Home / Urban / Suamiku Jadul / Chapter 341 - Chapter 350

All Chapters of Suamiku Jadul: Chapter 341 - Chapter 350

528 Chapters

Daun Muda

Tugirin belum pergi juga, entah kenapa aku sulit mengontrol emosi, jadi benci pria itu. Dia selalu datang jika ada masalahnya. Rata-rata teman Bang Parlin memang seperti itu, datang hanya jika butuh. Syukur juga sekarang Bang Parlin sudah mulai sadar jika dimanfaatkan orang."Kenapa harus walinya Bang Parlin?" tanyaku penasaran."Kan penghulu di desa sekarang anak angkat Bang Parlin," jawab Tugirin."Ya, sama penghulu sana minta wali hakim," kataku lagi.Tugirin bukannya pulang, dia malah bergabung' dengan kami. Padahal kami sudah mau pulang. Gadis yang ikut bersamanya sepertinya menurut saja sama Tugirin. Saat Tugirin pergi mancing, aku menginterogasi hadis tersebut."Ranti, kok mau nikah sama dia?" tanyaku kemudian."Begini, aku lelah hidup sendiri, orang tua tidak punya lagi," kata Ranti."Kenapa harus dia, dari sekian banyak laki-laki di muka bumi ini?" tanyaku lagi."Begini, Bu, suatu malam aku salat dan berdoa pada Tuhan supaya didatangkan jodohku, pagi harinya, Bapak itu yang d
last updateLast Updated : 2023-02-15
Read more

Rahasia Bang Parlin

"Masa lalu itu gak usah dikenang- kenang," kata Bang Parlin."Aku selalu mengenang masa lalu, Bang, itu sebagai cambukan untukku supaya bisa menghargai hidup, supaya bisa menghargai orang yang mau hidup denganku, dulu aku sangat susah, tak ada perempuan yang mau, saat kecil aku selalu di-bully, semenjak bekerja dengan Abang hidupku berubah, aku tak bisa lupakan itu semua, saat aku misalnya mau malas kerja, terbayang kesulitan hidup yang lalu, saat istri buat hati kesal, terbayang kalau aku dulu yang tak laku-laku," kata Firman, dia tak tertawa lagi."Iyalah, kau gitu Firman, tapi aku beda, masa lalu bukan membuat semangat hidup, tapi membuat kami sering bertengkar, sembilan puluh sembilan persen pertengkaran kami karena masa lalu," kata Bang Parlin."Lo, kok bisa gitu, Bang, aku sudah lihat masa Abang dulu, gak pernah punya pacar, pacarannya sama sapi, apa yang membuat bertengkar?" kata Firman.Bang Parlin menatapku, dia seperti minyak izin cerita tentang Rara. "Abang gak pernah neko
last updateLast Updated : 2023-02-15
Read more

Rahasia Besar Bang Parlin

Akan tetapi aku justru penasaran dengan rahasia Bang Parlin itu, yang menurut Tugirin hanya diketahui sesama toke sawit. Akan tetapi Butet ada benarnya. Tak semuanya harus diketahui, kadang diketahui pun membuat hati sakit.Tugirin pergi juga akhirnya, usahanya sia-sia untuk menyuapku. Untung juga ada Butet. "Tet, mamak mau cerita," kataku pada Butet. Mungkin anak gadisku ini sudah bisa jadi tempat curhat. Seperti Bang Parlin bilang, Butet lebih dewasa' dari usianya."Cerita apa, Mak?" tanya Butet."Ayahmu banyak rahasia, aku tahu bagimu ayahmu itu pahlawan, tapi makin ke sini, mamak makin sering sakit' hati," kataku lagi."Contohnya, Mak?""Aku gak tau apa kamu paham ini, Tet, tapi mamak merasa ayahmu dari dulu tak pernah mencintai mamak," kataku lagi."Mak, mamak, bukan mau bela ayah, Mak, tapi percaya saja samaku, ayah sayang mamak sayang Butet, sayang Bang Ucok," kata Butet."Cinta, Tet, bukan sayang, tapi cinta, ah, mungkin kami masih terlalu muda untuk paham," kataku lagi."Ak
last updateLast Updated : 2023-02-15
Read more

