Home / Fiksi Remaja / Luka (Yang) Cantik / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Luka (Yang) Cantik: Chapter 1 - Chapter 10

17 Chapters

Prolog

Prolog Ssshhh. Suara desisan seorang perempuan yang bertelanjang tubuh. Sedang memungut pakaian miliknya yang ada di bawah kasur. Bulu kulitnya meremang merasakan dinginnya malam gelap. Ditambah rasa nyeri pada area kewanitaannya bertambah perih. Rennata—perempuan yang sedang bertelanjang. Sesekali menekan bagian bawah perutnya dan berjalan dengan sedikit membuka lebar jarak kedua kaki. Berharap rasa nyeri sedikit mereda. Sudah hampir 2 tahun ini, kegiatannya adalah seperti ini. Bukan hanya tubuhnya yang merasakan sakit tapi juga hatinya. Kekasihnya—Dion. Baru saja melakukan hal yang ia bilang tak akan mengulangi ini lagi. Melukainya dengan bersetubuh lalu memakinya karena Rennata tak sempurna lagi di hadapan kekasihnya. Rennata memendam segala hal yang ia rasakan. Perih di tubuhnya tak sebanding dengan perih di hatinya. Sudah dua tahun memilih diam sebab Rennata adalah perempuan biasa yang merasakan naifnya percintaan. Dirinya menjadi terikat dalam 'toxic relationship' beberapa
Read more

Bab 1 Perempuan Yang Telah Lelah

Renna—panggilannya sewaktu di kampus. Berjalan menyusuri koridor kelas dengan harapan hari ini tak terlambat atau dosen yang terkenal 'killer' akan memarahinya lagi dan paling parah adalah memberi nilai D pada rapor akhir semester. Pagi ini dia bangun kesiangan karena tak ada alarm yang menyala tepat waktu ditambah rasa lelah dan kantuk seusai semalaman 'bermain' dengan Dion. Setelah lelaki itu—Dion pergi, Renna butuh waktu lama untuk tidur. Ia merasakan perih di pundak yang setelah dicek tadi pagi sewaktu bercermin nyatanya lebam—mungkin akibat dari benturan pundaknya dengan tembok kemarin malam saat lelakinya mendorong. Renna membuka pintu kelas pelan. Ternyata sang dosen telah disana. Dosen perempuan dengan perawakan pendek serta kacamata yang tebal itu meliriknya tajam. Ah, hari ini Renna sial lagi! Dia hanya mematung menunggu dosen tersebut memberi intruksi untuknya. Namun tak ada respon, dosennya masih menatap tajam padanya. "Kau yang keluar atau aku yang harus berhenti men
Read more

Bab 2 Memutus Tapi Meninggalkan Beban

Bab 2 Selang kepergian lelaki itu—Dion. Suasana kembali senyap tak ada bisik-bisik lagi. Renna yakin beberapa tetangga tadi keluar melihat pertengkaran mereka yang kali ini cukup hebat. Renna memutuskannya bukan karena foto tadi siang—yang ditunjukkan Lea. Sudah beberapa malam dia tidak bisa tidur karena merasakan sakit di tubuh dan hatinya. Luka di tubuh dapat sembuh tetapi tidak dengan luka di hatinya. Dia mencari jawaban kenapa rasanya sangat sakit. Sesak dan perih, luka semacam ini tak berdarah namun sakitnya bisa sangat lama. Menimbulkan kecemasan yang cukup panjang serta menurunkan kepercayaan diri. Rasa keberhargaan yang kurang. Perasaan yang menggerogoti Renna dalam kurun waktu lama. Dia hanya merasa perlu melakukannya— memutus hubungan setelah terbelenggu cukup lama dalam kecemasan. Mencoba bebas dari perasaan sakitnya. Dia mengusap matanya yang masih agak basah. Merapikan rambutnya yang berantakan. Meletakkan ransel yang sempat ia peluk ke lantai—ransel berisi perhiasan y
Read more

Bab 3 Siapa Yang Tak Tahu Diri?

