Share

Luka (Yang) Cantik
Luka (Yang) Cantik
Penulis: Ana De

Prolog

Penulis: Ana De
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Prolog

Ssshhh.

Suara desisan seorang perempuan yang bertelanjang tubuh. Sedang memungut pakaian miliknya yang ada di bawah kasur. Bulu kulitnya meremang merasakan dinginnya malam gelap. Ditambah rasa nyeri pada area kewanitaannya bertambah perih.

Rennata—perempuan yang sedang bertelanjang. Sesekali menekan bagian bawah perutnya dan berjalan dengan sedikit membuka lebar jarak kedua kaki. Berharap rasa nyeri sedikit mereda.

Sudah hampir 2 tahun ini, kegiatannya adalah seperti ini. Bukan hanya tubuhnya yang merasakan sakit tapi juga hatinya. Kekasihnya—Dion. Baru saja melakukan hal yang ia bilang tak akan mengulangi ini lagi.

Melukainya dengan bersetubuh lalu memakinya karena Rennata tak sempurna lagi di hadapan kekasihnya. Rennata memendam segala hal yang ia rasakan. Perih di tubuhnya tak sebanding dengan perih di hatinya. Sudah dua tahun memilih diam sebab Rennata adalah perempuan biasa yang merasakan naifnya percintaan. Dirinya menjadi terikat dalam 'toxic relationship' beberapa orang berkata hubungan semacam ini adalah dimana korban merasa jika dirinya tak percaya diri hingga lebih sakit dibanding tak bersama kekasihnya.

Ya, karena rasa percaya diri yang kurang setelah dirusak baik mental ataupun fisik adalah penyebab utamanya. Seperti yang Rennata alami. Bukan hanya fisik, namun juga hatinya yang terlanjur sakit namun tak mengerti mengapa rasanya bagi Rennata obat tersebut adalah kehadiran Dion.

"Renn." suara serak memanggilnya. Dion—kekasihnya yang tertidur di atas kasur berselimutkan selembar kain berbulu dengan motif bintang.

"Iya, sayang." jawab Rennata yang berjalan mendekat setelah berhasil merapikan pakaian yang berserakan.

Hanya seperti itu lelakinya hanya akan memanggil lalu kembali tertidur setelah memastikan Rennata masih disana—tidak kaburkan diri dari belenggu sikap dan otoritasnya.

Rennata hanya terdiam memerhatikan kekasihnya yang tertidur di atas kasur. Tubuh yang sama telanjangnya dengan dirinya di balik selimut itu. Orang yang ia pikir penyelamat pada awalnya adalah orang yang merenggut keperawanannya dengan iming-iming.

'Kita akan bahagia. Aku tidak akan meninggalkanmu. Aku akan membahagiakanmu.'

Untuk saat ini bagi Rennata semua itu adalah palsu. Tak ada pembuktiannya. Namun dia tetap menunggu lelaki tersebut menunaikan janji yang terucap dua tahun lalu di atas kasur itu. Dia yakin akan adanya masa itu.

Rennata memilih untuk membersihkan diri. Mengguyur tubuhnya di bawah shower kamar mandi. Yang pasti dapat ia duga, tetangga kosnya pasti sedang membicarakan dirinya—lagi.

Terkadang Rennata merasa dirinya sangat kotor dan kesepian. Hanya ada Dion dalam hidupnya di kota. Jauh dari orang tua membuatnya merasa bebas namun akhirnya menjatuhkan dia ke jurang yang membuatnya sakit.

"Hah..." helaannya panjang. Rennata merasa sekujur tubuhnya merasakan dinginnya air malam dengan tajam. Seperti jarum yang menusuk kulit dengan sensasi dingin.

Dia memikirkan lagi masa yang dilalui selama dua tahun ini. Banyak kesakitan dibanding bahagia seperti yang dijanjikan.

Mereka—Rennata dan Dion memiliki beberapa hutang di rentenir. Padahal keduanya sama-sama tak bekerja. Dion hanya serabutan sambil kuliah sedang dirinya berkuliah itu saja uang dari orang tuanya di kampung terkadang ia memilih kerja paruh waktu meski akhirnya dirinya dipecat akibat sering ijin. Penyebab utama mereka berhutang adalah untuk memenuhi gaya hidup Dion, lelaki itu berkuliah di kampus yang terkenal sebagai tempat orang kaya. Maka gaya hidupnya harus menyesuaikan.

