Semua Bab Membuang Lelaki Sampah!: Bab 61 - Bab 70

96 Bab

Muhammad Al Fatih

Berjuang antara hidup dan mati. Allah buktikan aku mampu melaluinya. Setelah menunggu pembukaan sempurna hingga lewat tengah malam, Bayi mungil ini kini kudekap. Sakit yang kurasakan hilang sudah tak berbekas. Ia sibuk menyusu sekarang, meski belum benar tapi kulihat lelaki kecil ini tak menyerah mencari Asinya.Rambutnya hitam nan tebal, bibirnya merah dengan alis yang nyaris bertaut. Pipinya menyembul seperti mochi yang siap digigit. Mengemaskan.Ibu tak berhenti memelukku, menciumku bahkan mengusap-usap rambut cucu lelakinya ini. Mas Yuda masih setia menemani. Bahkan hari ini, dengan paksaan dia mendesak cuti. Sejak semalam, dia yang paling heboh mengendong saat sikecil menangis. Mungkin karena pernah memiliki bayi, dia pandai sekali membantuku merawat bayiku.Mas Yuda yang meng Azani saat lahir dini hari tadi. Di sudah berperan menjadi Bapak yang luar biasa sebelum waktunya. Sejak bangun, Aisyah selalu mendekati tempat tidur bayi. Dia tak berhenti mengelus-elus pipi adiknya. Gadi
Baca selengkapnya

Lamaran

Hari demi hari kami lalui dengan tenang. Beberapa kali mas Aldo menghubungi, beberapa kali juga dia mencoba datang. Namun sudah aku minta pada satpam depan, untuk tak membiarkan dia masuk.Hari ini polisi memanggilku sebagai saksi, kasus Bapak Aisyah dan temanya itu masih terus berlanjut. Aku melaporkannya dengan pasal berlapis. Sudah aku bilang, akan membuat mereka membayar bila sedikit saja Aisyah terluka.Mas Yuda menjemputku lebih pagi. Karena mungkin akan memakan banyak waktu hari ini. Aku bahkan sudah memeras ASI kedalam beberapa kantung. Persiapan minum fatih hari ini.Aisyah dan Fatih tinggal dirumah bersama ibu, Kania dan dua ARTku. Mas Yuda bahkan mempekerjakan Satpam didepan rumahku. Karena aku tak memiliki pos untuk berjaga, dua satpam itu menunggu di gazebo depan. Kami tak mau kecolongan lagi. Baik Aisyah ataupun Fatih."Kami berangkat dulu bu" Aku pamit pada ibu. Mencium Aisyah dan Fatih juga.Mas Yuda membukakan pintu mobil untukku. Kami melaju menuju kantor polisi. Sam
Baca selengkapnya

Kebencian tanpa alasan

Aku tak pernah menyangka, menemukan pengganti hatiku yang patah dengan cepatnya. Aku juga tak pernah menduga, bahwa kosong yang kurasa tak akan lama.Cincin ini tersemat, bukan hanya sebagai pengikat, namun juga jadi jawaban, bahwa Allah tak pernah membiarkanku sendiri terlalu lama. Bahwa aku juga masih memiliki waktu untuk bahagia."Mas, mas Yuda serius mau menikahiku?" Kalimat itu yang kutanyakan saat dia melamarku. Hanya senyuman yang kudapat. Namun dia buktikan keseriusannya, dia buktikan bahwa dia layak diterima. Mas Yuda, laki yang selalu membuatku tersipu malu. Persiapan pernikahan Kami sudah hampir rampung. Hanya tinggal beberapa yang belum di siapkan. Hari ini, mas Yuda mengajakku mencoba kebaya."Cantik, dan cocok" Ucapnya menatapkuAku tersenyum, menatap pantulan diri dikaca Kebaya abu bernuansa manik dan permata. "Yasudah, ini saja." Ucapku mementukan pilihan.Ha
Baca selengkapnya

