Home / Romansa / Jerat Cinta Sang Juragan / Chapter 221 - Chapter 230

All Chapters of Jerat Cinta Sang Juragan : Chapter 221 - Chapter 230

526 Chapters

bab 221

Aji terbangun saat merasakan tepukan di pipinya, membuka mata lalu memindai di mana dia sekarang. Dia merasakan tidurnya begitu lelap tadi, sangat nyaman. Dan saat menyadari dia tidur di pangkuan Sukma, Aji tak perlu lagi jawaban atas rasa herannya. Jelas dia nyaman dan lena dalam tidurnya tadi, ada Sukma di dekatnya. Sangat dekat."Bu? Sudah sampai?" tanya Aji beranjak duduk, melihat keluar jendela. Ternyata mereka sudah memasuki desa tempat tinggal.Aji tersenyum penuh suka cita. Ini bukan mimpi, dia sudah kembali pulang."Masih ingat ini di mana?" tanya Sukma begitu melihat Aji tersenyum.Aji menoleh pada Sukma, lalu mengangguk. "Tentu saja ingat. Tanah kelahiran," jawabnya dengan bangga."Syukurlah, Ibu kira enam tahun di negeri orang, kamu sudah lupa di mana kamu lahir dan dibesarkan.""Ibu ini ada-ada saja." Aji menggeleng, lalu melongok ke kursi depan tempat Tirta berada. "Ayah tidur, A?" tanya Aji pada Arya yang melirik dari spion."Tidur. Kalian enak pada tidur, Aa nggak ada
last updateLast Updated : 2022-12-14
Read more

bab 222

Sukma melangkah lebih dulu memasuki rumah, agar Asih menyiapkan makanan untuk Aji, sedang Tirta dan Arya menyusul setelah memberikan perintah pada pekerjanya untuk membantu menurunkan koper, mereka membiarkan Aji yang tengah mengamati sekeliling rumah juga menyapa pegawai mereka. Aji tersenyum sopan pada beberapa pegawai ayahnya yang menatap tak percaya akan keberadaannya di sana, menyalami satu persatu dari mereka yang dia kenal dengan baik."Den Aji?! MasyaAllah, sudah pulang?" sapa Ade, yang Aji tahu betul keberadaannya sebagai tangan kanan kakaknya."Iya, Mang. Sehat?" balasnya tak kalah hangat, sepertinya biasa."Alhamdulillah sehat. Makin gagah dan ganteng saja." Ade menatap kagum pada Aji.Aji tertawa pelan, "Bisa saja, Mamang. Mamang juga semakin tampan.""Semakin coklat iya kulitnya." Ade sedikit bangga dengan pujian dari Aji."Nggak pa-pa, coklat rasanya manis dan mahal harganya, Mang. Sudah nikah?" tanya Aji karena sepengetahuannya, Ade yang berumur di atasnya beberapa tah
last updateLast Updated : 2022-12-14
Read more

bab 223

"Kamu kenapa sih, Ron? Jadi aneh gini," tanya Karin menatap lekat Roni yang menatapnya dalam diam. "Kalau soal tadi siang, aku kan belum bilang tidak. Tapi kamu malah udah berubah sikap gini. Ada apa sih sebenarnya? Sampai aku jadi nggak nyaman dengan sikap kamu." "Tapi kamu juga nggak bilang iya untuk lamaran aku itu, Sayang." Karin merasa sedikit lega mendengar panggilan sayang Roni untuknya, setidaknya lelaki itu masih menghargai hubungan keduanya. "Bicaranya di mobil aja, yuk? Biar lebih tenang," ujar Karin. "Iya. Yuk, pulang." Roni menggenggam tangan Karin mengajaknya pergi. Hati Karin berdesir merasakan genggaman hangat tangan Roni, sejak berikrar pacaran, tangan Roni setia melindunginya. Kecuali tadi siang saat kembali dari cafe, Roni seakan membuat jarak. "Aku ... nggak nyaman dengan kamu yang seperti ini, Ron." Karin membuka percakapan, begitu mobil Roni keluar dari parkiran tempat mereka bekerja, berbaur dengan kepadatan lalu lintas. Roni menoleh sebentar, lalu kembal
last updateLast Updated : 2022-12-14
Read more

