Home / Romansa / Istri Penguasa Untuk 90 Hari / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Istri Penguasa Untuk 90 Hari: Chapter 31 - Chapter 40

111 Chapters

Pernikahan

Pintu terbuka lebar. Arman menatap sosok wanita yang menggunakan pakaian pengantin, menutup wajahnya, berdiri di hadapannya. Tuan Besar terkekeh. Dia membenarkan dasinya, sedikit melonggarkannya."Bukankah seharusnya kau berada di sana?" tanya Redrich menatapnya.Arman menghembuskan napas. Dia dengan gagah kembali menuju altar. Menunggu calon istrinya berjalan di tengah karpet merah yang sudah terbentang dipenuhi kelopak bunga mawar merah. Dengan sangat anggun sang pengantin berjalan. Walaupun wajahnya tidak terlihat, lekukan tubuhnya terlihat sangat sempurna.Ardian yang semula sedikit lega melihat calon pengantin wanita tidak hadir, kini harus menelan rasa pahit. Menyaksikan pernikahan sang bidadari di hadapannya."Kenapa aku harus mencintai dia? Kenapa ini harus terjadi? Andaikan saja aku lelaki biasa, dan bertemu dengannya sejak awal, apakah aku bisa berdiri di altar itu? Zulaika ... kenapa kau baru saja muncul?" batin Ardian akhirnya meninggalkan ruangan pernikahan. Hatinya semak
Read more

Menjadi Milik Arman

Arman memeluk Zulaika. Dia tidak menyangka akan sebahagia sekarang. Hatinya sangat tenang. Bahkan, Arman merasakan tidak pernah setenang ini dalam hidupnya. Dia merasakan kasih sayang seorang wanita yang memang dia butuhkan. Apalagi belaian Zulaika membuatnya melayang.Kedua matanya memejam, menikmati sentuhan itu. Di dalam air, mereka masih saja berpelukan."Apa yang aku rasakan? Malam itu, aku melihat seorang wanita yang sangat membahayakan. Pertama kali aku merasakan itu. Kau ... memang kejam Zulaika. Kenapa kau menyihirku seperti ini?""Aku kedinginan. Kita akan kembali. Kau ... akan aku hangatkan di ranjang itu."Arman tersenyum. Dia menarik Zulaika menuju ke permukaan. Menutup tubuh Zulaika dengan jasnya. "Biarkan saja baju pengantin itu. Aku lebih menyukaimu seperti ini," ucapnya masih menelisik tubuh Zulaika di balik jasnya yang kedodoran. Zulaika semakin terlihat menggemaskan.Arman memakai celananya, lalu menggendong Zulaika masuk ke dalam mobilnya. Dia melesatkan mobil itu
Read more

Zulaika, bersama Ardian!

Ardian mulai menyentuh Zulaika. Dia sudah tidak tahan lagi untuk menjamahnya. Ardian seperti orang kerasukan. "Ardian aku mohon, hentikan. Kita akan melakukannya, tapi tidak sekarang. Aku baru saja melakukannya dengan Arman dan aku sangat kelelahan.""Kau berjanji kepadaku. Setelah malam pertama kau akan melakukannya denganku, dan sekarang aku menagihnya. Jangan pernah mengingkari janjimu, Zulaika."Zulaika semakin panik. "Ah ... hah, Ardian ..."Tuan Muda mebdekap erat. Bibirnya terus menelusuri leher Zulaika. Sementara sang wanita masih saja berusaha untuk menghindar. Namun, dirinya tidak terlalu kuat. Tubuh Ardian yang kekar, membuatnya hanya bisa menerima itu."Tuan muda. Jika kau seperti, ini aku akan mengurungkan niatku. Aku tidak akan pernah memberikannya padamu. Biarkan saja Arman menghampiriku dan aku akan melahirkan anaknya. Ah ...," bisik Zulaika terus menahan hasrat Ardian yang tidak tertahankan juga. Apalagi kini miliknya sudah dijamah Ardian. Bahkan lelaki itu membelain
Read more

Sekali lagi kau gagal!

