"Nggak, kok. Aku nggak sakit," jawab Dimas."Terus kenapa?"Dimas lagi-lagi tersenyum, "Keadaanku buruk karena begitu merindukan kamu."Aku melongo untuk sesaat tetapi setelah aku sadar aku segera memukul tangan pria itu karena kesal ternyata dia hanya bercanda saja."Kamu itu. Masih aja suka ngegombal," ujarku sebal.Dimas menjawab, "Tidak. Aku itu nggak ngegombal sama sekali. Ini tuh jujur dari dalam hati aku.""Sudahlah, Dim.""Iya, iya. Oh, iya aku tadi mampir ke toko mainan yang baru buka di dekat rumah sakit. Ini aku beli mainan buat Fuchsia," ucap Dimas.Dimas mengulurkan sebuah paper bag kepadaku sambil tersenyum lagi.Aku ragu-ragu menerimanya jadi aku berkata, "Kamu nggak harus melakukan semua ini, Dim. Fucshia... Dia..."Dimas memotong ucapanku, "Dia masih belum bisa nerima aku. Iya, aku tahu akan hal itu. Bukan Fuchsia aja yang belum menerimaku tapi kamu juga. Namun, bukan berarti aku nggak boleh kasih apapun ke kamu ataupun ke Fuschia kan?""Tapi, Dim...""Zara, ini itu c
Read more