Untuk update tanggal 01-08-2022
Kerepotan berikutnya adalah Sully yang membongkar tas mencari pembalut cadangan sambil bersungut-sungut.“Biasanya selalu ada satu di sini,” gumam Sully, meraba kantong bagian dalam tasnya. “Apa bulan lalu udah dipakai?” Ia mengingat-ingat. Kacau sekali kalau malam itu ia sampai kehabisan persediaan.“Lagian kenapa harus sekarang, sih? Apa enggak bisa besok-besok aja datang bulannya?” Sully kembali meletakkan tasnya dan bergegas ke dapur menemui Wira. Pria itu sedang menggoreng ikan dengan rambut yang kembali basah. “Mas ….”“Ya?”“Waktu packing-packing kemarin ada bawa dompet makeup warna hitam, enggak? Pembalutku kayanya di situ. Selain di situ enggak ada lagi.” Sully tak berani mendekati Wira karena khawatir dengan letupan minyak panas dari ikan yang baru dimasukkannya.“Sepertinya ada. Karena dompet itu jarang kamu buka, Mas taruh ke rak yang paling atas. Sebentar Mas ambilkan.” Wira meninggalkan ikannya sesaat dan menggandeng Sully kembali ke kamar.“Aku datang bulan, Mas …,” kelu
“Bawanya baru bisa besok, ya? Waduh,” kata Wira di dekat gerobak tukang sayur.“Iya, Pak. Nanti sore baru saya belikan sekalian belanja dagangan. Mereknya apa, Pak?” tanya tukang sayur.“Beli yang paling bagus, ya Bu. Bentuknya tipis gitu. Saya enggak tahu mereknya apa. Kalau bisa besok pagi-pagi sekali sudah ada, ya.”Wira sudah memakai seragam ke kantor, namun masih mengenakan sandal untuk keluar rumah menemui tukang sayur dan memesan pembalut untuk Sully. Kalau kemarin malam tersisa dua, pagi itu Sully hanya memiliki satu. Siang atau malam Sully pakai apa? Wira hilir-mudik di dapur. Tak lama, Bu Emi muncul di ambang pintu.“Bu, saya mau tanya. Maaf sebelumnya. Istri saya baru datang bulan dan kehabisan persediaan pembalut. Biasanya kalau bukan pembalut, gantinya apa? Untuk sementara,” jelas Wira tanpa mempedulikan rasa malunya.“Biasa bisa diganti kain, atau handuk yang lebih tebal dan mudah nyerap. Dilipat atau dibentuk gitu. Memangnya enggak ada yang ke kota, Pak?” Bu Emi barusan
“Lis … Mas mau ke kantor. Itu Pak Asman sudah di luar. Sebentar lagi pasti masuk ke dalam buat manggil Mas. Kalau sampai lihat Mas keluar kamar mandi pakai sepatu begini….” “Terus kenapa?” Sully semakin merapatkan tubuhnya pada Wira. “Salahnya di mana? Mas di rumah sendiri, sama istri sendiri. Siapa yang mau komplain?” Sully mengusap perut Wira dengan kedua telapak tangannya, lalu menyusuri bagian pinggang dan turun sampai ke bokong pria itu. Sully meremas bokong Wira dengan kuat. “Atau malu?” tanya Sully, menggerakkan kedua tangannya terus ke bawah dan mengusap kedua paha Wira. “Mas cuma enggak enak,” kata Wira. “Hmmm … enggak enak, ya?” tanya Sully dengan suara lirih. “Ayo, cium aku baru boleh berangkat kerja,” kata Sully, berjinjit dan memajukan bibirnya. Wira langsung menangkup pipi Sully dan melumat bibir wanita itu. Ia sudah cukup lama tertahan di kamar mandi dengan keadaan serba salah. Menolak Sully pasti akan berakhir bencana buatnya. Tapi membiarkan dirinya berlama-lama di
