Semua Bab Istri Penguasa Untuk 90 Hari: Bab 1 - Bab 10

111 Bab

Pertemuan Pertama

Jakarta, 1980.“Biarkan aku menikmatinya. Dia sangat cantik! Ah … kau memang luar biasa.”“Ibu …”Bayangan itu selalu hadir. Sebuah bayangan yang membuat seorang gadis harus menahan ambisinya yang meluap.“Aku selalu mengingatnya. Dia … tidak akan aku biarkan lolos,” ucapnya dengan amarah yang masih harus tertahan.“Aku tahu. Sekarang, lebih baik kau mempersiapkan dirimu,” balas seorang lelaki. Tubuhnya dipenuhi tato naga.“Aku ingin keluar. Sudah lama kau mengurungku. Aku ingin bersenang-senang. Hari ini ada pesta lampion.”“Tidak mungkin. Kau akan keluar jika saatnya tiba. Aku tidak bisa membiarkanmu.”Gadis itu berjalan cepat, mendekati lelaki yang segera memalingkan wajahnya. Dia segera menghindar untuk mencegah keinginan sang gadis yang bernama Zulaika.Zulaika adalah gadis yang sangat cantik jelita. Perawakannya hampir sempurna. Dia sangat tinggi dan berkulit putih. Rambutnya yang hitam tebal, membuat dia terlihat sangat menawan. Apalagi, lesung pipinya. Membuat senyuman indah m
Baca selengkapnya

Mulai Memikat

Busana merah dengan sangat seksi telah Zulaika gunakan. Ditambah polesan sedikit tebal, membuat kecantikannya terlihat tajam. Kini dia memandangi dirinya sendiri di depan cermin. Memperlihatkan senyuman yang menjadi pesona tanpa batas dalam dirinya. Kaki jenjangnya terlihat sangat indah saat busana itu membelah ketika dia berjalan. Memperlihatkan kedua pahanya yang sangat mulus.“Kau siap?” Dia, lelaki yang selama ini mengasuhnya. Menatap Zulaika yang terlihat tegang. Dia sekali lagi memeluk gadis itu, mengelusnya perlahan. “Jangan menyerah dalam hal apa pun. Selama ini aku sudah mengajarimu semuanya. Ingatlah pesanku. Sembilan puluh hari saja, sudah cukup untuk membuatmu memenangkan kedua hati itu,” lanjutnya sembari menarik napas panjang. Tidak dipungkiri, batin itu sebenarnya sangat resah.“Ini hari yang aku tunggu. Mereka akan menerima semuanya.”Zulaika mulai masuk ke dalam mobil bersamanya. Menuju pesta yang selalu Arman Maulana adakan dengan semua bangsawan lainnya.**Jubah be
Baca selengkapnya

Ramalan Dan Kutukan

Arman masih saja tidak terima. Pandangannya lurus ke depan dengan tajam. Semua pengawal tidak ada yang berani mengatakan sesuatu kepadanya.“Sialan. Wanita itu sudah mempermainkan aku. Ini menyangkut harga diriku.”Tangan kuat dan kekar milik Arman menghentak keras. Membuat jok depan sedikit sobek. Dia masih mengatur napasnya. Kedua matanya memejam, sambil menekan jantungnya. Debaran itu semakin hebat saat mengingat Zulaika. Arman berusaha mengingkarinya. Dia tidak bisa terlihat lemah karena wanita!“Siapkan salah satu istriku. Aku ingin dia menuju ke kamar saat aku pulang. Cepat!”Pengawal di sebelah sopir hanya menganggukkan kepala tanpa berkata. Dengan cepat, dia menghubungi kepala pelayan untuk mempersiapkan keinginan Arman. Sementara, Arman terus menggelengkan kepala saat ingatannya dipenuhi senyuman Zulaika.“Argh, tidak!” teriaknya tiba-tiba. “Aku ingin dua. Yah, kedua istriku akan memuaskanku malam ini. Cepat!”Batinnya terus berteriak. Arman masih berusaha mengatasi dirinya s
Baca selengkapnya