Bab 3 Bip! Suara mesin Tap On Bus di dekat sopir bus trans kota. Renna memandang ke barisan penumpang bus yang tak terlalu banyak untuk jurusan ini—mungkin karena masih jam kerja. Renna berjalan memilih tempatnya duduk. Tak ada yang peduli dengan kehadirannya dan seharusnya memang begitu. Untuk apa tahu siapa yang menumpang dalam bus lengang ini. Selama mereka menikmati perjalanan yang cukup murah untuk sekali jalan dan sampai tujuan dengan selamat—hanya itu tujuan mereka. Penumpang bus itu sama dengan bertemu orang-orang asing yang berusaha asik. Mereka berkenalan dalam bus lalu setelah keluar maka tak saling bertemu sapa lagi—mungkin memang hukum alam seperti itu. Renna memilih duduk di kursi paling belakang pada sisi kiri. Dia menyandarkan bahunya—merasa lelah karena berjalan dari gedung tempatnya tinggal ke halte bus membutuhkan banyak tenaga apalagi saat cuaca sedang terik seperti sekarang. Tak banyak pohon di trotoar yang hanya membuat semakin terasa panas dan Renna sudah b
Read more

Bab 4 Patah Hati Itu Butuh Energi

Bab 4 Gelap!Kepalanya terasa pening! Dia membuka mata perlahan, samar-samar melihat lampu berwarna putih terang dengan langit-langit ruangan yang sewarna—cukup menyilaukan. Tercium pula bau obat-obatan. Tangannya terasa kebas. Tak lama setelahnya—ketika dirinya telah sadar sepenuhnya. Dia menyadari sudah tertidur di suatu tempat dengan tirai yang membingkai kanan kiri dan depannya. Tangan kirinya telah terpasang infus. Renna sudah bisa menebak dimana dirinya tanpa bertanya dan diberitahu—rumah sakit. Dia memandang sekitar tempatnya tidur. Tak ada orang yang menunggu. Keadaan diluar tirai begitu ramai orang mengobrol berbanding terbalik dengan tempat yang hanya ada dirinya seorang. Dia mengingat apa yang terjadi hingga berakhir di rumah sakit. Renna hanya ingat bagian ucapan tentang meminta uang 700 ribu pada Dimas dan setelahnya hanya gelap yang diingat. Renna menegok ke bawah selimut yang menutup tubuhnya hingga di bawah dagu. Hoodie yang dipakainya tadi pagi telah terlepas pad
Read more

Bab 5 Test Tingkat Stress

Bab 5Renna memandangi kertas yang baru saja dirinya ambil dari Kantor Administrasi Akademik. Sebuah form panjang untuk pengajuan cuti kuliah selama dua semester. Setelah berkonsultasi pada Kaprodi tentang kondisi kesehatannya yang menurun beberapa hari—dia berbohong agar diizinkan.Semalam dia sudah memikirkan strategi pengajuan cuti ini. Dirinya ingin mengambil beberapa jeda waktu untuk fokus mengumpulkan uang. Banyak hal yang menjadi bahan perenungan sebelum memilih untuk cuti kuliah termasuk kondisi keuangan orang tua dan dirinya sendiri. Krisis sangat terasa sekarang untuk Renna.Tak ada penghasilan pasti ditambah dengan kiriman uang yang mungkin dikurangi hingga beberapa bulan ke depan.Mungkin ini adalah salah satu bentuk karma atas perbuatannya yang mengkhianati kepercayaan kedua orang tua. Tentang kesanggupan menjaga diri padahal nyatanya tidak. Dia merusak diri baik secara fisik dan mentalnya."Ren!" panggilan dari seseorang yang sedang berjalan ke arah Rennata dengan sedikit
Read more

Bab 6 Bantuan Balas Dendam?

Bab 6"Dim, tolong ada yang terluka." Dimas menengok pada temannya— pemilik kafe bernama Darian. Dia melihat ke dalam melalui jendela kaca, sudah ada beberapa orang yang berkerumun pada satu titik dekat panggung band. Matanya mulai menelusuri dimana perempuan yang tadi sempat bersama dengannya— namun nihil.Ia lari ke dalam, mencari siapa orang yang terluka. Dirinya sempat mendengar jika ada pecahan botol ketika Renna diminta masuk. Pikirannya berpendar dan menduga mungkinkah Renna melukai dirinya sendiri."Arrrgghhh!!" jeritan seorang pengunjung memekakkan telinga. Dia berada di kerumunan paling depan.Dimas melihatnya. Disana, Renna duduk jongkok dan menunduk. Perempuan itu seakan tuli pada keadaan sekitar. Tangannya mengepal erat. Darah sudah terlihat menetes dari telapak tangan kanannya. Perempuan ini ada apa? Dimas menebak-nebak diamnya Renna seperti orang linglung. Ia segera menghampirinya. Ingin menyadarkan Renna yang mungkin sedang melamun.Seperti kemarin, perempuan itu mel
Read more