Arman mengedarkan pandangannya dia menatap semua arah di dalam kamar yang sangat luas itu. Bahkan, dia melihat balkon kamarnya yang sedikit terbuka. Namun, tetap tidak melihat sosok Zulaika di sana. Perlahan dia akhirnya berjalan sambil berkacak pinggang. Menghentikan langkah tepat di tengah ruangan. Terus mengamati dengan pandangan tajam, serta dingin. Pandangan yang menjadi sangat angker. Pikirannya menyeruak ke mana-mana."Aku sudah mengatakan kepadamu. Dia tidak ada di ruanganmu, karena aku melihat dia keluar masuk ke dalam perpustakaan dan menemui Tuan Muda Ardian," ucap Melia di belakang tubuh Arman yang masih berdiri tegak, tidak merubah ekspresinya yang sangat berbahaya itu. Kemarahan seketika perlahan menyelimuti tubuhnya. Kulitnya yang putih itu, berubah menjadi kemerahan. Ingin meluapkan lahar panas yang berada di ubun-ubun kepalanya."Kau sudah menggangguku malam-malam seperti ini, Melia." Suara itu akhirnya keluar dari mulut Arman sambil menatapnya Melia yang masih saja s
Read more

Tidak memandang sama sekali

"Kau meninggalkan aku di sini? Hmm, seorang diri di dalam kamarmu yang sangat luas ini? Kau mau ke mana?" Zulaika menatap Arman. Melihat sang suami dengan salah satu alis yang terangkat. Sementara si Arman terkekeh, dia mendekati Zulaika. Lalu menyeka keringat di dahi sang istri dengan tangan.Zulaika menatapnya dengan waspada. Kekhawatirannya tentang ekspresi Arman yang seperti itu, membuat dia sangat sedikit bergemetar. Namun, dia dengan sangat pandai menyembunyikan hal itu. Wajahnya terus tersirat senyuman. Sebuah senyuman yang selalu dia paksakan."Kau besok akan menemaniku di kantor. Aku selalu bosan berada di sana. Jika aku menuju ke ruanganku dan melihat wanita cantik di sana, aku bisa melampiaskan hasrat itu ... dan aku tidak akan bosan lagi.""Tentu saja semua wanita yang hanya kau pikirkan untuk hasratmu itu. Hmm, tapi baiklah. Aku akan pergi ke sana. Tentu saja mengamatimu dan menjagamu dari wanita lainnya. Bukankah selama ini kau selalu melakukannya dengan beberapa sekreta
Read more

Aku akan membuatmu membalas semua, Bagus.

Kedatangan Arman tiba-tiba, membuat Bagus terdiam. Zulaika menatap Bagus, masih dengan senyuman tipis. Jantung lelaki itu semakin berdetak. Arman berjalan mendekatinya. Mengernyit, melihat tangan Bagus yang berada di atas.Ini sangat tidak baik. Bagus akan benar-benar celaka. Saat itu, Bagus tidak segera menuju ruangan rapat. Namun, dia malah mengikuti Zulaika dan berencana akan mengancamnya. Kesempatan emas dia dapatkan saat melihat Zulaika seorang diri di dalam ruangan Arman.Arman sangat marah di ruangan rapat. Dia tidak melihat Bagus di sana. Apalagi dalam pikiran Arman, berkelit membayangkan semua mata tidak berkedip saat Zulaika memasuki kantornya. Dia benar-benar tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Walaupun sebenarnya dia menyembunyikan perasaan itu. Rasa cemburu itu perlahan sudah membuatnya buta!Arman beranjak dari duduknya. Keluar dari ruangan rapat begitu saja. Entah kenapa hatinya ingin bertemu Zulaika. Apalagi sang kepala pengawal mengatakan Ardian sudah memasuki kant
Read more

Masih saja berusaha tidak terlihat lemah

Arman mencondongkan tubuh, tatapannya yang tajam membuat Bagus diam tidak bergerak, hanya denyut nadi di lehernya yang berdenyut."Apa yang kau lakukan!" teriak Arman sangat keras. Semua pegawai berhamburan keluar. Keributan pertama kalinya terjadi di dalam kantor antara dirinya dengan Bagus. Orang yang paling berkuasa di perusahaan setelah Arman. Semua terpaku melihat Arman hampir saja mencekik Bagus. Apalagi Zulaika masih saja meringkuk di bawah dengan lengan dipenuhi darah."Zulaika. Panggilkan dokter!" teriak Ardian. Spontan dia menarik Zulaika. Arman menampisnya."Aku tidak akan pernah memaafkan siapa pun memegang istriku. Lepaskan!" Wajah Arman memanas. "Lepaskan dia!" Alis Arman terangkat tidak percaya melihat Ardian masih saja mencengkeram lengan Zulaika.Arman mendadak menggendong Zulaika. Berjalan cepat menuju ruangan kesehatan. Ardian tidak akan menyerah. Dia berlari tergesa-gesa mengikuti Arman. Tidak ingin melewatkan kesempatan untuk mengetahui keadaan Zulaika.Bagus mas
Read more