Tetapi namanya hutang harus dilunasi. Kos tempat mereka sering di datangi debt collector untuk menagih hutang. Rennata beberapa kali menggunakan uang kuliahnya hingga beberapa biaya lainnya untuk kuliah tertunggak. Hati Rennata sebenarnya merasa miris. Ingat bahwa itu hasil jerih payah orang tuanya yang petani di kampung. Mau bagaimana lagi ini adalah usaha orang kepepet bagi Rennata. Walau sebenarnya sangat salah dengan selanjutnya berbohong ke orang tuanya.

Dirinya sudah terlanjur masuk ke dunia ini. Sosok penyayang dan polosnya telah terenggut dua tahun lalu. Lelaki itu mengubahnya. Dan dengan naifnya, Rennata mempercayai lelaki itu.

Meski lelakinya adalah sosok brengsek bagi beberapa temannya—misalnya. Tak ada yang mau mendengar penjelasannya tentang beberapa kebaikan lelaki itu. Karena temannya akan mengucapkan hal yang sama.

'Dion itu brengsek'

Sekiranya itu adalah kata teman Rennata. Mereka menyalahkan Dion karena lelaki itu Rennata mengalami krisis baik dari material hingga finansial. Bukan hanya merusak fisik namun juga mental Rennata pelan-pelan. Bahkan terkadang mereka—teman Rennata— melihat luka lebam di tangan Rennata. Temannya juga sering melihat Rennata menjadi pemurung dibanding ceria. Kala berkumpul saja, Rennata nampak menyendiri dibanding membaur. Sosok Rennata bagi teman-temannya adalah sosok kesepian saat keramaian hingga Dion hadir— sosok yang bagi Rennata merasa membutuhkannya— membuat gadis itu terjebak dalam hubungan tak sehat.

"Renn..." panggil Dion lagi.

Rennata yang sedang keramas segera menyalakan shower dan membilas sisa shampo di kepalanya.

"Iya sayang." jawab Rennata sambil membuka pintu kamar mandi.

Matanya menyapu ruangan gelap yang hanya terang dari jendela kamar kos lantai 3 ini. Sinar rembulan yang masuk memang tak terlalu terang akan tetapi cukup bagi Rennata melihat bahwa lelakinya telah pergi— seperti biasanya datang dan pergi semaunya.

Namun seperti yang dia ketahui, lelakinya menepati satu janji yang pernah terucap 'Tak akan pernah meninggalkannya'

Sebanyak apapun mereka bertengkar maka Dion akan kembali dengan kata-kata yang sama. 'Hanya kamu satu-satunya.' Disambut Rennata dengan baik karena perasaannya.

Kebodohan yang terus berulang selama dua tahun. Sebenarnya dalam benaknya, dia sudah lelah dengan drama hubungan beracun ini yang tak tahu akan berakhir bagaimana—pertanyaan tersebut selalu hadir dibenaknya kala Dion memperlakukannya bak sampah.

***

Bab terkait

  • Luka (Yang) Cantik   Bab 1 Perempuan Yang Telah Lelah

    Renna—panggilannya sewaktu di kampus. Berjalan menyusuri koridor kelas dengan harapan hari ini tak terlambat atau dosen yang terkenal 'killer' akan memarahinya lagi dan paling parah adalah memberi nilai D pada rapor akhir semester. Pagi ini dia bangun kesiangan karena tak ada alarm yang menyala tepat waktu ditambah rasa lelah dan kantuk seusai semalaman 'bermain' dengan Dion. Setelah lelaki itu—Dion pergi, Renna butuh waktu lama untuk tidur. Ia merasakan perih di pundak yang setelah dicek tadi pagi sewaktu bercermin nyatanya lebam—mungkin akibat dari benturan pundaknya dengan tembok kemarin malam saat lelakinya mendorong. Renna membuka pintu kelas pelan. Ternyata sang dosen telah disana. Dosen perempuan dengan perawakan pendek serta kacamata yang tebal itu meliriknya tajam. Ah, hari ini Renna sial lagi! Dia hanya mematung menunggu dosen tersebut memberi intruksi untuknya. Namun tak ada respon, dosennya masih menatap tajam padanya. "Kau yang keluar atau aku yang harus berhenti men

