapatannya sangat-sangat lumayan."Kamu kok nggak berangkat kerja, Ra?" tanya mama.Aku yang baru saja mengambil air minum dari kulkas itu pun sontak menoleh ke arah mama. Aku memang belum mengatakan jika aku dipecat. Aku hanya belum bisa menjelaskan alasan kenapa aku bisa dipecat dari bimbingan belajar tersebut. Hal ini juga karena ini menyangkut masalah Dimas dan pasti pembahasannya juga tidak akan terlalu mudah."Zara sudah dipecat, Ma,"
Read more

63. Tes Kerja Lagi

Pesanku dibalas oleh mamanya Dimas dan tanpa kusangka-sangka beliau malah meminta maaf kepadaku dan berkata jika beliau tak tahu menahu mengenai masalah calon menantunya itu yang ternyata menemuiku.Aku juga sedikit lebih lega rasanya karena itu berarti mamanya Dimas masih memiliki hati. Namun, aku tak membalas pesan mamanya Dimas. Intinya aku sudah mencoba untuk ikhlas dan tak memikirkan masalah itu lagi. Aku ingin fokus ke depan dan bangkit menjadi orang yang lebih kuat dan tahan banting.Sekitar satu minggu kemudian, aku mencoba untuk mencari-cari kerja kembali karena aku tak mungkin mengandalkan uang tabunganku terus menerus. Aku mulai memasukkan satu persatu lamaran kerja ke berbagai sekolah dengan harapan aku akan mendapatkan pekerjaan yang baru. Tak ada alasan bagiku untuk menunda-nunda sebab waktu itu terus berjalan.Sedangkan ketiga temanku yang lain juga ikut mencari pekerjaan baru. Walaupun belum bertemu kembali, tetapi masih hampir setiap hari berkomunikasi melalui aplikas
Read more

64. Sebuah Undangan

Tes tersebut berlangsung cukup lama tetapi aku bersyukur karena bisa melewatinya meskipun tak yakin dengan hasilnya. Kami harus menunggu selama kurang lebih satu minggu lamanya untuk mengetahui apakah kami akan diterima atau tidak.Aku yang mendapatkan giliran awal saat tes itu lalu pergi terlebih dulu karena aku juga harus segera mengajar di tempat lain. Aku masih memiliki beberapa murid privat sehingga aku masih harus tetap membagi waktu dengan baik."Good afternoon, Nadine," sapaku pada muridku yang masih berusia enam tahun."Good afternoon, Miss Zara," balasnya dengan senyum yang luar biasa manis."Let's go upstair!" ajak Nadine kepadaku.Aku mengangguk. Gadis kecil itu telah terbiasa menggunakan bahasa Inggris di rumah sebagai bahasa berkomunikasi lantaran orang tuanya yang memang menginginkan anaknya itu lebih menggunakan bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia. Orang tuanya orang Indonesia asli tetapi memang salah satu dari mereka sering sekali ke luar negeri untuk keperluan bi
Read more

65. Penjelasan Mama

"Lho lha kenapa jadi kamu yang bingung, Ra?" ujar mama terlihat geli saat menatapku."Dimas itu nggak salah sama sekali, Ma. Zara juga nggak mau terjadi sesuatu yang buruk sama dia. Yang salah itu orang tuanya yang terlalu memaksanya tapi balik lagi, semua orang pasti mau anaknya itu mendapatkan jodoh yang terbaik kan, Ma. Mama juga gitu kan?" Mama kemudian menggelengkan kepalanya lalu membalas perkataanku, "Itu benar, Ra. Tapi bukan berarti terus menutup mata akan nasib anaknya sendiri. Kalau Mama boleh jujur sama kamu, dulu saat kamu bilang suka sama Gandhy, Mama sebenarnya nggak setuju."Aku cukup terkaget-kaget mendengar perkataan mama."Mama nggak setuju? Kenapa?"Mama menghela napas panjang, "Mama sepertinya harus menjelaskan tapi Mama mau ngomong seperti ini bukan untuk membuat kamu teringat akan masa lalu kamu tetapi agar kamu lebih ngerti apa yang Mama maksud tadi."Aku mengangguk paham, aku juga tahu nggak mungkin orang tuaku sendiri akan tega menyakitiku."Jadi, kenapa Mam
Read more

66. Datang Tidak?

Sebenarnya aku tak ingin membahas masalah itu lagi namun melihat rasa penasaran ketiga temanku yang menunggu jawabanku itu, aku pun tak bisa menghindar dari topik itu."Itu undangan pernikahan Dimas," jawabku lirih.Marlina langsung saja berucap, "Nah, sudah aku duga nih tadi. Soalnya wajah kamu itu udah kelihatan beda banget waktu kita datang tadi.""Iya, padahal tadi waktu kita lagi video call wajahmu masih terlihat ceria kok," timpal Tya."Tapi kok cepet banget sih udah nikah aja? Bukannya kamu sama dia itu baru ya nggak ketemunya?" ujar Anindia dengan nada bingung.Aku mengangkat bahuku tanda aku pun juga tak mengerti."Ah, aku tahu. Orang tua Dimas pasti ketakutan kalau dia itu tetap nyari kamu makannya itu mereka ingin cepat-cepat nikahin Dimas sama wanita itu biar dia nggak bisa berkutik lagi," celetuk Tya.Anindia mencibir, "Sok tahu deh.""Loh, lah apa coba alasan yang paling tepat orang yang mau cepat-cepat nikah itu? Jelas-jelas nggak mungkin kan dia itu hamil duluan karena
Read more

