Share

Pembalasan Arman

Penulis: Esi Apresia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Arman tersenyum. Dia masih diam tidak melangkah masuk ke dalam. Semua istri sirinya terdiam kaku. Kecuali Ema. Dia mengangkat salah satu alisnya dengan tersenyum saat Melia memandangnya. Dia sudah mengatakan Zulaika akan menang, dan itu benar.

Zulaika bersujud, mengangkat jepit rambutnya ke atas. Itu menandakan dirinya sudah siap menyerahkan dirinya kepada Arman.

Kali ini kaki sang penguasa melangkah, mulai masuk ke dalam kamar. Dia menampis penjepit rambut itu. Zulaika tidak menyangka. Arman akan melakukannya. Zulaika berpikir, dia akan mendapatkan Arman dengan mudah. Ternyata tidak!

"Aku tidak pernah menerima wanita manapun sebelum dia berhasil memikatku. Jangan pikir kau menang, wanita. Hmm, aku yang sudah berhasil memikatmu. Kau datang sendiri kepadaku. Kau pikir siapa dirimu!" Suara tegas, serak, masih membuat Zulaika masih tertunduk. Ini adalah penolakan yang sengaja dilakukan Arman. Dia tidak akan menyerah. Dia akan terus melawan!

Arman terkekeh, lalu berjalan meninggalkan kamarnya. Dia menarik Paula. "Layani aku sekarang."

Istri kedua Arman itu semakin tersenyum. Dia tidak percaya malah diperlakukan ini oleh Arman. Kepercayaan dirinya semakin tinggi. Dengan semringah, dia menatap semua istri Arman yang tentu saja merasa iri dengannya.

Zulaika berdiri, menatap kaku kepergian Arman. Dia mengepalkan kedua tangannya. Dia tidak menyangka Arman ternyata membalasnya.

"Kau kali ini selamat. Lain kali kau tidak akan selamat. Hmm, aku tahu kau bersama dengan Tuan Muda kedua bukan?" Melia mendekati Zulaika yang masih diam memikirkan Arman. "Aku tidak akan pernah membiarkanmu masuk ke dalam istana ini. Hahaha, lihat saja nanti. Kau ... akan aku buat menderita," lanjutnya dengan percaya diri.

Zulaika tidak menanggapi perkataan Melia. Dalam benaknya, dia masih saja memikirkan bagaimana caranya mendekati Arman. Zulaika duduk dengan tubuh tegak, menyilangkan salah satu kakinya, dan memangku tangannya. Dia kini tersenyum sinis saat Melia masih berdiri tepat di hadapannya.

"Aku akan menyayat wajahku. Jika kau bermalam dua hari saja di kamar Arman. Janjiku adalah nyawaku."

Melia mengangkat salah satu alisnya. Tawaan spontan keluar dari mulutnya. "Hahahah. Aku bersedia," balasnya singkat.

Wanita itu menyibakkan rambut panjang hitamnya sebelum akhirnya berjalan untuk keluar kamar.

"Tunggu!" teriak Zulaika. Dia tersenyum, lalu beranjak dan melangkah mendekati Melia. Dia menyentuh pipi kanan Melia yang memerah akibat perona tebal yang selalu dia gunakan.

"Hmm, sangat ... cantik. Tapi, jika aku menang. Kau ... akan melakukan hal yang sama denganku. Perona ini tidak akan pernah menempel lagi di wajahmu."

Melia spontan terdiam, menahan getaran dadanya. Jantungnya sangat berdebar kencang. Bagaimana jika kalah? Zulaika bagaikan bidadari. Wajahnya alami sempurna. Bahkan, warna pemoles wajah tidak akan mampu merubah kecantikannya yang alami. Tanpa hal itu pun, Zulaika terlihat indah. Sampai kapan Arman akan menahannya?

"Diam ... Apa kau takut?" tanya Zulaika. Dia melepaskan jemarinya. Kembali tersenyum.

"Aku menerimanya. Aku tidak pernah takut kepadamu. Kau bukan siapapun. Hah, aku akan membuat wajahmu itu sangat buruk, hingga tidak ada laki-laki yang akan menerimamu."

Melia akhirnya melangkah cepat. Dia berusaha menghindar dari ketakutan yang dia pendam. Dia tidak akan pernah menang melawan Zulaika. Tapi, apakah dia bisa terlihat lemah dengan tidak menerima pertaruhan itu?

"Sialan. Aku tidak akan pernah menyerah," batin Melia. Dia masih mengatur napasnya di depan pintu kamarnya.

"Hmm, sepertinya aku akan melihat wajahmu menjadi cacat. Kau akan dibuang Arman. Sangat menarik." Sekali lagi, Ema tiba-tiba berada di belakangnya. Mengatakan hal yang selalu membuat Melia terlihat kalah!