bab 224

Aruna berlari menuju keluar rumah, saat mendengar suara pagar yang digeser, diikuti klakson yang ditekan Arya berulang. Sambil melompat-lompat melihat kedatangan mobil ayahnya, si kecil yang memiliki rupa persis dengan Arya itu, berteriak memanggil ayahnya penuh kebahagiaan. Di belakangnya Seruni perlahan menyusul, untuk menyambut kedatangan suaminya. "Ayah pulang! Ayah pulang!" pekikan suara Aruna menerbitkan senyuman di bibir Arya. Tadi saat dia pergi Aruna masih tidur, entah drama apa yang terjadi saat bocah itu bangun, dan tidak melihatnya. Arya harap, Seruni tidak gegabah menggendong Aruna yang memiliki bobot tubuh lumayan berat. Meraih plastik berisi susu dan cemilan yang menjadi kesukaan anaknya, Arya keluar dari mobil kemudian. "Assalamua'aikum!" "Wa'alaikumussalam, Ayah!" jawab Arun dengan riang, sedang Seruni menjawab pelan dengan sunggingan senyum manis menyambut kepulangan sang belahan jiwa. "Bawa oleh-oleh dari Jakarta, Yah?" tanya Aruna melihat plastik berukuran se
last updateLast Updated : 2022-12-14
Read more

bab 225

"Jam berapa Rara pulang tadi?" tanya Arya sambil membantu memakaikan baju Seruni."Jam dua, seperti biasa," jawab Seruni sambil berupaya menghindari bersitatap dengan Arya, meski Arya bersikap seperti biasa, Seruni tahu ada kemarahan yang berusaha Arya tahan, karena tidak patuhnya dia atas peringatan dari suaminya."Kenapa tidak kamu minta tunggu sampai aku datang? Kan aku sudah bilang sedang di jalan menuju pulang." Arya merapikan kerudung Seruni sebagai sentuhan akhir."Runi--""Dengarkan aku, Sayang ... aku bukan marah sama kamu, tapi aku kecewa karena kamu tidak mendengarkan apa ucapanku. Aku khawatir. Sangat khawatir. Yang sedang kamu kandung sekarang dua bayi, aku nggak mau terjadi apa-apa sama kamu, sama mereka," kata Arya yang menyadari Seruni merasa takut padanya.Seruni mengangguk, menatap mata Arya yang jelas menggambarkan kecemasan di sana. Memeluk Arya sebagai ungkapan permintaan maafnya, Seruni menjawab semua kekhawatiran Arya."Runi mengerti, tapi tadi pagi Arun nangis
last updateLast Updated : 2022-12-14
Read more

bab 226

"Wah, senangnya. Terus soal pengasuh Arun?""Ya nggak ada, cuma kalau untuk antar jemput sekolah, ada Rara adiknya Seruni."Aji mengangguk, memutar otak mengingat nama adik Seruni yang disebut Sukma. Tapi dia tidak bisa mengingatnya sama sekali."Harusnya emang punya pengasuh khusus, biar nggak repot. Apalagi sebentar lagi ada dua bayi. Berapa bulan memang kehamilannya?" Aji menunjukkan kepeduliannya. Tulus. "Tujuh bulan kalau tidak salah." Aji mengangguk. "Kamu kalau mau istirahat ke kamar saja, Ji. Pasti capek," ujar Tirta menyela."Iya, Yah. Gampang, nanti kalau capek Aji istirahat.""Terus sekarang kita gimana, Yah?" tanya Sukma."Apanya, Bu?""Iya, itu Seruni. Ibu jadi kepikiran.""Tunggu kabar dari si aa saja, mudah-mudahan tidak ada masalah serius."Aji menatap Sukma dan Tirta yang tampak jelas sangat menyayangi Seruni. Betapa hidup Seruni dilimpahi kasih sayang, dan perhatian oleh kakak dan orang tuanya, tak ada celah untuknya mencari alasan tidak bahagia Seruni dalam hidup
last updateLast Updated : 2022-12-15
Read more

bab 227

Tirta dan Sukma beranjak bangun dari duduknya untuk menyambut kedatangan besan mereka, di belakangnya Aji menyusul untuk menghormati orang tua Seruni. Suara salam terdengar begitu ketiganya sampai di ruang tamu yang di sana sudah ada Soleh, Lastri, dan Rara."Assalamua'aikum, Pak, Bu," sapa Soleh pada besannya."Wa'alaikumussalam, Pak Soleh, Ibu," jawab Tirta dan Sukma.Mereka bersalaman dengan Rara yang diam-diam mencuri tatap pada Aji yang berdiri di samping Tirta."Sehat-sehat semua, ya? Pak, Bu? Rara, gimana kabar?" tanya Tirta pada Rara yang lalu tersenyum malu, merasa terpergok oleh Tirta."Alhamdulillah sehat, Juragan Ayah," jawab Rara tersipu. "Ibu Aden sehat?" tanyanya pada Sukma yang langsung tersenyum."Alhamdulillah sehat, Ra," ujar Sukma mengusap lengan adik Seruni tersebut.Aji sedikit kaget dengan panggilan Rara untuk kedua orang tuanya.Juragan ayah, Ibu aden. Lucu, bahkan dengan melihat sosok Rara saja Aji sudah merasa senang, dan seakan sudah bisa menebak seperti apa
last updateLast Updated : 2022-12-15
Read more

