Semua Bab Jerat Cinta Sang Juragan : Bab 211 - Bab 220

526 Bab

bab 211

Keputusan sudah dibuat, dengan semua pemikiran yang diambil secara matang dan sadar, Aji memutuskan untuk pulang ke Indonesia tanpa pernah kembali lagi ke Turki, untuk tinggal dan bekerja di sana.Dia sadar, selama apapun dia lari, tetap dia harus kembali. Menetap dan menghabiskan hidup di tanah kelahiran. Meski mungkin hatinya akan terus menahan rasa sakit yang belum juga ada obatnya.Setelah menyampaikan maksudnya pada atasan tempatnya kerja, kalau dia mengajukan resign dan akan pulang ke Indonesia, serta tidak berniat kembali ke negara tersebut.Meski awalnya mendapatkan penolakan, juga mencoba membujuk Aji agar hanya pulang untuk cuti saja, pada akhirnya atasan Aji menyarankan Aji untuk pulang ke Indonesia, dengan status tetap sebagai karyawan di tempat itu. Siapa tahu setelah pulang, Aji justru ingin kembali.Langkah Aji terarah ke satu sudut cafe, untuk bertemu dengan seseorang yang sudah menjadi temannya bercerita selama ini. Teman yang tidak disangkanya akan dekat, setelah dia
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-11
Baca selengkapnya

bab 212

Aji mulai mengemas semua barang yang akan dia bawa pulang. Sekian lama di negeri itu, tentunya banyak perlengkapan rumah yang sudah dibelinya agar dia nyaman, dan betah tinggal. Saat memutuskan untuk kembali ke tanah air, tak mungkin dia membawa serta barang-barang tersebut, dan Aylin yang dianggapnya mau memakai barang yang sekiranya dibutuhkan oleh gadis itu, andaikan Aylin tak mau, Aji akan meminta tolong pada Aylin untuk membuang semua yang sudah tidak diperlukan. Selama mengenal Aylin, Aji tahu gadis cantik itu bukan dari keluarga mapan. Ibu Aylin sudah tua, sedang ayahnya sudah meninggal saat Aylin sekolah di tingkat setara SMP. Sejak saat itu, Aylin membantu perekonomian keluarga dengan kerja paruh waktu di beberapa rumah makan. Hingga saat pertemuan tak terduga mereka waktu itu, Aylin masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Aji melihat penunjuk waktu, jam tujuh waktu setempat. Waktu kerja Aylin sudah habis, dari tempat Aylin kerja ke apartemennya membutuhkan waktu sekit
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-12
Baca selengkapnya

bab 213

Pagi yang menyapa, di hari terakhir Aji menghirup udara negeri asing itu, terasa hangat. Matahari bersinar cerah. Semalam Aylin sudah membawa sebagian barang Aji dengan menyewa mobil atas bantuan temannya, sedang sisanya akan Aylin bawa setelah Aji pergi nanti. Koper Aji pun sudah siap di ruang tamu, seperti janjinya pada Aylin semalam, dia akan pergi menemui ibu Aylin untuk berpamitan. Tersisa kurang dari dua belas jam waktu Aji berada di sana. Aji ingin sekedar berjalan-jalan dan mengunjungi beberapa tempat untuk terakhir kalinya. Belum langkahnya terarah keluar apartemen, dering ponsel yang disimpannya dalam saku celana terdengar. Dengan sigap Aji segera merogoh benda pipih itu, dia tersenyum saat melihat siapa yang menghubunginya. Tak membuang waktu, Aji segera mengangkat panggilan dari orang yang esok hari akan bisa ditemuinya lagi. "Halo, A. Assalamualaikum," sapanya riang, ada rindu dalam hatinya pada sosok yang sudah membuatnya berani pergi sangat jauh. "Wa'alaikumussalam
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-12
Baca selengkapnya