Menuju Kediaman Maulana

Ardian tiba-tiba masuk ke dalam kamar Arman. Dia mendengar kakaknya bergumam cukup keras, membuat dia menawarkan diri untuk mencari Zulaika. "Biarkan aku yang mencarinya," kata Ardian dengan cukup tegas. Dia kali ini berani memandang sang kakak. Walaupun Arman sudah memasang wajah angker. "Apa?" tanya Arman dengan singkat. Dia berjalan perlahan mendekati sang adik. Kedua mata mereka yang sangat tajam, saling menatap. Persaingan kini sudah dimulai. "Aku, akan mencarinya."Ardian selama ini selalu saja diam. Bahkan, tidak pernah merebut apa pun milik sang kakak. Namun, kini berubah. Membuat Arman sangat terkejut. “Aku … akan mencarinya!” lanjutnya tegas."Sejak kapan kau berani mengatakan ini kepada kakakmu? Bukankah kau tahu peraturanku? Tidak ada yang bisa menyela pembicaraan Tuan Besar," ucap Arman pelan namun menekan. Pandangan itu masih menyorot tajam, hingga kedua mata hitam itu tidak berkedip sama sekali.Ardian masih tidak menyerah. Dia malah mengangkat wajahnya."Kau sudah m
Baca selengkapnya

Awal Mula Pembalasan Dendam

Senyuman Zulaika sekali lagi membuat Arman lupa dengan amarahnya. Dia berdiri tegak, membuat sang penguasa keluar dari mobil dan perlahan menghampirinya.Kini, mereka berdua saling bertatapan tajam. Arman sedikit menggelengkan kepalanya, sambil tersenyum. Dia masih tidak percaya sudah dipermainkan oleh seorang wanita. Zulaika perlahan mengangkat tangan kanannya, mengelus pipi Arman.“Kau ….”Tanpa sadar, Arman memejamkan kedua matanya. Menikmati sentuhan itu. Semua wanita penghuni kerajaan Maulana, memandang dengan terkejut. Mereka masih saja tidak percaya melihat Arman. Lelaki kejam dan sedingin es batu, bisa luluh seketika hanya dengan senyuman. Apalagi Ardian juga berjalan mendekat. Spontan, Tuan Muda kedua itu menarik tangan Zulaika dan menatapnya dengan senyuman.“Senyuman bidadari. Sangat damai dan indah,” ucap Ardian. Tidak peduli Arman di sebelahnya memandang dengan tegang.Sesuatu kembali terjadi. Arman menarik Zulaika dan menggendongnya. Ardian kini terpaku dalam kecemburuan
Baca selengkapnya

Mulai Mendapat Serangan

Zulaika tidak percaya. Dia melihat Tuan Muda kedua berada di depan jendela kamarnya. Pemuda itu menaiki pohon, merayap seperti maling haus akan hasratnya."Berikan aku kebahagiaan. Senyuman itu sangat indah. Aku ingin kau memberikannya kepadaku," ucap Ardian. Pandangan wanita yang di hadapannya, tidak berubah. Zulaika menatap kaku Ardian. Dia mencengkeram dadanya. Ada sesuatu yang sangat aneh di sana. Getaran yang sama sekali tidak pernah dia rasakan. Namun, Zulaika berusaha menutupinya."Untuk apa kau ke sini?" tanya Zulaika. Walaupun pandangan yang dia berikan sangat tajam, Ardian tetap saja tersenyum. Dia semakin menaiki pohon itu hingga berada di ujungnya. Zulaika mengernyit dalam. Dia spontan menyingkir saat Tuan Muda melompat dan memasuki kamarnya."Keluarlah. Tidak baik kau berada di sini. Aku ini calon istri kakakmu."Zulaika mundur saat langkah lelaki tegap dan tinggi 190cm itu semakin melangkah mendekatinya. Zulaika berhenti saat punggungnya menabrak meja. Pandangannya teta
Baca selengkapnya

Pembalasan Arman

Arman tersenyum. Dia masih diam tidak melangkah masuk ke dalam. Semua istri sirinya terdiam kaku. Kecuali Ema. Dia mengangkat salah satu alisnya dengan tersenyum saat Melia memandangnya. Dia sudah mengatakan Zulaika akan menang, dan itu benar.Zulaika bersujud, mengangkat jepit rambutnya ke atas. Itu menandakan dirinya sudah siap menyerahkan dirinya kepada Arman.Kali ini kaki sang penguasa melangkah, mulai masuk ke dalam kamar. Dia menampis penjepit rambut itu. Zulaika tidak menyangka. Arman akan melakukannya. Zulaika berpikir, dia akan mendapatkan Arman dengan mudah. Ternyata tidak!"Aku tidak pernah menerima wanita manapun sebelum dia berhasil memikatku. Jangan pikir kau menang, wanita. Hmm, aku yang sudah berhasil memikatmu. Kau datang sendiri kepadaku. Kau pikir siapa dirimu!" Suara tegas, serak, masih membuat Zulaika masih tertunduk. Ini adalah penolakan yang sengaja dilakukan Arman. Dia tidak akan menyerah. Dia akan terus melawan!Arman terkekeh, lalu berjalan meninggalkan kama
Baca selengkapnya