“Iya. Sisa sedikit. Kenapa?” Sully diam mengamati wajah Wira. Pria itu langsung salah tingkah.“Enggak apa-apa. Ayo, turun. Petugas valetnya sudah nunggu,” kata Wira, menoleh seorang pria dengan seragam hitam-hitam yang sudah berdiri di sebelah pintunya.“Mmmm … pasti Mas bayangin itu, kan …? Kepengin itu, kan …. Ngaku … ngaku,” kata Sully, tertawa-tawa saat melompat dari mobil SUV hitam yang cukup tinggi.Wira meraih ransel dan menyampirkannya ke bahu. Memutari bagian depan mobil dan mencoba mengabaikan Sully yang tertawa-tawa kecil di undakan tangga paling bawah. Ia lalu menggandeng tangan Sully dan membawa wanita itu ke lobi.“Ini bulan madu, kan, Mas? Kalau bulan madu kamarnya pasti ada handuk bentuk angsa di ranjang,” cetus Sully dengan tangan berada di pinggang Wira.Wira tak menjawab. Satu alisnya naik mendengar kata handuk bentuk angsa. “Kamu tunggu di sini,” pinta Wira, membawa Sully ke salah satu sofa tunggal dan meninggalkannya untuk menuju resepsionis.“Pak Wira … sudah lam
“Iya, Mas…iya,” ucap Sully dari balik dekapan tangan Wira. Ia kemudian melepaskan pelukan Wira dan memandang wajah pria itu. Datar, kaku, dan belum mau beradu pandang dengannya. “Mas marah,” ucap Sully. “Enggak. Ya, sudah. Enggak usah dibahas lagi kalau memang batal buat videonya.” Wira masih duduk bersandar ke sofa. Perasaannya tersenggol karena Sully seakan tidak mempertimbangkan keberadaannya. Ditambah lagi dengan ucapan, ‘Uangnya lumayan’, menyebutkan seolah ia tidak memberikan nafkah pada wanita itu. Walau Sully juga sebenarnya tidak bisa disalahkan soal itu. Mungkin maksud wanita itu hanya ingin mencari tambahan karena sedang ikut prihatin karena ia baru saja resign dari perkebunan. Apalagi tadi Sully menyebutkan kalau uang itu akan digunakan untuk menggaji Oky. Wira harus berkompromi dengan perasaan jengkelnya dengan berjanji pada dirinya sendiri untuk segera bicara dengan Oky. Sully menegakkan tubuh di depan Wira. Pria itu mengedarkan pandangan ke semua tempat selain ke ara
Awal-awal kemarin sepertinya Sully merasa dirinya lebih berpengalaman karena video cabul yang termasuk sering ia tonton bersama teman-temannya yang lajang. Namun pada akhirnya Wira tetaplah seorang laki-laki dengan insting liar yang mungkin sudah ia pendam bertahun-tahun untuk dipertontonkan pada wanita yang pantas menerimanya. Wira tak membiarkan Sully bicara atau berkomentar sepotong kata pun. Ia terus melumat bibir Sully dengan ciuman yang kuat dan panas. Memagut nyaris tak lepas. Hanya sesekali terbuka untuk menangkap oksigen di dekat mereka. Ia menautkan lidahnya dengan lidah Sully, menyesap bibir bawah wanita itu kuat-kuat dengan jemari nakalnya yang terus menyusup di bawah sana. Ia memang sudah gila. Tiap jengkal tubuh Sully begitu memabukkannya. Rambut Sully yang tebal dan selalu wangi khas sampo yang tidak dijual di mini market, kuku-kukunya yang panjang dan dengan jemari yang lentik, kulit yang pucat dan halus, dada yang penuh dan padat. Juga bagian pangkal paha yang membua
Sisa siang yang diingat Sully adalah ia dan Wira berbaring bagai sepasang sendok. Pria itu merengkuhnya dari belakang, mengangkat satu kakinya dan kembali melakukan penyatuan. Hunjaman pelan yang kemudian berubah menjadi hujaman lebih keras dengan tempo yang semakin cepat. Wira semakin lihai menjaga ritme dan jeda hingga percintaan itu menjadi semakin terasa panjang. Mereka mengganti rasa lapar akan makanan pengisi lambung dengan memenuhi rasa penasaran akan tubuh satu sama lain. Wira tidak ragu lagi menyentuhnya di bawah sana. Tangan pria itu juga meremas dan memijat sepasang dadanya seakan tak bosan-bosan. Saat jeda dari posisi sepasang sendok, Sully melihat kilatan di mata Wira yang melucuti dadanya. Pria itu juga berlutut di antara kedua kakinya sambil mengusap dan memandang lipatan lembut yang seakan-akan ingin dilahap pria itu. Sully merasa dirinya amat istimewa dan juga … lelah. Bila dihitung dari awal, mungkin ia sudah lebih dari empat kali mencapai puncak kenikmatannya. Seda