Meminta Bertemu Fatih

"Lepaskan! " Dia menolak. Namun tetap di tarik keluar. "Aku bisa sendiri. Lepaskan aku!" Rani keluar dari pagar rumah, bersama dengan mobil mas Aldo yang berhenti tepat di depan rumahku.Mau apa lagi dia kemari!Mas Aldo menatap Rani tak suka, bahkan ibu sama sekali tak melihatnya, mereka kini berjalan memasuki rumahku. Ibu nampak terkejut, melihat seluruh sudut taman depan rumah kami."Bagus sekali do rumahnya" ibu berbisik, namun masih bisa kudengar jelas.Mas Aldo mengedipkan mata, meminta ibu untuk berhenti berkomentar. Sepertinya takut aku mendengarnya, padahal sudah."Mas! Apa yang kalian lakukan disini?" Rani menghikuti langkah kaki mas Aldo. Namun tak bisa, satpam masih memegangnya dengan erat. "Lepaskan aku!" Kesalnya."Diam kamu Rani! Perempuan tak berguna, bawa sial!" Ibu memakinya tanpa mau melihat wajah menantunya itu.Sejujurnya aku terkejut, sebegitu tak berhatinya mereka. Bahkan membentak dengan kasar Rani didepan banyak orang. Mbak Yayuk sampai melihat kembali ke dep
Baca selengkapnya

SAH!

Hay pagi, sapalah hati yang telah menemukan teduhnya kini. Dulu pernah kami terluka, patah, bahkan pecah. Namun gulir waktu tak menyerah, mempertemukan kami di atas roda bus yang memutar. Setelah itu, aku tak pernah lagi merasa sendiri. Dia yang asing perlahan masuk, menempati ruang hati. Dia yang dingin justru menghangatkan kesepianku sendiri. Aku jatuh cinta pada sikapnya padaku, namun ternyata, dia yang jatuh hati denganku lebih dulu.Pagiku, terimakasih. Kau satukan kami dibawah terikmu kini, aku sudah tak lagi sendiri. Kini kutemukan belahan jiwaku yang sejati.Sah!Kalimat itu terdengar bagai alun lagu yang merdu. Aku telah resmi menjadi nyonya dari seorang prima bernama Perkasa Yuda Manggala. Lelaki yang keras dan tangguh sebagai perajurit negara, namun lembut merengkuh sebagai suami dan ayah.Kucium takzim tangan lelaki yang kini kusebut suami. Dia mengusap pucuk kepala ini dan menciumnya hangat."Alhamdulillah dek, terimakasih" Ucapnya untuk pertama kali menjadi suamiku.
Baca selengkapnya

Teror

Hari ini aku berangkat ke toko. Mas Yuda masuk malam, tapi dia ingin pergi ke tokonya sebentar. Setelah mengantarku ke toko, dia segera pergi. Kami sudah beraktifitas seperti biasa.Aisyah dan Fatih aku tinggalkan dirumah. Bersama ibu dan baby sisternya. Aku masih memakai dua satpam juga didepan rumah. Mas Aldo beberapa kali masih mencoba datang. Namun tak bisa masuk dan akhirnya pulang.Saat aku didepan toko. Kulihat ada banyak coretan di pintunya. Dan ada berbau tak sedap juga di sekitar tempat kami." Aris, bau apa ini?" Aku bertanya pada Aris, salah satu pegawaiku yang baru datang.Dia terlihat mengendus juga. Lalu menutup hidungnya dengan sapu tangan. "Iya bu, bau apa ini ya?"Aris mencari disekitar toko, dan tak menemukan apapun. Namun bau ini begitu menyengat dan menganggu penciuman kami. "Coba cari semua"Aku memberi perintah saat sama-sama mereka datang pagi ini. Di samping toko, selokan, bahkan di dalam toko sudah mereka cari. Namun nihil.Satu per satu karyawanku masuk keda
Baca selengkapnya

Dia depresi

Kamu harus memutar mencari parkiran. Akhirnya Mas Yuda menepikan mobil diseberang jalan. Didepan deretan ruko yang berjajar. Aku Keluar. mobil setengah berlari."Dek, pelan saja" ucapnya memintaku berjalan lebih pelan."Mas, aku mau memastikan dia Rani atau bukan!." ucapku tak sabar."Iya, mas tau. Tapi kalau kamu jatuh bagaimana?" May Yuda mengandengku.Aku akhirnya menurut, berjalan digandeng mas Yuda. Kami mencari jembatan penyeberangan jalan. Dari atas jembatan tempatku berjalan aku tak lagi melihat wanita tadi."Kok dia gak ada ya mas? " Aku bertanya khawatir."Mungkin masih disana, hanya tak terlihat dari sini dek" Mas Yuda mencoba menenangkan ku.Kami turun jembatan penyeberangan, aku menarik tangan mas Yuda setengah berlari. Kami kembali berjalan agak jauh ke arah wanita tadi kulihat."Mas, dimana dia mas?" Aku melihat kesekitar. Tak lagi menemukannya di tempat tadi.Mas Yuda memperhatikan ke semua arah, baru saja kami berputar dia sudah tak ada di tempatnya."Kita jalan kesa
Baca selengkapnya