  • Luka (Yang) Cantik   Bab 2 Memutus Tapi Meninggalkan Beban

    Bab 2 Selang kepergian lelaki itu—Dion. Suasana kembali senyap tak ada bisik-bisik lagi. Renna yakin beberapa tetangga tadi keluar melihat pertengkaran mereka yang kali ini cukup hebat. Renna memutuskannya bukan karena foto tadi siang—yang ditunjukkan Lea. Sudah beberapa malam dia tidak bisa tidur karena merasakan sakit di tubuh dan hatinya. Luka di tubuh dapat sembuh tetapi tidak dengan luka di hatinya. Dia mencari jawaban kenapa rasanya sangat sakit. Sesak dan perih, luka semacam ini tak berdarah namun sakitnya bisa sangat lama. Menimbulkan kecemasan yang cukup panjang serta menurunkan kepercayaan diri. Rasa keberhargaan yang kurang. Perasaan yang menggerogoti Renna dalam kurun waktu lama. Dia hanya merasa perlu melakukannya— memutus hubungan setelah terbelenggu cukup lama dalam kecemasan. Mencoba bebas dari perasaan sakitnya. Dia mengusap matanya yang masih agak basah. Merapikan rambutnya yang berantakan. Meletakkan ransel yang sempat ia peluk ke lantai—ransel berisi perhiasan y

  • Luka (Yang) Cantik   Bab 3 Siapa Yang Tak Tahu Diri?

    Bab 3 Bip! Suara mesin Tap On Bus di dekat sopir bus trans kota. Renna memandang ke barisan penumpang bus yang tak terlalu banyak untuk jurusan ini—mungkin karena masih jam kerja. Renna berjalan memilih tempatnya duduk. Tak ada yang peduli dengan kehadirannya dan seharusnya memang begitu. Untuk apa tahu siapa yang menumpang dalam bus lengang ini. Selama mereka menikmati perjalanan yang cukup murah untuk sekali jalan dan sampai tujuan dengan selamat—hanya itu tujuan mereka. Penumpang bus itu sama dengan bertemu orang-orang asing yang berusaha asik. Mereka berkenalan dalam bus lalu setelah keluar maka tak saling bertemu sapa lagi—mungkin memang hukum alam seperti itu. Renna memilih duduk di kursi paling belakang pada sisi kiri. Dia menyandarkan bahunya—merasa lelah karena berjalan dari gedung tempatnya tinggal ke halte bus membutuhkan banyak tenaga apalagi saat cuaca sedang terik seperti sekarang. Tak banyak pohon di trotoar yang hanya membuat semakin terasa panas dan Renna sudah b

  • Luka (Yang) Cantik   Bab 4 Patah Hati Itu Butuh Energi

    Bab 4 Gelap!Kepalanya terasa pening! Dia membuka mata perlahan, samar-samar melihat lampu berwarna putih terang dengan langit-langit ruangan yang sewarna—cukup menyilaukan. Tercium pula bau obat-obatan. Tangannya terasa kebas. Tak lama setelahnya—ketika dirinya telah sadar sepenuhnya. Dia menyadari sudah tertidur di suatu tempat dengan tirai yang membingkai kanan kiri dan depannya. Tangan kirinya telah terpasang infus. Renna sudah bisa menebak dimana dirinya tanpa bertanya dan diberitahu—rumah sakit. Dia memandang sekitar tempatnya tidur. Tak ada orang yang menunggu. Keadaan diluar tirai begitu ramai orang mengobrol berbanding terbalik dengan tempat yang hanya ada dirinya seorang. Dia mengingat apa yang terjadi hingga berakhir di rumah sakit. Renna hanya ingat bagian ucapan tentang meminta uang 700 ribu pada Dimas dan setelahnya hanya gelap yang diingat. Renna menegok ke bawah selimut yang menutup tubuhnya hingga di bawah dagu. Hoodie yang dipakainya tadi pagi telah terlepas pad