Sepanjang Sully berjalan dalam rangkulan tangan Wira di pinggangnya, ia terus memutar otak mencari cara mengatakan pada Oky untuk membatalkan endorse suplemen pembesar payudara. Kemarin-kemarin ia sudah menyetujui. Pasti Oky akan curiga kalau ia tiba-tiba membatalkan dengan alasan tidak masuk akal. Ketika Wira membukakan pintu mobil untuknya dan memutari bagian depan untuk menuju ke belakang kemudi, Sully mengambil ponselnya dan mengetikkan pesan buat Oky. ‘Ky, endorse suplemen pembesar toket dibatalin aja. Aku ambil endorse soft lense. Lebih gampang. Nanti uang muka endorse suplemen dikembalikan pakai uang pelunasan dari endorse soft lense. Aman, kan? Tete aku menyusut sejak tinggal di desa. Mungkin karena kurang gizi. Jadi, enggak bakalan cocok. Kurang besar.’ Sully cepat-cepat menutup ponselnya saat memastikan pesan sudah terkirim. Ia tak terlalu memikirkan apa yang akan dijawab Oky nantinya. Yang paling penting sahabatnya itu sudah tahu kalau ia membatalkan pembuatan video suple
Halo ....Selamat pagi Boeboo tersayang pembaca juskelapa. Semoga semuanya dalam keadaan sehat dan baik-baik saja.Di sini saya mau menginformasikan bahwa novel ISTRI NAKAL MAS PETANI sudah tamat di Bab 280. Apabila kemarin ada penulisan TO BE CONTINUED di akhir bab 280 itu adalah kesalahan penulisan dan error revisi yang terlalu lama. Jangan lupa aplikasinya di-update agar mendapat tampilan terbaru dari GOODNOVEL yang semakin kece ya. Nantinya ISTRI NAKAL MAS PETANI akan diberi bonus chapter di saat kita semua sudah rindu.Kabar gembira giveaway-nya adalah MAS WIRA & SULIS akan memberikan merchandise sederhana untuk 50 orang pertama di peringkat GEMS 1-50. Bagi yang namanya tertera di peringkat tersebut bisa mengirimkan alamat ke :ADMIN JUSKELAPA melalui pesan singkat dengan nomor 0 8 2 2 -5 7 8 5-1 2 3 8 dengan menyertakan tangkapan layar peringkat GEMS (vote).AtauBisa kirim pesan melalui sosial media inssstagram ketik : juskelapa_ di pencarian. Buat yang belum beruntung bisa men
Pak Gagah ikut mengangkat gelas teh dan meneguk isinya hampir setengah. Baru menyadari nikmat bertukar cerita yang selama ini diamatinya pada kaum perempuan ternyata juga bisa ia rasakan. Sungguh Pak Gagah ataupun Pak Mangun tidak pernah menyangka bahwa hal yang mereka anggap sebagai tindakan tercela bisa mereka ubah menjadi sesuatu yang membawa masa depan baik untuk desa. “Kamu memang tidak berniat menjodohkan Bagus dan Ratna, kan, Gah?” Pak Mangun meletakkan cangklong di sudut bibirnya. Pak Gagah menggeleng-geleng. “Tidak…tidak. Aku tahu maksud Effendi menekan Ajeng soal hutang dan sertifikat kebun pasti berkaitan dengan Bagus. Ratna itu mondar-mandir terus di dekat rumah sini. Setiap berpapasan jalan yang ditanya Bagus. Tapi Bagus, kan, di Riau.” Pak Mangun tergelak. “Oh, sekarang aku ingat. Karena Ratna sering ke sini kamu jadi kepikiran ide buat ngomong kalau Bagus dijodohkan dengan Ratna.” “Alasan perjodohan itu ditambah dengan banyaknya petani yang terjerat hutang di Effend
