Sully menatap sengit ke dinding yang ada di belakangnya. Bagian itu berbatasan langsung dengan teras. Manusia mana yang tidak berperasaan bertamu pukul tujuh pagi ke rumah orang lain.“Mas … ck,” Sully berdecak kesal dengan wajah cemberut.“Jangan bergerak dan jangan bersuara,” kata Wira, menaruh telunjuk di bibirnya. “Ini salah satu orang paling berbahaya,” lanjutnya dengan nada rendah.“Siapa, sih?” Sully ikut berbisik.“Laki-laki yang ketemu di salon mall kemarin. Dia ada masukin proposal, belum Mas balas pesannya. Tapi enggak harus datang ke rumah orang sepagi ini. Dia bisa ke kantor. Ke sini pasti karena mau ketemu kamu lagi.” Wira mengeluarkan ponselnya.“Menyebalkan,” kesal Sully, masuk ke dalam selimut dan kembali bergulung. “Enggak usah dibuka. Pura-pura enggak dengar aja,” lanjutnya menatap Wira.“Percuma. Dia tahu Mas belum berangkat. Mobil ada di luar. Sebentar lagi Bu Emi juga datang. Dan Bu Emi pasti ketuk kamar buat manggil,” jelas Wira. Wajahnya pun sudah terlihat kesa
Terakhir Diperbarui : 2022-08-12 Baca selengkapnya