Keributan Yang Tidak Terduga

Teriakan mencekam terdengar mengejutkan. Semua istri siri Arman dan pelayan yang tertidur lelap berhamburan keluar. Mereka terpaku. Tidak percaya dengan penglihatan mereka.Zulaika menyunggingkan senyuman. Puas! Melihat istri kedelapan dengan kejam diseret para pengawal keluar ruangan. Pengawal tersenyum saat membawanya. Arman sangat kesal jika seseorang mengabarkan hal buruk kepadanya. Tidak heran jika semua orang selalu menutup rapat mulut mereka saat mengetahui sesuatu. Itu demi keselamatan mereka.Konglomerat Malik Maulana saat hidup paling ditakuti di kota. Semua pengusaha kaya raya tunduk kepadanya. Bahkan, pejabat setempat tidak berkutik jika Malik Maulana menginginkan sesuatu. Kekayaan dan kesuksesannya tidak terbatas. Malik sangat ahli berbisnis.Malik adalah pemuda yang sangat jenius. Sejak kecil dia hidup sangat susah. Bahkan, menderita. Kedua orang tua Malik mati akibat kecelakaan misterius. Saat itu dia selalu saja menangis di makam ayah dan ibunya. Hingga seseorang menem
Baca selengkapnya

Mulai Bekerja Sama

Ardian mengernyit dalam. Terdiam kaku. Hatinya berdetak kencang. Dia tidak percaya, melihat Zulaika mengelap pisau kecil. Tangannya berlumuran darah. "Ckk, dia yang melakukannya? Bagaimana mungkin?" batin Tuan Muda. Tangannya mulai mendorong pintu itu. Zulaika terkejut. Dia tidak bisa menghindar. "Kau ... kenapa masuk ke dalam kamarku?" Zulaika meletakkan pisau itu di sebuah kotak berukiran khas Jawa. Pisau tajam hampir mirip dengan keris Jawa."Bagaimana caranya? Apakah kau yang melakukannya?" tanya Ardian cemas. Dia menarik Zulaika. Menatapnya dalam-dalam. Menunggu wanita itu menjawab pertanyaannya."Tidak ada bukti apa pun yang bisa membuatku tertangkap. Untuk apa menanyakan hal yang sangat mustahil? Bisakah wanita lemah sepertiku melakukannya?"Ardian memutuskan tidak membahasnya. Dia mengeluarkan satu bunga mawar merah tanpa duri. Dipasangkannya di telinga sebelah kanan Zulaika. Dipandangnya wajah itu yang semakin cantik. Sangat ... cantik. Perlahan, bibirnya mengecup. Zulaika
Baca selengkapnya

Saling Menyerang

Istri kedelapan mendekati Zulaika dan menjabat tangannya. "Aku Sera. Aku adalah anak dari salah satu manajer kantor perusahaan Maulana. Ayahku melakukan kesalahan. Dia mengambil uang perusahaan untuk mengobati ibuku yang saat itu sakit parah. Kami membutuhkan biaya sangat banyak," ucapnya dengan sendu. "Yah, Arman selalu saja memberikan gaji pas-pasan kepada semua pegawainya. Dia ... menginginkanku. Ayahku terpaksa menjualku. Tapi, Arman hanya menembus kesucianku saja satu tahun lalu. Setelah itu, dia tidak pernah menyentuhku. Bahkan, dia sering mengatakan jijik kepadaku," lanjutnya sembari menarik napas panjang. Hatinya tersiksa saat mengingatnya."Zulaika. Kenapa kau mau membalas dendam? Apakah kau juga korban dari Arman?" tanya Ema.Zulaika hanya menahan hatinya. Dia tidak akan pernah mengatakan aib itu."Peristiwa itu hanya untukku. Akan aku bongkar saatnya tiba," balas Zulaika singkat.Sera menyerahkan saputangan merah. Zulaika mengernyit, tidak mengerti dengan Sera. "Kenapa den
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status