bab 214

"Ayah!" pekikan suara Aruna terdengar begitulah melihat Arya datang, tangannya digenggam Seruni yang tersenyum menyambut kedatangan suaminya. "Arun!" panggil Arya dengan pekikan yang sama dengan putranya. Setelah motor terparkir, Arya bergegas merentangkan tangan agar Aruna segera datang memeluknya. Suara tawa terdengar, saat Aruna sudah ada dalam gendongan Arya yang mengangkat tubuh mungilnya, tertawa renyah dengan kepala mendongak. Menghampiri Seruni yang mematung di ambang pintu, Arya melabuhkan kecupan di kening istrinya. "Assalamualaikum." "Wa'alaikumussalam." "Aji akan pulang nanti malam, Sayang. Besok pagi baru sampai ke Indonesia," kata Arya menjelaskan tanpa perlu ditanya, dia ingin Seruni menyiapkan diri untuk pertemuannya dengan Aji. Meski Arya sangat yakin, kalau istrinya itu sudah bisa melupakan semua yang terjadi, di antara keduanya di masa lalu. "Oh, ya? Berhasil juga ibu membuat Aji pulang kali ini." Seruni terkekeh, dia memang sudah melupakan kisah tak sampai a
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-12
Baca selengkapnya

bab 215

Aylin tak dapat menahan derasnya air mata yang luruh, sekuat apapun dia menahan kesedihan saat detik perpisahan itu tiba, tetap saja kedua matanya tak bisa berhenti menangis. Terisak dengan dada yang sesak, membuat Aji merasa sangat bersalah pada gadis itu.Ini seperti mengulang kisah enam tahun silam, saat Karin juga menangis saat dia meminta gadis itu menunggu selama dia pergi. Tapi sayang, belum lama dia mencoba mengobati hati, Karin memilih menyerah saat kata cinta tak jua dia ucapkan.Dan kini, gadis yang ada di depannya juga menangis karenanya. Mengapa bukan Seruni yang menangisi kepergiannya dulu?Aji tidak tahu saja, kalau Seruni pun pernah begitu sesak menangisinya di kamar mandi kamarnya. Menangisi kisah mereka yang harus berakhir, karena Arya memilih jalan cepat menikahi gadis itu."Aylin, tolong jangan sepertinya ini. Orang yang melihat akan berpikir aku sudah menyakitimu."'Kamu memang sudah melakukan itu, Seta. Kamu menyakiti hatiku dengan pergi meninggalkanku.' jerit bat
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-12
Baca selengkapnya

bab 216

Sementara di rumah Seruni, Rara baru saja sampai di rumah kakaknya. Gadis berusia sembilan belas tahun itu turun dari motornya, bergegas masuk setelah mengucapkan salam. "Assalamua'aikum. Arun, udah siap belum?" Serunya memanggil nama keponakannya. "Wa'alaikumussalam," jawab Seruni keluar dari kamarnya dengan menuntun Arun yang masih memakai baju tidur, "masih pagi, Ra. Tumben jam segini udah datang? Arun juga baru bisa dibujuk buat bangun.""Abis dari pasar tadi, nganter ibu belanja," jawab Rara seraya duduk di kursi ruang TV. "Aa kemana, Teh? Kok, sepi?" Rara menanyakan keberadaan kakak iparnya yang tidak dilihatnya sejak dia datang. Biasanya Arya sedang duduk depan TV sambil menikmati kopi, sebelum pergi ke ladang atau rumah Tirta yang dijadikan tempat kerjanya. Rara setiap hari mengantar-jemput Aruna sekolah, sejak kehamilan Seruni makin besar, dia memilih tetap tinggal di desanya setelah selesai sekolah, berbeda dengan Robi yang bekerja di perusahan tekstil di kota kabupaten
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-13
Baca selengkapnya

bab 217

Sukma semakin tersedu, rasa rindu juga bahagia dengan kepulangan Aji, tercurah lewat cucuran air mata. Diciuminya seluruh bagian wajah Aji, lalu kembali memeluk erat seakan takut anaknya akan pergi lagi. Arya yang mengambil alih troli yang ditinggalkan Aji, ikut meneteskan air mata melihat pertemuan ibu dan adiknya. Apalagi karena keegoisan dialah, penyebab utama Aji sampai nekad pergi jauh, dan seakan membuang diri dari keluarga. Tirta mendekat, menepuk punggung Aji yang masih belum dilepas sukma dalam dekapan. "Ji," panggilnya meminta perhatian si bungsu yang larut dalam dekap rindu sang ibu, mengharap akan ada pelukan penuh rindu juga yang akan dia dapat, dari anak ynag dulu begitu manja, namun kini menjelma menjadi lelaki tampan dan begitu gagahnya. Sukma seakan baru tersadar begitu mendengar panggilan suaminya untuk Aji, dia lupa kalau bukan hanya dirinya yang merindukan Aji, ada Tirta dan juga Arya yang menunggu giliran memeluk si anak yang pergi karena merajuk. Melepas pel
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-13
Baca selengkapnya