  • Luka (Yang) Cantik   Bab 5 Test Tingkat Stress

    Bab 5Renna memandangi kertas yang baru saja dirinya ambil dari Kantor Administrasi Akademik. Sebuah form panjang untuk pengajuan cuti kuliah selama dua semester. Setelah berkonsultasi pada Kaprodi tentang kondisi kesehatannya yang menurun beberapa hari—dia berbohong agar diizinkan.Semalam dia sudah memikirkan strategi pengajuan cuti ini. Dirinya ingin mengambil beberapa jeda waktu untuk fokus mengumpulkan uang. Banyak hal yang menjadi bahan perenungan sebelum memilih untuk cuti kuliah termasuk kondisi keuangan orang tua dan dirinya sendiri. Krisis sangat terasa sekarang untuk Renna.Tak ada penghasilan pasti ditambah dengan kiriman uang yang mungkin dikurangi hingga beberapa bulan ke depan.Mungkin ini adalah salah satu bentuk karma atas perbuatannya yang mengkhianati kepercayaan kedua orang tua. Tentang kesanggupan menjaga diri padahal nyatanya tidak. Dia merusak diri baik secara fisik dan mentalnya."Ren!" panggilan dari seseorang yang sedang berjalan ke arah Rennata dengan sedikit

  • Luka (Yang) Cantik   Bab 6 Bantuan Balas Dendam?

    Bab 6"Dim, tolong ada yang terluka." Dimas menengok pada temannya— pemilik kafe bernama Darian. Dia melihat ke dalam melalui jendela kaca, sudah ada beberapa orang yang berkerumun pada satu titik dekat panggung band. Matanya mulai menelusuri dimana perempuan yang tadi sempat bersama dengannya— namun nihil.Ia lari ke dalam, mencari siapa orang yang terluka. Dirinya sempat mendengar jika ada pecahan botol ketika Renna diminta masuk. Pikirannya berpendar dan menduga mungkinkah Renna melukai dirinya sendiri."Arrrgghhh!!" jeritan seorang pengunjung memekakkan telinga. Dia berada di kerumunan paling depan.Dimas melihatnya. Disana, Renna duduk jongkok dan menunduk. Perempuan itu seakan tuli pada keadaan sekitar. Tangannya mengepal erat. Darah sudah terlihat menetes dari telapak tangan kanannya. Perempuan ini ada apa? Dimas menebak-nebak diamnya Renna seperti orang linglung. Ia segera menghampirinya. Ingin menyadarkan Renna yang mungkin sedang melamun.Seperti kemarin, perempuan itu mel

  • Luka (Yang) Cantik   BAB 7 Kegamangan Dan Kepercayaan

    Bab 7Renna menatap wajah lelaki di depannya dengan seksama. Terpeta setiap keseriusan yang ada. Tangisnya sudah mulai reda. Sesak yang sempat di rasanya tadi berangsur berkurang.Tatapan hangat yang memancarkan keseriusan itu memudarkan kecemasan yang dia rasa. Isaknya hanya terdengar sesekali. Dimas merapikan rambutnya dan berbisik tentang rencana-rencana hebat dalam balas dendam versi lelaki itu."Jadilah perempuan yang lebih baik, hingga dia menyesal karena meninggalkanmu." bisiknya ringan pada telinga Renna.Membawa hawa merinding di sekujur tubuh Renna. Lelaki ini benar-benar membuatnya merasakan nyaman dalam arti yang berbeda. Tatapan yang lembut menyampaikan keseriusan dan ketegasan secara bersamaan.Renna terpaku sesaat pada tatapan tersebut sebelum akhirnya kesadaran membawanya ke dunia nyata sekarang. "Ayo pulang, aku anterin."Dimas menepuk pundaknya dan membantu Renna berdiri. Perempuan itu menunduk karena rasa malu. Merasa jika tindakannya kali ini telah melewati batas.