"Ema. Kenapa kau selalu saja seperti itu? Kau ini pengkhianat. Seharusnya kau memihak kepada kami. Kau, jalang!"

Ema hanya diam sambil bersedekap. Menatap Melia dengan marah masuk ke dalam kamarnya.

**

Sepanjang malam, Zulaika tidak tenang. Dia berjalan mondar-mandir. Memikirkan cara untuk memikat hati Arman. Hingga dia terkejut. Seseorang mengetuk pintu kamarnya. Zulaika tidak mau tertipu dengan Ardian sekali lagi.

"Siapa?" teriaknya namun sedikit pelan.

"Aku Nyonya Besar di sini. Bukalah pintu ini."

Kedatangan Nyonya Besar adalah keuntungan dirinya. Wanita tua yang berumur setengah abad itu sangat cantik. Bahkan sangat berkuasa di sini. Zulaika tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan ini.

Zulaika masih saja ingin terlihat anggun di hadapan semua orang. Jemarinya menekan pintu gagang dengan perlahan. Bahkan, suaranya pun hampir tidak terdengar. Dia mulai membuka pintu kamar. Wajahnya harus terlihat cantik.

"Aku ingin berbicara denganmu. Aku Redrich."

Zulaika terpana. Wanita di hadapannya sangat cantik. Tanpa sadar, senyuman hadir di wajahnya. Dia menganggukkan kepala, membiarkan Redrich bersama dua pelayan setianya masuk ke dalam kamar.

"Aku ingat. Dulu aku tinggal di sini, dan bercinta dengan Maulana sebelum dia menikahiku." Redrich meneteskan air matanya. Mengingat percintaan yang berakhir dengan perpisahan mengenaskan. Maulana mendadak keracunan dan meninggal. Sampai saat ini, dia masih tidak mengetahui penyebab dan pelaku sialan yang berani meracuni Tuan Besar. Semua kasus itu lenyap begitu saja.

"Nyonya. Apa yang ingin Anda lakukan? Kenapa Anda menuju ke sini untuk menemuiku? Ini adalah kehormatan bagiku."

Redrich menatap Zulaika. Menelisik semua tubuh dan wajahnya. Dia menganggukkan kepala, membuat Zulaika tidak mengerti.

"Aku bisa membantumu mendapatkan Arman!"

***

Desahan terdengar cukup keras di dalam kamar Arman. Paula kembali melayani Arman dengan liar. Dia menggerakkan pinggulnya dengan sangat sempurna. Arman merentang, menikmatinya.

"Ah ..."

Milik Arman semakin hangat. Bahkan, Paula memperlihatkan jika dirinya sangat berhasrat, dengan desahan sangat keras. Untuk membuat Arman semakin bernafsu liar. Asetnya yang menggunung dia sengaja gerakkan. Membuat Arman ikut mengerang.

Paula masih saja melakukannya. Namun, sesuatu yang menegang itu sedikit layu. Paula segera menggoyangkan lebih keras dari sebelumnya. Arman memegang kepalanya, berusaha melakukan.

Arman ingin menghentikan. Hingga, kedua matanya mengerjap berkali-kali. Mendadak, dia melihat sosok Zulaika berada di atas tubuhnya. Dia segera terduduk. Terus menatap wajah itu. Arman spontan melumat bibir Paula. Hasratnya semakin liar. Aset yang menggunung milik Paula dia mainkan dengan tersenyum. Seakan itu adalah Zulaika. Hasratnya semakin tidak menentu.

Paula merasakan kenikmatan luar biasa. Arman tidak pernah melakukan hubungan seperti ini. Bibirnya menelusuri setiap kulitnya dengan desahan keras. Dalam bayangannya, dia melakukannya dengan Zulaika.

"Zulaika ..."

"A-pa ...," ucap Paula terkejut. Dia menghentikan gerakannya. Mendadak Arman tersadar, dan melotot tajam.

"Lepaskan!" Arman seperti biasa menampis Paula. Wanita itu spontan melepaskan miliknya.

Arman menuruni ranjang, mengambil handuk dan menutupi tubuhnya bagian bawah. Dia berdiri di depan cermin besar seukuran tubuhnya. Memandangi dirinya sendiri. Kedua matanya mulai angker. Paula mengurungkan niatnya untuk mendekat.

"Aku tidak mau mendapatkan berita kebohongan lagi. Apa kau tahu, Paula!" teriaknya keras. Dia spontan membalikkan tubuhnya. Menarik tubuh Paula dan menamparnya sangat keras.

PLAK!

Paula tersungkur ke lantai dalam keadaan polos. Dia memegang pipi kanannya yang membengkak kembali.

"Istri kedelapan yang mengatakannya. Apakah kau tidak akan menyelidikinya? Dia melihatnya dengan jelas. Dia tidak mungkin berbohong," balas Paula dengan pelan.