67. Pernikahan Dimas

POV DimasAku masih tak mengira jika kejadiannya akan seperti ini. Sekarang ini aku masih betah berada di dalam kamar usai para perias itu meriasku di acara pernikahanku nanti.Pernikahan yang sama sekali tak pernah aku inginkan dengan gadis yang bahkan baru saja aku kenal selama beberapa hari. Aku tak mengerti bagaimana bisa kedua orang tuaku memperlakukan aku hingga menekanku seperti sekarang ini. Tak pernah terbesit dalam pikiranku mereka berdua akan nekat menikahkanku dengan wanita yang jelas-jelas tidak aku suka.Masih hangat dalam ingatanku pertemuan terakhirku dengan gadis yang aku suka. Gadis yang telah mengisi hatiku selama beberapa tahun itu terlihat terpukul atas sikap kedua orang tuaku.Aku pun tak bisa menyalahkan dirinya jika dia pada akhirnya tak ingin memperjuangkan hubungan kami. Walaupun begitu, kadangkala masih ada sedikit harapan yang aku simpan jika dia menghubungiku.Sudah ratusan kali aku mencoba untuk menghubunginya tapi tak pernah ada balasan darinya. Aku jug
Read more

68. Salah Langkah?

POV DimasAku tidak peduli lagi jika aku dianggap tak bertanggung jawab sebagai seorang suami. Usai resepsi pernikahanku dengan Cyntya, aku pun langsung berjalan menuju kamarku dan kemudian melepas semua pakaian itu lalu membersihkan diriku.Namun, begitu aku selesai berganti baju dan kemudian ke luar dari kamar mandi, aku melihat wanita yang baru saja menjadi istriku beberapa jam yang lalu itu ada di sana. Dia berkata, "Dimas, tolong bantu aku melepas gaun ini dong."Aku mendesah tapi aku tetap berjalan ke arahnya dan kemudian membantunya untuk melepaskan gaun itu. Dia kini hanya tinggal memakai kaos tipis dan juga celana pendek tapi aku justru memalingkan pandangan darinya."Aku capek, mau tidur," ujarku padanya.Cyntya menahan tanganku, "Ini malam pertama kita, Dimas. Kenapa kamu malah mau tidur?"Aku melepaskan tangan itu dari lenganku lalu menjawab dengan santai, "Aku sudah bilang sama kamu, jangan pernah terlalu ikut campur sama semua yang aku lakukan dan jangan meminta lebih."
Read more

69. Berpikir Ulang

POV ZaraBeberapa hari yang lalu, percakapan kami mengenai perusahaan travel yang akan dikembangkan itu tak menemui titik temu sehingga aku pun mulai kembali lagi berusaha mencari pekerjaan.Telah aku kirim lamaranku ke berbagai perusahaan dan tak memilih-milih jenis perusahaan seperti apa. Tabunganku memang masih ada untuk beberapa bulan namun aku tak ingin bersantai karena kebutuhan anakku itu terkadang tidak terduga.Sebagai seorang ibu pasti tak ingin jika anaknya mendapatkan kekurangan dalam hal apapun sehingga aku pun juga bersikap demikian. Aku tak pernah bisa menolak jika anakku meminta sesuatu karena bagiku yang terpenting adalah kebahagiaannya tercapai."Kamu yakin mau lamar kerja lagi, Ra?" tanya Alea yang sedang berada di rumahku melihatku sedang mengetik lamaran menggunakan laptop."Ya mau gimana lagi, Al. Aku nggak mungkin kan hidup hanya mengandalkan tabungan?"Alea yang sedang tiduran di atas kasurku itu berkata, "Aku ada teman nih yang lagi butuh jasa tour guide. Kamu
Read more

70. Kedatangan Dimas

Rupanya Alea tak jadi menginap di rumahku lantaran suaminya menjemputnya tak lama setelah itu. Aku lega sekali melihat ternyata mereka tak memiliki masalah. Agaknya Alea sangat beruntung sekali mendapatkan pria yang begitu bertanggung jawab seperti suaminya itu dan aku pun turut bahagia untuknya.Keesokan harinya, kira-kira pada pukul sepuluh pagi aku dikejutkan dengan kedatangan Dimas yang baru saja memarkirkan mobilnya di depan rumahku.Masih dipenuhi dengan rasa kagetku, segera saja aku berkata pada mama, "Ma, Tolong bilang sama Dimas kalau Zara nggak ada di rumah."Mama yang baru saja selesai memasak itu menjawab, "Kamu minta Mama buat bohong sama dia?"Aku yang sedang menggendong Fuchsia itu menyahut, "Ma. Dimas itu sudah jadi suami orang. Zara rasa nggak baik jika Zara itu nemuin dia. Zara nggak mau kalau dituduh jadi orang ketiga dalam rumah tangga orang lain."Mama menjawab, "Tapi menghindar itu bukanlah pilihan yang terbaik, Ra. Seharusnya paling tidak kamu temuin dia sekara
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status