  • Luka (Yang) Cantik   Bab 8 Terang Bulan

    Bab 8'Jika pulang nanti tunggu aku. Aku akan mengantarmu'Pesan dari Dimas baru saja dia baca. Pesan yang selalu dikirim lelaki itu secara rutin belakangan ini untuknya. Dimas selalu berpesan akan mengantarnya dan lelaki itu memang tak pernah absen mengantar Renna pulang.Telah lewat dua minggu setelah kejadian Dion mengancamnya di dekat halte bus kampus dan setelah kejadian tersebut secara tiba-tiba Dimas menjadi lebih waspada dalam menjaganya. Padahal Renna tak pernah menceritakan kejadian pengancaman itu pada Dimas. Dia terlalu takut jika semakin merepotkan sosok penolongnya. Namun siapa sangka jika ternyata lelaki itu memiliki firasat tersendiri.Setiap mengantarnya pulang maka akan beralasan bahwa jalanan ke tempat tinggal Renna sangat sepi dan gelap. Kejahatan bisa mengintai dimana saja.Renna juga merasa resah setiap malam terutama kala pagi menyambut, saat dirinya akan berangkat bekerja sebagai loper koran pada pagi buta. Keresahan yang ia rasa karena takut jika Dion akan mun

Bab terbaru

  • Luka (Yang) Cantik   Bab 16 Obrolan Kopi Dan Kentang Patah Hati

    Bab 16Renna berjalan keluar dari gedung lebih pagi. Keadaannya jauh dari kata baik-baik saja. Meski telah mandi, nyatanya wajah sembab masih terpatri pada wajahnya. Rambutnya terikat rapi. Langkahnya cepat dan berharap sampai ke tempat kerjanya lebih pagi.Tapi sepanjang jalan, keadaannya masih sedikit orang. Di salah satu bawah pohon seorang pria tengah berdiri dengan selebaran di tangannya. Renna melangkah lebih cepat melewati orang itu, tapi pria itu menyodorkan sebuah kertas yang berisi kalimat penyemangatnya.'Konsultasikan traumamu kepada kami'Seperti itulah tulisan di dalamnya, dengan tatapan bingung Renna menghadap pria itu, mereka saling berpandangan satu sama lain. Renna menatapnya bingung."Dari rautmu, kamu pasti sedang bersedih."Ucapan pria itu membuat Renna sedikit terkesima. Perempuan itu terdiam dan menatap cukup lama. "Kamu pasti menangis sepanjang malam. Tak apa untuk tak baik-baik saja."Ucapan selanjutnya kian membuat Renna menitikkan air mata. "Apakah terlihat j

  • Luka (Yang) Cantik   Bab 15 Setiap Manusia Itu Ada Lukanya

    Bab 15"Ren, Dimas sudah ada di luar." ujar Darian padanya Renna sedang duduk di kursi kasir sambil melamunkan kejadian tadi siang.Renna mengambil tas ransel hitam miliknya yang berada di bawah meja kasir lalu mencantolkannya pada bahu. Dia melangkah keluar dari kafe yang telah sepenuhnya sepi dan gelap. Kafe telah tutup dari jam 10 malam dan tentunya kini para karyawan telah pulang hanya meninggalkan Renna serta Darian sang pemilik kafe di dalamnya karena menunggu sosok bernama Dimas. Semua penungguan lama ini karena lelaki itu terus mengirimi pesan beruntun penuh ancaman yang menggelikan.'Malam ini aku antar, jika kau pergi duluan nanti aku langsung masuk ke kamarmu'Pesan berurutan yang membuat Renna jengah dan geli sendiri. Lelaki tersebut lebih seperti kekasih yang posesif di suatu waktu dan sisanya bak orang asing yang saling mengenal. Renna membuka pintu kaca kafe. Di sana dia mengedarkan pandangan dan matanya langsung disambut oleh sosok Dimas yang berdiri di depannya sambil