Mas Pain

Lagi-lagi aku merasa bersyukur Butet ada di sini bersamaku, hampir saja aku tergoda dengan tawaran Tugirin. Andaikan Butet tidak melarang, mungkin aku sudah dapatkan info dari orang lain yang tentunya bertambah atau berkurang. Aku mulai paham, mungkin saat Bang Parlin di cafe, datang anak kecil manggil ayah, bisa dibayangkan pandangan orang yang sesama toke, seperti orang selalu bilang. Toke sawit itu banyak yang bertingkah jika di luaran.Bang Parlin memberikan uang pada ibu tersebut. Tak bisa kubayangkan penderitaan ibu ini. Keadaannya lumpuh, hanya bisa berbaring. Cucunya yang baru sembilan tahun yang mengurusnya. Anak sudah meninggal, menantunya depresi."Kenapa biasa ibu anak-anak ini depresi, Bang?" tanyaku pada Bang Parlin."Sebenarnya bukan gila beneran, Dek," Bang Parlin berbisik."Jadi, bagaimana?""Sebenarnya yang bertingkah, ibu ini selalu bilang gila, karena tingkahnya memang gila," kata Bang Parlin."Oh, gitu,""Iya, Dek, beliau bilang menantunya gila untuk menjaga nama
last updateLast Updated : 2023-02-16
Read more

Ngidam

Selamat kami di kafe itu, Mbak Helen tidak berani' lagi mendekat, padahal aku sudah minta maaf. Mungkin dia takut karena sempat kubentak tadi. Aku kah yang terlalu sensitif, atau keadaan memang membuat aku mudah marah.Aku coba runut kembali kejadian hari ini, dua kali aku salah sangka, dua kali aku mintak maaf. Akan tetapi jiwa wanita tak pernah salahku muncul. Ini semua salah Bang Parlin."Bang, coba kemarin-kemarin Abang jujur, kan aku gak curiga," kataku setelah kami selesai makan."Ini tentang apa, Dek?" tanya Bang Parlin."Tentang Abang punya anak angkat perempuan, tentang ada gadis cadel," kataku."Iya, Dek, iya, Abang minta maaf," kata Bang Parlin."Lo, tumben cepat kali minta maaf, Bang?" tanyaku kemudian."Waduh, jadi harus bagaimana, Dek,""Biasanya Abang jago ngeles," "Ya, Ampun," Saat kami sudah hendak pulang, ada mobil parkir di depan kafe tersebut. Aku kenal mobil itu, itu mobil Tugirin. "Eh, Bang Parlin, Tumben bawa poltob ini?" kata Tugirin."Razia, Bang Haji," jaw
last updateLast Updated : 2023-02-17
Read more

Ngidam Ketemu Mantan

Lucu juga melihat Bang Parlin, dia sampai menutup telinganya tak mau mendengar aku cerita. Padahal aku hanya bercanda. Hanya kesal karena selalu ada hal yang terjadi membuat Bang Parlin teringat Rara. Aku? tak ada hal yang terjadi, kontak hilang semua, entah mereka sudah nikah, berapa anak pun aku tidak tahu."Bang, bagaimana rasanya ketemu mantan setelah sama-sama nikah?" tanyaku pada Bang Parlin. Aku tahu dia belum tidur."Abang gak punya mantan, jadi gak tau bagaimana rasanya," kata Bang Parlin."Kadang pengen juga bertemu mantan sesekali," kataku.Bang Parlin langsung membuka matanya. Dia bahkan langsung duduk."Astaghfirullah, Dek, istighfar, hati-hati dengan keinginan, berapa kali dibilang," kata Bang Parlin.Kehamilan ini benar-benar lain dari pada yang lain, bawaannya justru mudah marah-marah. Seperti pagi itu Ucok bertanya...."Mak, kaus kaki di mana?" Aku langsung emosi, karena dari SD, dia sudah kudidik supaya barang pribadinya dia urus sendiri. Kini sudah hampir tujuh bel
last updateLast Updated : 2023-02-17
Read more

Duda Keren

"Ini anakku yang sulung, yang sakit itu nomor dua, yang nomor tiga tidak ikut, masih sekolah," kata Tama memperkenalkan wanita yang bersamanya."Cepat juga anakmu besar-besar ya, Tamet, anakku yang paling besarnya masih SMA," kataku kemudian."Iya, di antara kita semua kan, aku paling cepat nikah, aku nikah umurku masih dua tiga," kata Tama."Lah, aku tiga dua, terbalik ya," kataku lagi."Hehehe, iya, tadi anakku sudah mulai baikan, besok akan dipindahkan ke rumah sakit di Medan, dia sudah mulai ingat, Alhamdulillah," kata Tama.Bang Parlin datang bersama Butet, mereka bawa makanan. Untuk sesaat mata Bang Parlin seakan mau keluar melihat' Tama."Aku seperti kenal kamu, tunggu kuingat- ingat dulu ya," kata Bang Parlin.Bang Parlin tampak berpikir, dia memegangi jidatnya. Akan tetapi mungkin dia memang sudah lupa, pertemuan itu memang singkat. Itu pun hanya sekali."Tunggu, biar kubantu Bang Parlin mengingatnya," kata Tama, dia pun berdiri lalu pura-pura memegang mikropon."Teman kita N
last updateLast Updated : 2023-02-17
Read more