"Pergilah, Paula."

Tanpa berpikir lagi, Paula mengambil gaun menerawangnya yang berwarna putih dan memakainya. Dia berjalan cepat keluar dari kamar.

Arman masih saja memandang cermin yang memantulkan dirinya. Dia mengepalkan kedua tangannya. "Ardian ... kau ..."

PRANG!

Seperti biasa. Kemarahan Arman selalu saja membuat barang di hadapannya menjadi berserakan pecah di lantai. Arman sangat tahu. Ardian pernah mengatakan akan mendekati Zulaika dan melakukan semua cara. Bahkan akan melangkahinya. Lelaki penguasa itu tidak akan pernah menunjukkan sesuatu tentang perasaannya. Harga dirinya sangat tinggi! Apalagi ini tentang wanita. Itu tidak akan pernah!

"Dia tidak akan pernah berhasil," batin Arman.

Dia melangkah cepat keluar dari kamar, menemui pengawal yang berjaga. Membisikkan sesuatu kepada mereka.

Malam yang sangat larut dan sunyi, kini mencekam. Semua penghuni wanita keluar dari kamarnya saat mendengar jeritan seorang wanita. Mereka terdiam kaku. Tidak percaya dengan penglihatan mereka.

"Tidak! Jangan lakukan ini aku mohon!"

Bab terkait

  • Istri Penguasa Untuk 90 Hari   Keributan Yang Tidak Terduga

    Teriakan mencekam terdengar mengejutkan. Semua istri siri Arman dan pelayan yang tertidur lelap berhamburan keluar. Mereka terpaku. Tidak percaya dengan penglihatan mereka.Zulaika menyunggingkan senyuman. Puas! Melihat istri kedelapan dengan kejam diseret para pengawal keluar ruangan. Pengawal tersenyum saat membawanya. Arman sangat kesal jika seseorang mengabarkan hal buruk kepadanya. Tidak heran jika semua orang selalu menutup rapat mulut mereka saat mengetahui sesuatu. Itu demi keselamatan mereka.Konglomerat Malik Maulana saat hidup paling ditakuti di kota. Semua pengusaha kaya raya tunduk kepadanya. Bahkan, pejabat setempat tidak berkutik jika Malik Maulana menginginkan sesuatu. Kekayaan dan kesuksesannya tidak terbatas. Malik sangat ahli berbisnis.Malik adalah pemuda yang sangat jenius. Sejak kecil dia hidup sangat susah. Bahkan, menderita. Kedua orang tua Malik mati akibat kecelakaan misterius. Saat itu dia selalu saja menangis di makam ayah dan ibunya. Hingga seseorang menem

  • Istri Penguasa Untuk 90 Hari   Mulai Bekerja Sama

    Ardian mengernyit dalam. Terdiam kaku. Hatinya berdetak kencang. Dia tidak percaya, melihat Zulaika mengelap pisau kecil. Tangannya berlumuran darah. "Ckk, dia yang melakukannya? Bagaimana mungkin?" batin Tuan Muda. Tangannya mulai mendorong pintu itu. Zulaika terkejut. Dia tidak bisa menghindar. "Kau ... kenapa masuk ke dalam kamarku?" Zulaika meletakkan pisau itu di sebuah kotak berukiran khas Jawa. Pisau tajam hampir mirip dengan keris Jawa."Bagaimana caranya? Apakah kau yang melakukannya?" tanya Ardian cemas. Dia menarik Zulaika. Menatapnya dalam-dalam. Menunggu wanita itu menjawab pertanyaannya."Tidak ada bukti apa pun yang bisa membuatku tertangkap. Untuk apa menanyakan hal yang sangat mustahil? Bisakah wanita lemah sepertiku melakukannya?"Ardian memutuskan tidak membahasnya. Dia mengeluarkan satu bunga mawar merah tanpa duri. Dipasangkannya di telinga sebelah kanan Zulaika. Dipandangnya wajah itu yang semakin cantik. Sangat ... cantik. Perlahan, bibirnya mengecup. Zulaika

  • Istri Penguasa Untuk 90 Hari   Saling Menyerang

    Istri kedelapan mendekati Zulaika dan menjabat tangannya. "Aku Sera. Aku adalah anak dari salah satu manajer kantor perusahaan Maulana. Ayahku melakukan kesalahan. Dia mengambil uang perusahaan untuk mengobati ibuku yang saat itu sakit parah. Kami membutuhkan biaya sangat banyak," ucapnya dengan sendu. "Yah, Arman selalu saja memberikan gaji pas-pasan kepada semua pegawainya. Dia ... menginginkanku. Ayahku terpaksa menjualku. Tapi, Arman hanya menembus kesucianku saja satu tahun lalu. Setelah itu, dia tidak pernah menyentuhku. Bahkan, dia sering mengatakan jijik kepadaku," lanjutnya sembari menarik napas panjang. Hatinya tersiksa saat mengingatnya."Zulaika. Kenapa kau mau membalas dendam? Apakah kau juga korban dari Arman?" tanya Ema.Zulaika hanya menahan hatinya. Dia tidak akan pernah mengatakan aib itu."Peristiwa itu hanya untukku. Akan aku bongkar saatnya tiba," balas Zulaika singkat.Sera menyerahkan saputangan merah. Zulaika mengernyit, tidak mengerti dengan Sera. "Kenapa den

