Home / Pernikahan / Talak Aku, Mas! / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Talak Aku, Mas!: Chapter 51 - Chapter 60

98 Chapters

51. Yeah, That's Life

Pertanyaan-pertanyaan mereka semakin membuatku merasa sedang diinterogasi layaknya seorang penjahat yang berada di kantor polisi. Tetapi aku segera menyadarkan diriku sendiri. Aku ini bukan penjahatnya, aku ini kan korban. Yang selingkuh itu bukan aku, melainkan si mantan suami. Jadi, kenapa aku yang harus merasa tak nyaman? Dan aku kira aku akan sedikit merasa sedih ataupun bercampur aduk ketika mengingat masalah itu, namun nyatanya hatiku baik-baik saja.Tak ada sedikitpun rasa gelisah yang aku rasakan malah aku seperti sedang menceritakan hal yang biasa saja. Jadi, ketika mereka mulai bertanya lebih detail mengenai masalah itu, aku tak terlalu menganggapnya serius."Aku tidak tahu mengenai hal itu," ucapku jujur."Loh, Miss. Kok bisa nggak tahu sih? Terus memangnya pas cerai nggak ketemu?" tanya Tya tak percaya."Nggak. Aku terakhir ketemu dia ya pas saat dia mau ngajak aku cerai itu tapi ya sudah nggak apa-apa," ujarku."Hah!? Nggak apa-apa gimana Miss? Itu berarti Miss sudah ng
Read more

52. Udah Cocok?

"Minum lagi, Miss," ucap Anindia tak enak kala melihatku tersedak begitu.Aku mengangguk dan minum air lagi sampai tenggorokanku terasa nyaman."Maaf ya Miss. Aku jadi nggak enak karena terus-terusan tanya sama Miss Zara," ujar Anindia yang sekarang wajahnya memerah sepertinya karena malu."Yah, kamu sih. Keterlaluan tanyanya," ujar Tya.Marlina ikut berkata, "Tanyanya kaya detektif aja kamu itu, Nin."Anindia kembali meringis.Aku hanya tersenyum tipis lalu menjawab, "Nggak apa-apa, Miss. Kalau masalah jodoh itu aku nggak tahu tapi memang aku lagi dekat dengan seseorang.""Wah, Miss. Udah move on. Alhamdulillah. Aku ikutan senang dengernya," ujar Tya."Eh, bentar lagi mau bel nih. Oh iya, Miss. Nanti habis pulang mau nggak ikutan kita nongkrong dulu di cafe sebentar? Mumpung nanti nggak terlalu malam kan pulangnya? Miss Zara lagi ada janji nggak?" tanya Marlina."Nggak ada sih, Miss. Tapi cuma sebentar aja kan? Soalnya aku takut jika anakku nyariin aku. Aku kan sudah lama banget ning
Read more

53. Bukan Ayahnya

Aku menggelengkan kepalaku sebagai sebuah jawaban. Bukan, ini bukan berarti Dimas tak cocok menjadi ayahnya Fuchsia tetapi Dimas memang bukan ayah Fuchsia.Aku tak setuju jika Fuchsia menganggap Dimas sebagai ayahnya. Fuchsia itu anak perempuan. Bagaimanapun juga Dimas tak memiliki darah dengan anakku dan aku memang tak berharap dia bisa menggantikan sosok ayah di mata Fuchsia.Ayah Fuchsia tetap Gandhy. Dan jika suatu saat nanti, aku benar menikah dengan Dimas, aku tak akan meminta Fuchsia memanggil Dimas dengan sebutan 'Ayah' atau 'Bapak.' Dia tetap akan menjadi orang asing yang akan dianggap Fuchsia sebagai Paman. "Fuchsia, minta Om Dokter minum jusnya dong," ucapku pada Fuchsia.Gadis kecilku itu berhenti bermain lalu berkata pelan, "Iya, Ma.""Om Dokter, minum!" ucap Fuchsia yang terdengar seperti nada memerintah.Aku menahan senyumku. Dimas malah tertawa kecil, sebuah tawa renyah yang seolah mengganggu ketenanganku."Ah, tentu saja, anak cantik. Om minum ya jusnya. Tapi Fuchsia
Read more