BAB 7 Kegamangan Dan Kepercayaan

Bab 7Renna menatap wajah lelaki di depannya dengan seksama. Terpeta setiap keseriusan yang ada. Tangisnya sudah mulai reda. Sesak yang sempat di rasanya tadi berangsur berkurang.Tatapan hangat yang memancarkan keseriusan itu memudarkan kecemasan yang dia rasa. Isaknya hanya terdengar sesekali. Dimas merapikan rambutnya dan berbisik tentang rencana-rencana hebat dalam balas dendam versi lelaki itu."Jadilah perempuan yang lebih baik, hingga dia menyesal karena meninggalkanmu." bisiknya ringan pada telinga Renna.Membawa hawa merinding di sekujur tubuh Renna. Lelaki ini benar-benar membuatnya merasakan nyaman dalam arti yang berbeda. Tatapan yang lembut menyampaikan keseriusan dan ketegasan secara bersamaan.Renna terpaku sesaat pada tatapan tersebut sebelum akhirnya kesadaran membawanya ke dunia nyata sekarang. "Ayo pulang, aku anterin."Dimas menepuk pundaknya dan membantu Renna berdiri. Perempuan itu menunduk karena rasa malu. Merasa jika tindakannya kali ini telah melewati batas.
Read more

Bab 8 Terang Bulan

Bab 8'Jika pulang nanti tunggu aku. Aku akan mengantarmu'Pesan dari Dimas baru saja dia baca. Pesan yang selalu dikirim lelaki itu secara rutin belakangan ini untuknya. Dimas selalu berpesan akan mengantarnya dan lelaki itu memang tak pernah absen mengantar Renna pulang.Telah lewat dua minggu setelah kejadian Dion mengancamnya di dekat halte bus kampus dan setelah kejadian tersebut secara tiba-tiba Dimas menjadi lebih waspada dalam menjaganya. Padahal Renna tak pernah menceritakan kejadian pengancaman itu pada Dimas. Dia terlalu takut jika semakin merepotkan sosok penolongnya. Namun siapa sangka jika ternyata lelaki itu memiliki firasat tersendiri.Setiap mengantarnya pulang maka akan beralasan bahwa jalanan ke tempat tinggal Renna sangat sepi dan gelap. Kejahatan bisa mengintai dimana saja.Renna juga merasa resah setiap malam terutama kala pagi menyambut, saat dirinya akan berangkat bekerja sebagai loper koran pada pagi buta. Keresahan yang ia rasa karena takut jika Dion akan mun
Read more

Bab 9 Cempaka

Bab 9Suasana kota pagi ini sangatlah lengang. Masih bisa dikatakan cukup gelap untuk pembukaan hari mereka. Dimas mengemudikan mobilnya dengan tenang tanpa terganggu macet. Mengajak Renna membelah jalanan kota menuju tempat tujuannya pagi ini.Hawa dingin merasuk ke kulit mereka. Renna mengencangkan jaketnya— mengharap hangat. Sabuk pengaman telah melekat pada tubuh kurusnya. Dimas memakai sebuah sweater warna hitam yang dipadukan celana jeans warna sepadan. Sedangkan Renna juga mengenakan pakaian warna senada. Hitam, seperti pesan Dimas tadi pagi.'Pakai warna hitam, biar couple.'Dimas juga mengenakan kacamata hitam, bagi Renna masih terlalu gelap memakainya. Renna memeluk tubuhnya sendiri. AC mobil masih dinyalakan lelaki sebelahnya— sangat tidak peka. Suara radio mobil menggema dari dalam. Meninggalkan jejak musik yang keras di dalam mobil.Ingin Renna bersuara tapi musik dari radio cukuplah keras. Ditambah Dimas yang ikut asyik bersenandung."Dingin!" ucap Renna mendekat pada te
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status