Tersedak kartu ATM

Kami membawa Rani ke rumah sakit besar. Namun Dokter merujuknya ke rumah sakit jiwa. Dirumah sakit jiwa, Rani tertidur setelah dimandikan dan berganti baju. Dia masih sering menolakku, namun tiba-tiba menagis meminta maaf.Depresi. Kalimat itu yang diucapkan dokter padaku dan mas Yuda. Rani terlalu takut akan sesuatu. Sehingga dia tertekan dan jadi tak bisa membedakan mana halusinasinya dan mana kenyataan."Apa yang akan kita lakukan mas?" Aku bertanya pada mas Yuda. Mengingat kami tak ada hubungan darah apapun dengannya, kami membutuhkan walinya untuk perawaran lebih lanjut.Terlebih Bayinya yang sekarang dirawat dirumah sakit sendirian, bayi itu butuh keluarganya untuk berjaga. Aku tak mungkin bisa selalu ada. Aku punya dua anak dirumah yang juga butuh perhatianku."Apa kita bisa menemui keluarga mas Aldo? Rani masih istrinya, mas Aldo dan keluarganya harus bertanggung jawab mas""Mas fikir juga begitu. Tapi jika kamu merasa tak nyaman dek, mas bisa kesana dengan Arya?"Benar. Mung
Baca selengkapnya

Acara tak terduga

Pagi itu kami semua ikut kerumah mas Aldo. Tak hanya Fatih dan Aisyah. Kania, Siti, bahkan ibu juga ikut berkunjung. Ibu juga ingin mengunjungi mbak Yayuk. Selama ini, ibu belum pernah sekalipun kerumah mbak Yayuk.Mereka hanya akan menunggu dari rumah mbak Yayuk. Mas Yuda masih menunggu Arya dan Akmal datang. Akmal memutuskan ikut, setelah semalam dia menunggu bayi mas Aldo dan Rani dirumah sakit.Rumah ibu Ida terlihat sedikit ramai. Sepeda motor dan mobil banyak terparkir juga di depan rumah. Mungkin teman mas aldo datang, mas Aldo sering Kedatangan temannya dirumah. Dulu saat aku masih jadi istrinya, dia akan sangat senang memamerkan masakanku pada teman kerjanya."Mas Tri kemana mbak? Kok sepi." Mas Yuda bertanya saat kami baru saja masuk kedalam rumah."Mancing sama Zakka. Biasa, anak cowok memang akan lebih klop sama Bapaknya" mbak Yayuk bicara sambil mendekatiku. "Wadududuh ponakan ganteng ini, bobok terus." Mbak Yayuk mengambil Fatih dari gendonganku."Betul. Ini juga lebih k
Baca selengkapnya

Rencana yang gagal

Apa yang sebenarnya ada di fikiran kalian!" Akmal berteriak dihadapan semua orang. Membuat bisikan demi bisikan semakin terdengar sumbang."Berhentilah bicara Akmal, jangan membuat suasana semakin tak tenang!" Aldo membuka suara."Kamu memang harusnya tak tenang mas!""Maksud kalian apa sih, ada yang bisa jelaskan sesuatu?" Perempuan disamping Aldo akhirnya bicara."Gak apa dek. Sudah kita kedalam saja." Aldo mulai melangkah pergi."Anakmu sakit mas!" Kalimat itu akhirnya terlontar juga dari mulut Akmal. Membuat wajah ibu semakin marah padanya. "Teganya kamu membuang anakmu sendiri!""Anak mana?" Ucap ibu, dia berlagak tak tau. Jahat sekali sikap ibu ini."Anak mas Aldo dengan Rani! Dia sedang sakit bu,  butuh kasih sayang mas Adlo, Bapaknya!""Kamu punya anak lain mas? Katakan Mas, siapa Rani itu?""Nanti mas jelaskan sayang. Nanti kita bicara lagi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status