bab 228

Sementara Arya sedang menunggu hasil pemeriksaan Seruni. "Bagaimana keadaan istri dan anak saya, Dok?" "Semua baik-baik saja, Pak Arya, Ibu. Jangan banyak pikiran, Bu, nggak boleh stres. Ini seperti Ibu sedang ada pikiran yang membuat perutnya sedikit kram, Ibu hamil harus gembira, harus nyaman. Ya, Bu?" ujar dokter Dewi setelah semua proses pemeriksaan Seruni selesai, menuliskan resep vitamin agar Seruni lebih bugar.Arya menoleh pada Seruni yang mengangguk mendengar perkataan Dewi. Stres? Apa yang menyebabkan istrinya itu banyak pikiran? Sedang minggu lalu saat periksa, dokter tidak mengatakan hal seperti itu."Pak Arya lebih diperhatikan lagi istrinya, biar ceria lagi. Kalau ada yang kurang menyenangkan sebaiknya Ibu sampaikan pada Bapak, biar nggak jadi beban pikiran ya, Bu?" lagi perkataan Dewi membuat Arya tak mengerti, karena setahunya Seruni baik-baik saja. Namun dia mengangguk menganggapi penjelasan Dewi, saat pulang nanti dia akan meminta penjelasan pada istrinya."Baik, D
last updateLast Updated : 2022-12-16
Read more

bab 229

Arya mendesah pelan, dia menyerah untuk memaksa Seruni bicara jujur. Sangat tidak mungkin. "Ya sudah kalau memang tidak mau bilang. Hanya saja aku minta sama kamu, Sayang, saat kamu siap untuk membagi apa yang menjadi kekhawatiran dan pikiran kamu, ada aku yang akan siap selalu mendengarkan semua keluhanmu. Atau ... kamu ada keinginan?" Lagi Seruni menggeleng. "Baiklah, susunya diminum dulu, aku mau ngabarin ibu soal kondisi kamu, pasti ibu sangat khawatir," ujar Arya. "Ayah sudah makan?" tanya Seruni yang baru ingat sejak Arya kembali dari menjemput Aji, dia belum melihat suaminya makan. Begitu juga Arya yang seakan baru menyadari kalau dia belum mengisi perut sejak siang tadi, selain makanan ringan yang dibawa Sukma sebagai bekal di perjalanan. Pantas saja dia merasa perutnya perih. Mengkhawatirkan keadaan Seruni, dia jadi lupa menelan makanan untuknya sendiri. "Belum," kata Arya yang membuat Seruni merasa bersalah, karena terlalu sibuk mengurusnya Arya jadi mengabaikan keseha
last updateLast Updated : 2022-12-16
Read more

bab 230

Aji memindai semua isi kamarnya. Semua masih sama dengan saat dia pergi dengan kemarahan atas kebenaran yang terungkap. Inisial namanya dan Seruni, masih menempel di tembok di bawah photonya saat masih duduk di bangku SMA dulu, juga di pintu depan kamarnya. AS--Aji dan Seruni. Sangat jelas, namun tak seorangpun dari keluarganya tahu, kalau itu singkatan namanya dengan Seruni. Bukan dari inisial namanya sendiri, Aji Seta. Terlalu rapi bukan? Semua tertipu dengan nama itu. Aji tidak pernah tahu, kalau Seruni pernah menangis tersedu di dalam kamar mandi miliknya, menatap Inisial nama mereka dengan hati tercabik merasa telah berkhianat, terus meminta maaf saat melihat photonya yang tergantung di sana. Semua tersimpan rapi dalam balut rahasia yang Tuhan kemas agar tak terungkap, hanya mereka berdua, dan kamar itu yang menjadi saksi. Bisu. Dan selamanya akan tetap membisu. Jemari Aji bergetar, menyentuh huruf yang disandingkan dengan huruf pertama namanya. Dia ingat, saat dia menempel h
last updateLast Updated : 2022-12-16
Read more
PREV
1
...
2122232425
...
53
DMCA.com Protection Status