"Astaghfirullah ..."Aku menaruh hafidz di box bayi, lalu mendekati Mas Ubay."Mas, menghadapi perempuan seperti itu kenapa sampai menangis?""Mas, tak peduli dengan nama baik, tapi yang Mas takutkan, kamu dan Hafidz meninggalkan Mas. Mas takut itu terjadi. Cukup waktu itu kamu membuat Mas cemas setengah mati. Jangan lagi terulang untuk kedua kalinya,"Aku memeluk Mas Ubay, lelaki tinggi itu pasrah merebahkan kepalanya di dadaku. Sejenak aku melupakan amarah dan cemburu. Mas Ubay butuh aku, dia penolongku, dah mungkin sudah saatnya aku menolong dirinya."Sayang, apa kamu stres?" Dia menatap mataku lekat.Aku menggeleng cepat."Aku stres kalau lihat kamu, stres. InsyaAllah kita akan hadapi ini bersama," ujarku.Tok tok tok!Suara ketukan terdengar di pintu."Alina Sayang, kamu tidur kah, Sayang?" Panggil Mama."Mas, cepat kamu pura-pura tidur, matamu merah karena habis nangis. Nanti Mama curiga," aku mendorong Mas Ubay ke tempat tidur dan menyelimuti tubuhnya."Ya, Ma. Masuk aja, Alina
Baca selengkapnya