Desa Girilayang itu terletak di kaki Merapi. Awalnya desa itu hanya berisi 12 kepala keluarga dengan 34 jiwa. Kakek buyut Pak Mangun dan Pak Gagah disebut-sebut sebagai orang pertama yang tinggal di desa itu untuk pertama kalinya. Secara geografis Desa Girilayang merupakan sebuah punggung bukit yang diisolasi oleh dua jurang di sisi sebelah barat dan timur. Itu sebabnya sebelum pembangunan jembatan seluruh warga desa harus berjalan memutari bukit dan cukup lama berada di jalan untuk bisa sampai ke kota.Pada sebuah peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia Wira pernah menyampaikan pidatonya yang mengatakan bahwa Desa Girilayang adalah tempat di mana semua warganya menjaga adat istiadat yang merupakan warisan leluhur. Juga melestarikan tempat-tempat wisata sejarah berikut pemandangan alam cantiknya untuk mendongkrak kemajuan desa dalam bidang pariwisata.Semua orang setuju dengan apa yang disampaikan Wira dan setuju dengan apa yang dilakukan Kepala Desa Girilayang terpilih itu u
Morning sickness yang dialami Sully berlangsung sampai kehamilannya menginjak usia delapan bulan. Sully mulai kuat terhadap bau-bauan dan bisa makan dalam porsi yang lebih banyak. Jika sebelumnya ia sulit menelan air dingin, masuk bulan kedelapan Sully sudah bisa memanjakan lidahnya dengan es teh manis. Seluruh keluarga besar Pak Gagah ikut senang dengan perubahan baik itu. Sully yang ceria sudah kembali. Pagi hari Sully ikut mendampingi anak-anaknya mandi dan makan. Kerjanya tak hanya bergulung di ranjang saja. Sully sudah mulai rajin seperti biasa. Ia juga mulai menggoda Wira dengan meremas bokongnya atau menggaruk perut pria itu. Wira menyambut bahagia godaan-godaan Sully. Sudah cukup lama pemenuhan kebutuhan batinnya berdasar mood istrinya itu. Menunggu belas kasihan Sully yang mau memberikan dengan sukarela tanpa mulut mengerucut. Memasuki bulan kedelapan mereka sudah kembali bercinta dengan hangat. Kehamilan yang terbebas dari morning sickness, tiga anak laki-lakinya sehat, pa
Kedatangan keluarga Pak Gagah yang hanya berjarak seminggu sebelum pesta pernikahan Oky membuat Pak Anwar menyusun agenda sepadat mungkin untuk mengajak besan berkeliling kampunghalamannya.Hal pertama yang dilakukan Pak Anwar adalah mengajak Pak Gagah melihat kebun kelapa Sully yang dibelikan Wira. Dalam perjalanan menuju kebun itu tak lupa Pak Anwar menunjukkan jalan hasil pengaspalan yang didanai oleh Wira.“Lihat seberapa panjangnya jalan menuju ke kebun kelapa ini, kan? Nah, ini semua Bagus yang mengaspal. Warga yang sudah lama mengharapkan perbaikan jalan bisa ikut menikmati yang dilakukan Bagus. Apa yang dilakukannya ini membawa banyak kebaikan. Bahkan warga yang tidak kenal Bagus secara pribadi malah mengenal namanya. Pernah sekali waktu saya ke kebun kelapa, ada seorang pria yang baru pulang merantau menanyakan soal jalan yang bagus. Orang tuanya langsung mengatakan jalan ini diaspal menantunya Pak Anwar. Namanya Bagus.” Pak Anwar terkekeh-kekeh senang saat menceritakan kisah
Rombongan itu benar-benar ramai. Tiga generasi melalui perjalanan panjang berpindah-pindah moda transportasi. Pak Gagah yang sudah lama tidak melancong jauh bangun paling pagi dibanding yang lain. Pria tua itu mengecek semua bawaan mereka untuk kesekian kalinya.Perjalanan hari itu dimulai dengan Asmari dan seorang supir dari pabrik yang diminta mengantar ke bandara.“Asmari ikut juga, kan, Gus? Masa Hendro resepsi Asmari enggak ikut?” Belum apa-apa Pak Gagah sudah protes karena Asmari yang belakangan dekat dengan Hendro tidak terlihat memiliki tentengan.“Asmari ikut, Pak. Nanti setelah mengantar kita ke terminal keberangkatan dia titip mobil di parkir inap bandara. Asmari berangkatnya satu pesawat bersama Pretty dan ibunya.” Wira baru saja melepas Asmari untuk meletakkan mobil di parkir inap. Pak Gagah yang sedang menggendong Bima pun sepertinya masih punya banyak waktu untuk memperhatikan orang sekitar.“Bapak capek? Bima bisa diletak dulu di stroller. Gantian sama Tika. Dari tadi