bab 218

Di rumah Roni, Anwar dan Mila--kedua orang tua Roni--kembali membahas rencana mereka yang sudah setengah jalan, sedang Dina yang menjadi alat agar anak sulung mereka mau segera mengakhiri masa lajangnya, hanya mengangguk setuju atas usulan kedua orang tuanya. "Pokoknya kamu harus bisa meyakinkan kakakmu, Din. Kalau perlu, Bagas juga kamu minta bersandiwara. Kita lihat saja, kalau dalam waktu dua minggu ini Roni tidak juga datang membawa seorang gadis, kamu pergi saja ke Bandung buat nemuin kakakmu itu. Pokoknya, pintar-pintar kamu sama Bagas saja." Anwar menatap Dina yang kembali mengangguk. "Tapi soal Bapak mau jodohin Roni sama anak teman Bapak nggak serius kan?" Mila bertanya pada suaminya, mengingat kesungguhan yang ditunjukan Anwar, saat menekan Roni untuk segera mengenalkan gadis sebagai calon istrinya kemarin, terlihat begitu meyakinkan. "Ya enggak dong, Mah. Itu cuma bohongan aja, biar Roni mikir soal masa depannya, nikah. Dia itu sudah umur dua enam tahun, tapi belum sekal
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-13
Baca selengkapnya

bab 219

Aji merasa lega begitu tahu hanya Tirta, Sukma, dan Arya saja yang pergi menjemputnya, tadinya dia mengira Seruni dan Aruna juga ikut, tapi memilih diam di mobil menunggu. Sejak dia duduk di kursi penumpang bersama Sukma, ibunya itu tak melepaskan tangannya sama sekali. Belaian dan sesekali kecupan Sukma berikan di pipi Aji, seolah Aji adalah anak kecil. Tirta dan Arya hanya saling pandang seraya mengulum senyum melihat sikap Sukma, mencoba mengerti dengan kerinduan yang membuncah, dan sedang dicurahkan saat Aji ada di hadapan. Tak ada yang menyinggung soal Seruni, semua orang seakan tak ingin membahas hal, yang mungkin saja merusak suasana hangat pertemuan. Pun Aji, dia sengaja seolah abai dengan anggota keluarga Arya yang lain, karena bila dia menanyakan Aruna, pastinya dia juga harus menyebut Seruni nantinya. Dia belum siap. Itu saja. Bukankah saat sampai di rumah nanti, tak ada lagi alasan untuknya tak bertemu dengan istri dari kakaknya itu? "Ibu pikir kamu pulang bawa calon
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-13
Baca selengkapnya

bab 220

Seruni kembali meringis, mengusap perutnya yang kembali terasa sakit. Gerakan kedua jabang bayi di dalam sana, membuatnya harus menarik napas panjang dan menghembuskan perlahan, untuk mengurangi rasa tak nyaman yang dirasanya."Kalian sedang apa, sih? Ibu sampai sakit gini," ujar Seruni membelai sayang.Dug! Mereka memberi jawaban, Seruni tersenyum."Anak Ibu lagi main bola, ya? Sehat-sehat terus ya, kesayangan Ibu.""Teh!" Suara Rara terdengar dari ambang pintu yang memang terbuka."Apa, Ra? Arun mana?" perlahan berdiri, Seruni melangkah mendekati Rara."Arun sudah tidur. Teteh sudah makan belum? Bi Suti bilang Teteh belum makan." Rara mundur memberi jalan, lalu mengikuti Seruni berjalan ke ruang tengah."Belum lapar, nunggu aa pulang saja, tadi bilangnya sudah mulai balik lagi," kata Seruni tak ingin mengatakan keadaannya pada Rara, karena tak ingin adiknya cemas."Jangan ditahan kalau lapar, Teh, makan saja duluan," kata Rara mengingatkan. "Nggak lapar, Ra. Udah makan puding sama
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-13
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2021222324
...
53
DMCA.com Protection Status