“Kalau enggak mau merepotkan Pak Asman, saya simpan buat besok aja. Besok bisa Ibu bawa pulang,” kata Sully cepat. Ia mengabaikan perkataan ‘jarang ada yang mau makan’ yang barusan dilontarkan Bu Emi. Wanita itu hanya sedang berbasa-basi, pikirnya.Bu Emi membentuk huruf ‘O’ cukup lama dengan mulutnya. Wanita itu kemudian mengangguk dan berlalu dari halaman sayap kiri.Sepeninggal Bu Emi, Sully dan Pak Asman bertukar pandang. “Kuini untuk Bu Emi saya letakkan di dapur aja, Pak. Besok pasti mau,” ucap Sully pelan, tersenyum kaku pada Pak Asman. Ia sedikit malu karena tawarannya ditolak oleh Bu Emi barusan.Pak Asman mengangguk, lalu tangannya buru-buru merogoh saku kemejanya. “Ya, Pak? Oh, udah mau pulang? Iya—iya. Enggak ada ke mana-mana, Pak. Cuma yang Pak Wira pesankan tadi. Benar, Pak. Kuininya udah banyak yang masak. Saya sekarang ke sana.” Pak Asman kembali menyimpan ponselnya ke saku kemeja, lalu menatap Sully. “Bu, semua buah ini biarkan di sini aja, ya. Saya mau ke kantor ngan
Last Updated : 2022-07-29 Read more