54. Iya, Zara

Dimas tersenyum manja, "Oh, baiklah. Kau tak perlu bertanya tapi akan langsung aku beritahu jawabannya. Zara Adinda, sekarang ini aku, Dimas Arundaya benar-benar semakin jatuh cinta sama kamu dan aku tidak bisa menahannya lebih lama lagi. Bolehkah aku segera melamarmu dalam waktu dekat?"Aku tentu saja melongo kaget ketika mendengar perkataan pria muda itu. Aku sampai tak tahu harus berkata apa dan seolah aku sedang tersesat di sebuah jalan dan tak bisa menemukan jalan yang terbaik."Tak perlu kamu jawab sekarang. Nanti saja jawabnya. Kamu boleh memikirkannya sampai kamu benar-benar telah siap memberiku sebuah jawaban. Ah, iya, besok kamu mau nggak makan siang sama aku di dekat cafe rumah sakit? Besok sibuk nggak?"Aku yang masih sedikit syok atas perkataan Dimas itu berusaha menjawab dengan tenang lagi, "Nggak sibuk, kok. Besok aku hanya ada satu jadwal les di siang hari. Ya, nanti aku akan ke sana."Dimas kembali tersenyum lebar, "Oke. Aku balik dulu ya, Zara. Assalamualaikum.""Wa'
Read more

55. Bukan Wanita yang Tepat

Aku sangat berharap jika Dimas akan menjawab jika dia tidak akan melanjutkan hubungan kami namun alih-alih berkata seperti itu, aku malah mendengar Dimas berkata, "Tentu saja serius, Ma. Dimas bahkan sudah mengenalkannya sama Mama dan Papa. Mana mungkin Dimas tidak serius dengan hubungan kami?" Aku semakin tidak enak berada di sekitar mereka apalagi sekarang mereka sedang membahas hubunganku dengan Dimas. Jujur saja aku ingin sekali menghilang dari tempat itu sekarang juga."Terus kamu benar-benar mau nekat menikah sama Zara, Dim? Kamu mau menikah dengan Zara yang sudah janda? Iya?" tanya Mama Dimas tajam."Iya. Memangnya apa yang salah dengan status Zara kalau dia sudah pernah menikah? Yang terpenting kan kami bisa saling menerima keadaan kami masing-masing. Bukankah itu sudah cukup sebagai landasan sebuah hubungan yang akan bergerak ke jenjang yang lebih serius?" jawab Dimas yang membuatku tak percaya.Mama Dimas menggelengkan kepalanya dan bingung menatap anaknya itu, "Dimas, itu
Read more

56. Berhenti, Zara!

Hatiku sakit ketika mendengar percakapan mereka dan segera saja aku dengan cepat mengambil motorku lalu kemudian pergi dari tempat itu.Aku takut jika aku tetap di sana, Dimas malah akan bertengkar dengan kedua orang tuanya. Karena, akan lebih baik jika aku segera menghilang.Aku melihat Dimas yang mengejarku di belakang tetapi aku tak peduli dan tetap saja mengemudikan motorku dengan kencang. "Zara. Berhenti. Zara!" Batinku menangis ketika mendengar teriakan Dimas yang memanggil-manggil namaku. Ketika sudah berada cukup jauh dari tempat itu, berbelok ke sebuah taman yang cukup sepi dan kemudian memarkir motorku tak jauh dari sebuah bangku.Aku beruntung sekali karena tak ada orang yang ada di sekitar tempat itu sehingga aku pun bisa menumpahkan apa yang sedang bergejolak di dalam hatiku sekarang ini."Maafin aku, Dim. Aku juga sakit tapi sepertinya ini yang terbaik untuk kita berdua. Semoga kamu bahagia dengan pilihan orang tua kamu," gumamku sedih.Air mataku turun begitu derasnya
Read more

57. Keputusan Terbaik

Anindia berkata beberapa detik lamanya tak ada yang mengeluarkan suara, "Sebenarnya Miss Zara nggak salah kok kalau memang Miss mau menjauhi pria itu. Tapi apa Miss sudah yakin dengan keputusan ini?"Aku terdiam, hatiku sendiri sebenarnya juga ragu walaupun berkali-kali aku telah meyakinkan diriku jika itu memanglah keputusan yang terbaik namun masih saja aku tak bisa tenang."Apa nggak lebih baik jika Miss bertemu lagi dengan pria itu dan kemudian membicarakan masalah ini baik-baik?" ucap Tya.Marlina menyela, "Kalau dipikir-pikir ini pasti itu sangat berat. Kalian tahu kan tadi Miss Zara itu bilang orang tuanya pria itu tak mengizinkan mereka berdua ini bersama karena status Miss Zara. Nah, bukannya kalau tetap nekat dilanjutkan pun pasti akan bermasalah nantinya. Takutku, masalah ini akan diungkit-ungkit ketika mereka sudah menikah. Bagaimana menurut kalian?"Tya menggelengkan kepalanya, "Tapi kalau dilihat dari ceritanya Miss Zara tadi juga orang tua pria itu baru tahu masalah ini
Read more