Niyet dan Masa Lalu

Ucok dan Butet datang lagi, mereka bawakan sate empat bungkus. Butet lalu menyodorkan sate tersebut ke Bang Parlin."Ini, Yah," kata Butet."Untuk apa sate sebanyak ini, kita kan sudah makan tadi, gak boleh begitu, sayang banyak-banyak begini," kata Bang Parlin.Butet malah meraba kening Bang Parlin."Ayah sehat?" tanya Butet."Sehat, Alhamdulillah, yang sakit itu mamakmu," jawab Bang Parlin."Oh, Alhamdulillah," kata Butet.Aku tahu Butet menyindir ayahnya, karena disuruh ayahnya beli sate, eh, setelah dibeli ditanya Bang Parlin sate untuk apa? Perawat datang memeriksaku. Lalu menyuntikkan sesuatu di botol infus."Kami pulang malam ini," kata Bang Parlin."Maaf, Pak, besok baru datang dokternya," jawab perawat tersebut."Kami pulang malam ini juga, tolong siapkan semua," kata Bang Parlin."Sekali lagi , maaf, Pak, belum bisa, karena harus dengan persetujuan dokter," kata Perawat tersebut."Telepon dokternya," Bang Parlin masih ngotot."Maaf, Pak, beliau tidak bisa ditelepon kecuali
last updateLast Updated : 2023-02-18
Read more

Butet 1

PoV Butet 1Kata orang aku perpaduan otak pintar' ayah dan ceplas-ceplos mamak. Jadilah aku anak yang sangat sulit bergaul dengan teman-teman sebaya. Entah kenapa tidak asyik rasanya. Teman sebaya malah bahas tiktok, bahas oppa Korea, sedangkan aku tidak tertarik sama sekali. Aku jadi merasa orang dewasa yang terjebak di tubuh anak remaja. Kadang ini sangat menggangu hari-hariku, di sekolah, aku jadi sering berdebat dengan guru. Aku jadi sangat sulit punya teman. Temanku bisa dihitung dengan jari. Begitu juga di lingkungan kami tinggal, anak seusiaku asyik bahas cowok ganteng, aku lebih tertarik bahas hukum. Aneh memang, kadang aku jadi malu sendiri, karena bisa sewaktu-waktu dapat berbicara dengan orang yang jauh lebih tua, aku justru merasa sebaya. Akan tetapi pelecehan seksual yang dilakukan oleh kepala sekolah kami seakan mengubahku, bagaimana pun pemikiranku, aku tetaplah anak remaja. Apalagi kepala sekolah itu bilang dia hanya suka sama anak-anak. Aku jadi merasa diriku meman
last updateLast Updated : 2023-02-18
Read more

Butet 2

Ayah hanya geleng-geleng kepala, aku lalu masuk ke mobil patroli polisi yang dibawa polisi muda tersebut."Kok datang sendiri, Pak, polisi kan biasanya kerja tim?" tanyaku setelah mobil berjalan."Kami tadinya datang dengan tim, tapi dibagi tiga untuk tiga desa, partnerku tiba-tiba ada masalah keluarga, jadi aku sendiri," kata Polisi Tersebut."Kita ke mana duluan?" tanya polisi itu lagi.Aku melihat dua puluh daftar tersebut, sudah ditandai lima orang, nama Bang Ucok justru ada di antara lima itu. "Kita menemui ini lebih dulu," kataku seraya menunjuk nama Bang Ucok."Oh, baik, di mana rumahnya?""Kita jemput dia ke sekolahnya, mereka pulang cepat ini karena ada ujian, ayo, Pak," kataku kemudian.Ketika sampai di sekolah Ucok, dia sudah berdiri di depan sekolah menunggu jemputan mungkin. Aku segera turun dari mobil."Biar saya yang bicara', Pak," kataku kemudian."Butet, kok kau naik mobil patroli?" tanya Bang Ucok.Aku menceritakan secara ringkas apa yang terjadi. "Ayo kita bantu p
last updateLast Updated : 2023-02-19
Read more
PREV
1
...
3334353637
...
53
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status