  • Luka (Yang) Cantik   Bab 14 Gelas Yang Retak

    Bab 14Pukulan Dimas pada Dion telak membuat lelaki yang menjadi lawannya tersungkur jatuh di lantai. Membuat pekikan para tetangga yang melihatnya diiriingi bisikan mereka tentang betapa kacaunya hari ini. Sedang Renna yang bersembunyi di balik badan Dimas mulai merinding. Dia memejamkan matanya, menerka seberapa hebat nanti pertengkaran ini.Dan setelah ucapan Dimas tadi, semua orang terdiam. Tetangga yang bergunjing menjadi diam dengan ancaman Dimas pada Dion yang penuh titah tak terbantahkan, seolah ia adalah raja disana. Semua mata ikut menelisik, dimana perempuan yang membuat masalah ini. Lebih tepatnya, perempuan sumber pertengkaran tersebut.Dion mengusap ujung bibirnya yang berdarah, pukulan Dimas sangat menyakitkan teruntuk dirinya apalagi ia yang belum siap menerimanya. Atau memang tak akan pernah siap, Dion bukan orang yang pandai berkelahi. Beberapa pasang mata melihat mereka berdua— lelaki yang memukul dan di pukul. Kini wajah Dion kian memerah menahan marah serta malu.H

  • Luka (Yang) Cantik   Bab 13 Pulang

    Bab 13 Tak ada hal yang baik-baik saja setelah mengalami kejadian yang traumatis. Mereka selalu mencoba untuk baik-baik saja dengan harapan akan hilangnya semua ingatan traumatis tersebut atau setidaknya bisa memaafkan.Dan hal itu yang Renna coba selama hampir 10 hari di tempat ini. Dia bak orang yang tengah bersembunyi dari banyaknya manusia di luar sana. Perempuan itu masih terbaring pada ranjang rumah sakit dengan Dimas yang menjaganya sesekali. Lelaki itu memang tak selalu ada untuknya dalam 24 jam tapi akan tetap menjaga dan merawat pada pagi hari serta di malam hari seusai pulang kerja.Luka-luka yang ia dapat dari kejadian itu mengering dan hanya meninggalkan beberapa bekas yang akan sembuh beberapa waktu ke depan, namun hanya luka fisik yang mengering. Tetapi tidak dengan luka pada hati dan memorinya. Semua kenangan itu sesekali seperti kaset rusak yang tiba-tiba hadir dalam lamunannya. Dan ketika kenangan buruk itu muncul, Renna hanya memejamkan matanya dan menahan tangis—

  • Luka (Yang) Cantik   Bab 12 Penyesalan Dimas

    Bab 12 Dimas terus melangkah melalui gang sempit menuju mobilnya yang terparkir di luar area tersebut. Beberapa saat lalu ia bertemu dengan rentenir yang menjerat Renna hingga perempuan itu mengalami hal memilukan— Yang mungkin menjadi trauma terbesarnya.Berurusan dengan debt collector yang menyiksa dan hampir memperkosa perempuan itu.Dimas berjalan dengan tenang. Tak menghiraukan tatapan beberapa orang yang melihatnya dengan tatapan takjub bahkan meremehkan karena baru saja keluar dari tempat rentenir paling kejam di kota ini. Dari semua tempat yang selalu berurusan dengannya, Dimas tak mengerti kenapa sekarang dirinya terlibat lebih jauh hingga ke area semacam ini. Tempat yang sangat jauh dari kata baik-baik saja. Berada pada area kumuh pinggir kota dekat dengan dermaga.Ia memang bukan orang yang bersih hingga tak pernah berurusan dengan sisi gelap. Tapi setidaknya, itu adalah masa lalunya sebelum menjadi dokter. Masa- masa dimana ia rajin berkelahi dengan orang yang meremehkan d

  • Luka (Yang) Cantik   Bab 11 Shocked

    Bab 11 "Dar, tolong jemput Renna dan antar dia. Mobilku di kafe dekat toko roti Wangi. Nanti aku kirim pesan untuk menjemputku dimana." pesan Dimas pada Darian melalui via telepon."Baik bro." jawab dari seberang.Dimas mematikan ponselnya dan menaruhnya ke saku celana. Saat ini ia berada dalam ambulans menuju rumah sakit terdekat. Dirinya mengikuti pasien tersebut untuk memastikan pasien itu selamat.Hanya sekali ini akan meninggalkan Renna untuk pulang sendirian, meski dalam benaknya penuh firasat buruk. Dimas mengambil nafasnya dalam. Ada rasa ketakutan jika terjadi apapun pada Renna. Namun perasaan itu ia tepis dengan berpikir positif, Renna akan pulang bersama Darian dan tentunya itu akan lebih baik daripada pulang sendirian."Ayo, pak. Kita sampai." ucap salah seorang petugas menyadarkan dirinya. Ia segera turun disambut beberapa petugas medis disana.Dimas mengikuti setiap langkah para petugas medis. Terus mengikuti mereka hingga sampai ke ruang gawat darurat. Ia hanya bisa m