Dan bukan Sully namanya kalau segala yang ia lakukan tidak menimbulkan kehebohan orang sekeliling. Malam itu setelah mengutarakan keinginannya dengan cara merajuk, Wira menyanggupi semua hal yang akan dilakukan oleh istrinya itu agar mereka mendapatkan seorang bayi perempuan.Pertama-tama mereka berdua mendatangi praktek Dokter Masayu untuk berkonsultasi. Sully santai saja saat mengutarakan keinginannya. Raut dan gesture-nya sangat percaya diri seperti biasa. Terutama saat Dokter Masayu bertanya, “Sulis sudah mau program bayi perempuan? Awang belum dua bulan.” Dokter Masayu mengingatkan.Wira yang masih mengenakan seragam cokelat mengangguk yakin. “Katanya mau sekarang aja, Dok. Biar sekalian aja.”“Kalau bisa sekarang kenapa harus nanti gitu, Dok. Kemarin hamilnya Awang juga bisa secepat itu. Saya mau tahu tips-tips khusus buat hamil anak perempuan.” Sully bicara dengan kedua tangannya yang melingkari lengan Wira. Ia sudah tidak peduli lagi dengan komentar ketiga kakaknya. Karena jik
Bisa dibilang Sully memasuki masa sedang repot-repotnya. Ulang tahun pertama pabrik pengolahan aren PT. Putra Pertiwi Wira hadir sendirian. Ulang tahun pabrik yang harusnya bersamaan dengan ulang tahun si kembar ternyata perayaannya harus dilewatkan karena Sully baru melahirkan putra ketiganya.Putra ketiga Sully dan Wira lahir di bulan yang sama dengan kelahiran Bima dan Sakti. Dan keluarga Sully kembali datang dengan formasi yang sama. Sari; kakak Sully adalah orang yang pertama kali tertawa terbahak-bahak setelah mengetahui kehamilan adiknya.Dan hari itu, satu bulan setelah Sully melahirkan Sari kembali datang dengan anak bungsunya yang mulai belajar jalan. Dari ketiga kakak Sully, Sari pulalah yang menggendong putra ketiga adiknya itu sambil mengatakan, “Selamat datang putra ketiga adikku yang dulunya setiap hari ngomong jangan banyak anak.”Karena itu Sully mengerucutkan bibir memandang kakaknya.Keramaian ulang tahun pertama pabrik pengolahan aren PT. Putra Pertiwi memang senga
Sully sudah melupakan tentang percintaan sore yang dilakukannya dengan penuh semangat dan keringat. Fokusnya sementara hanya tertuju merawat putra kembarnya dan mengerjakan dua tawaran endorsement yang sudah ia sanggupi. Ada dua iklan yang videonya sedang mereka garap. Pil pelancar ASI dan produk korset pelangsing perut. Kedua endorsement itu diterima Sully dengan penuh suka cita. Terlebih tenaga ‘babysitter’ si kembar masih melimpah ruah.Semua orang di rumah sedang berlomba-lomba menjadi sosok yang paling bisa menaklukkan hati si kembar. Semua ingin mendapat sebutan orang yang paling bisa membuat si kembar langsung tenang saat menangis. Termasuk Pak Anwar dan Bu Dahlia yang biasanya sering berdebat kecil. Suami istri itu kini terlihat kompak menjaga cucu laki-laki dari anak bungsu mereka.“Kita harus sering-sering bikin konsep video begini. Biaya produksinya kecil, mengedukasi, juga anti ribet-ribet klub.” Sully sedang membereskan kotak make-upnya.“Konsepnya emang bagus, tapi nggak