58. Perasaan Semu

Dengan tegas aku langsung menolak tawaran Tya. Oh, tidak sekarang. Di saat semuanya masih serba abu-abu dan aku pun masih memerlukan waktu yang cukup banyak untuk memulihkan hatiku.Selain itu, masalah dengan Dimas pun belum berakhir dan aku baru bisa bernapas dengan lega ketika Dimas sudah tak lagi menghubungiku dan mungkin menikah. Di malam harinya, sekitar pukul delapan malam, sebuah panggilan yang tak aku kenal nomornya masuk ke dalam ponselku.Aku sedikit ragu-ragu untuk menjawab panggilan itu tetapi karena takut jika memang ada sesuatu yang penting maka aku segera mengangkatnya, "Assalamualaikum.""Wa'alaikumsalam." Jantungku langsung saja berdegup kencang ketika mendengar suara seorang wanita yang sepertinya aku kenal."Ini Mamanya Dimas, Zara."Aku gugup seketika, "Ya Bu. Ada yang bisa saya bantu?"Hening. Selama beberapa detik aku menunggu masih juga belum terdengar suara dari Mama Dimas lagi tetapi aku tak membiarkan hal itu berlangsung lama karena ini pun juga sudah malam
Read more

59. Keributan

"Iya, saya Zara," jawabku dengan kebingungan karena jujur saja aku benar-benar tak mengenal wanita yang berdiri di depanku saat ini.Begitu aku menjawab pertanyaannya, aku melihat dia mengayunkan tangannya ke udara dan kemudian menamparku dengan cukup keras. Sontak saja aku menoleh kaget ke arah wanita itu.Aku yang sangat terkejut itu kemudian kembali melihat wanita itu melayangkan tangannya kembali tetapi dengan cepat aku tepis tangannya dan ku dorong wanita itu hingga tak bisa menamparku lagi."Anda ini siapa? Apa maksud Anda menampar saya?" ucapku tak terima.Pasalnya saat ini kami sedang berada di dekat front desk dan di sana banyak sekali terdapat orang tua murid yang sedang menunggu putra-putri mereka sedang belajar di dalam kelas. Selain itu, ada beberapa rekan kerjaku dan juga dua staff front desk yang ada di sana."Janda sialan. Kau pasti masih mengganggu Dimas sampai Dimas tak menanggapiku sama sekali," ucap wanita itu dengan mata yang membara karena marah.Aku terbelalak k
Read more

60. Manajer Bimbingan Belajar

Kami berempat tak berani menatap ke arah manajer kami yang duduk di depan kami. Aku sendiri duduk di kursi paling depan dan sedang menunggu Miss Ratih berbicara.Aku bahkan tak berani melirik ke arah ketiga temanku yang lain karena mereka pun juga pasti sedang kebingungan juga."Miss Zara, apa yang tadi terjadi, Miss? Bisa tolong jelaskan?" ucap Miss Ratih.Aku mengangguk, "Maaf, Miss. Saya sebenarnya tidak mengenal wanita tadi tapi saya tahu saya tidak bersalah karena membuat keributan di bimbingan belajar ini."Miss Ratih mengangguk, "Saya tidak bermaksud untuk ikut campur dengan masalah Miss dengan wanita tadi tetapi alangkah baiknya jika tadi Miss mengajak wanita tadi itu untuk berbicara di tempat lain atau setidaknya di luar gedung ini.""Saya tahu, Miss," jawabku pelan."Kalau Miss Zara tahu harusnya Miss tidak menanggapi omongan wanita tadi itu dan malah membuat keributan di dalam bimbingan belajar ini. Miss, tadi itu di sana banyak sekali orang tua murid yang sedang menunggu p
Read more
PREV
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status