  • Luka (Yang) Cantik   Bab 10 Tragedi

    Bab 10Film telah usai semenjak tadi. Acara nonton mereka cukup lancar sampai akhir, tak ada drama terlambat sampai tempatnya. Bahkan film horor yang diputar tadi tak memecah keheningan mereka yang masih saling membisu.Sudah pernah dikatakan bahwa Renna tak takut pada hantu, dia lebih takut pada pikiran buruknya. Setelah keluar dari bioskop mereka berada disini. Di kafe yang kemarin siang Renna antarkan pesanan belanja.Awalnya Dimas mengajak untuk makan di kafe tempat kerjanya, tapi karena merasa malu Renna menolaknya. Dan oleh sebab itu mereka sampai disini. Kafe ini cukup sepi dibanding kafe milik Darian.Tak ada band kafe seperti kafe Darian yang ada hanya musik dari pengeras suara pada setiap penjuru ruangan untuk mengisi hiburan di tempat ini. Mereka berdua sedang menyantap makan malam sebagai penutup liburan hari ini.Renna menyantap makanannya dengan tenang tanpa tergesa, perutnya tak terlalu lapar karena Dimas terus mengajaknya membeli camilan saat di mall. Sedang lelaki it

  • Luka (Yang) Cantik   Bab 9 Cempaka

    Bab 9Suasana kota pagi ini sangatlah lengang. Masih bisa dikatakan cukup gelap untuk pembukaan hari mereka. Dimas mengemudikan mobilnya dengan tenang tanpa terganggu macet. Mengajak Renna membelah jalanan kota menuju tempat tujuannya pagi ini.Hawa dingin merasuk ke kulit mereka. Renna mengencangkan jaketnya— mengharap hangat. Sabuk pengaman telah melekat pada tubuh kurusnya. Dimas memakai sebuah sweater warna hitam yang dipadukan celana jeans warna sepadan. Sedangkan Renna juga mengenakan pakaian warna senada. Hitam, seperti pesan Dimas tadi pagi.'Pakai warna hitam, biar couple.'Dimas juga mengenakan kacamata hitam, bagi Renna masih terlalu gelap memakainya. Renna memeluk tubuhnya sendiri. AC mobil masih dinyalakan lelaki sebelahnya— sangat tidak peka. Suara radio mobil menggema dari dalam. Meninggalkan jejak musik yang keras di dalam mobil.Ingin Renna bersuara tapi musik dari radio cukuplah keras. Ditambah Dimas yang ikut asyik bersenandung."Dingin!" ucap Renna mendekat pada te

  • Luka (Yang) Cantik   Bab 8 Terang Bulan

    Bab 8'Jika pulang nanti tunggu aku. Aku akan mengantarmu'Pesan dari Dimas baru saja dia baca. Pesan yang selalu dikirim lelaki itu secara rutin belakangan ini untuknya. Dimas selalu berpesan akan mengantarnya dan lelaki itu memang tak pernah absen mengantar Renna pulang.Telah lewat dua minggu setelah kejadian Dion mengancamnya di dekat halte bus kampus dan setelah kejadian tersebut secara tiba-tiba Dimas menjadi lebih waspada dalam menjaganya. Padahal Renna tak pernah menceritakan kejadian pengancaman itu pada Dimas. Dia terlalu takut jika semakin merepotkan sosok penolongnya. Namun siapa sangka jika ternyata lelaki itu memiliki firasat tersendiri.Setiap mengantarnya pulang maka akan beralasan bahwa jalanan ke tempat tinggal Renna sangat sepi dan gelap. Kejahatan bisa mengintai dimana saja.Renna juga merasa resah setiap malam terutama kala pagi menyambut, saat dirinya akan berangkat bekerja sebagai loper koran pada pagi buta. Keresahan yang ia rasa karena takut jika Dion akan mun

DMCA.com Protection Status