Sikap Romantis Tuan Besar

Senyuman itu masih saja hadir di wajah Rose. Sangat percaya diri akan memenangkan pertandingan melawan Zulaika."Terkejut?" tanyanya sambil terkekeh meremehkan. "Anak Septian. Lelaki yang sangat dibenci Arman Maulana. Oh, aku baru ingat. Kalian keluarga yang dibantainya. Bahkan ... ibumu--"PLAK!"Ucapkan sekali lagi. Aku tidak peduli dengan Arman. Sekali saja kau menyebut nama ibuku, aku akan membunuhmu," balas Zulaika. Kedua matanya menatap tajam Rose yang masih memegang pipi kanannya akibat tamparan Zulaika."Kurang ajar! Kau pikir siapa dirimu! Melakukan itu kepadaku!""Hentikan! Jangan ... memulainya," ucap Zulaika pelan. Dia menahan tangan Rose yang akan membalasnya. "Aku ... tidak akan pernah melupakan hari ini. Satu kali kau menyebut nama ibuku. Aku tidak akan pernah melepaskanmu."Zulaika menghempaskan tangan Rose. Tubuh wanita itu hampir saja tersungkur ke lantai. Napasnya terengah-engah. Tidak percaya seorang wanita bisa mengalahkannya. "Aku akan membalasmu. Lihat saja nan
Read more

Rencana Yang Tidak Terduga

Dengan lantang, Rose berkata. Zulaika perlahan menuruni tubuh Arman. Dia merapikan kemejanya."Keluar, dan ketuk pintu itu," ucap Arman. Pandangan itu masih saja dingin. "Apa?"Rose mengkerutkan kedua alisnya sangat dalam, menatap tajam lelaki itu yang masih saja belum mengancingkan kemejanya."Tanya kepada Bagus. Apa aturan baru yang aku berikan. Yah, dia mengetahuinya," lanjutnya sambil mengusap wajahnya yang sedikit berkeringat. Arman melirik Zulaika. Dia masih saja tidak bisa menahan hasratnya. Namun, dia harus melakukannya."Arman!" Rose bekata tegas. Dia berjalan cepat, menabrak ujung meja kerja Arman. Melebarkan kedua matanya. Tidak percaya Arman akan melakukan itu. Padahal, dia membawa kabar yang sangat menarik. Kenapa Arman tidak menanggapinya?"Aku membawa kabar ini. Septian adalah lelaki yang sudah menghancurkan hubungan perusahaan ini dengan ayahku. Apa kau lupa? Keluarga itu ... menyimpan rahasia perusahaan yang selama ini tidak diketahui semua orang. Dia!" tunjuknya den
Read more

Hati Itu Mulai Hadir

Arman semakin menekan pedal gas saat berada di ujung sungai. Dia memutar kemudi sebelah kanan dengan kuat. Mobil melaju kencang. Masuk ke dalam sungai yang cukup dalam dari jalanan atas. Goncangan sangat kuat saat mobil mulai menyentuh permukaan sungai.Arman seketika pingsan. Kepalanya terbentur kemudi dengan keras. Mobil perlahan masuk ke dasar sungai."Arman ...."Zulaika menatap Arman dengan sendu. Dia tidak segera melepaskan diri dari dalam mobil yang mulai kemasukan air."Dia pembunuh keluargaku. Jika aku membiarkanya, kemenangan akan aku dapatkan hari ini juga. Aku akan hidup tenang. Bisa menikmati kehidupanku dengan bahagia," batin Zulaika. Dia tidak peduli air sudah mulai membuatnya tenggelam.Kedua matanya masih saja terbuka di dalam air. Dalam pikirannya masih saja berkelit. Rasa perih di kedua matanya tidak dia rasakan. Bahkan, dia masih saja menahan napas. Hanya memandang Arman yang semakin lemas."Aku ... aku ... argh," batinnya berteriak. Zulaika menarik Arman. Segera m
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status