  • Istri Penguasa Untuk 90 Hari   Sikap Dingin Arman

    Arman masih saja bersitegang dengan Ardian di kantornya. Dia dengan nekat merobek secarik kertas milik Ardian. Kertas yang berisi lukisan Zulaika. Ardian semakin marah! Dia tidak akan pernah memaafkan Arman!"Aku tidak akan pernah memaafkanmu!" teriak Ardian. Dia melesatkan pelurunya tepat di sebelah Arman.Arman meluap. Kemarahannya tidak bisa dia tahan lagi. Spontan dia menarik senjata di tangan salah satu pengawal, berjalan cepat mengarahkan ke kening Ardian. Tuan Muda kedua juga melakukan hal yang sama!Kedua mata mereka saling bertumbukan tajam. Memperlihatkan kemarahan yang sudah tidak bisa dicegah. Keduanya ingin saling membunuh. Semua pengawal memutari mereka. Tidak ada yang bisa mencegah. Mereka hanya diam menunggu. Hingga seseorang masuk dengan tiba-tiba dan mendekati mereka."Kita sedang menjalani rapat. Tidak mungkin kita menundanya." Sekretaris tinggi, berbadan kurus. Sedikit berkumis. Dia bernama Bagus. Dia adalah sekretaris lama Malik yang masih sangat setia berkerja d

  • Istri Penguasa Untuk 90 Hari   Perubahan Tidak Terduga

    Arman sangat resah di dalam kamarnya. Dia tidak akan pernah menemui Zulaika. Keinginannya untuk memainkan perasaan Zulaika akan tetap dia lakukan. Dia yang akan membuat Zulaika berlutut. Bukan dirinya!"Sialan. Aku tidak akan pernah menemuinya. Dia ... tidak bisa masuk ke dalam hatiku. Tidak akan pernah!" teriaknya keras. Prang! Semua barang kembali dia lempar. Pecah berserakan ke mana-mana. Arman menjambak rambutnya sendiri. Tidak bisa menahan perasaannya. Dia tetap ingin bertahan!"Bagaimana mungkin dia bisa membuatku seperti ini?" gumamnya kesal."Bukankah kau mengatakan ingin menemukan wanita yang membahayakan hatimu? Hmm, Ibu pikir inilah saatnya kau menemukannya," ucap Redrich tiba-tiba memasuki kamar Arman yang terbuka. Dia tidak menyangka perkataan sang ibu sangat menusuknya."Ibu sangat ingat. Saat kita melakukan makan malam, kau mengatakan ingin menemui wanita yang bisa membuatmu dalam bahaya. Hmm, jika kau jatuh cinta. Para Bos Besar itu akan membuatmu sengsara. Bahkan, mer

  • Istri Penguasa Untuk 90 Hari   Menjadi Tawanan Arman

    Senyuman perlahan hadir. Lesung pipi yang tampak dari wajah Zukaika, membuat Arman terpana. Jemarinya perlahan membelai pipi Zulaika. Wajah mereka sangat dekat. Bibir mereka hampir saja bersatu. Namun, sama-sama menahan. Kedua mata mereka saling menatap tajam. Arman masih saja menahan. Padahal, bibir merah merekah itu sangat membuatnya lapar."Ah ...." Desahan Zulaika sangat ... pelan. Suara yang sudah menembus gendang telinga Arman itu semakin membuatnya hampir lemah dan menyerah."Argh," teriaknya pelan. Arman memalingkan wajahnya. Dia menuruni ranjang, meraih piyama dan memakainya. Tuan Muda membuka balkon kamar, berdiri tepat di depan pagar pembatas. Menatap keindahan gemerlap lampu kota. Zulaika menuruni ranjang dan mengikutinya."Jadi kau bermimpi buruk? Kenapa? Hmm, kau memanggil ayahmu. Apakah dia sekejam dirimu?"Arman menatap Zulaika, menariknya. Kini wanita itu berada di dalam dekapannya. "Untuk apa aku mengatakan masa laluku. Apakah kau mata-mata? Hmm, banyak sekali yang

  • Istri Penguasa Untuk 90 Hari   Saling Melawan Perasaan

    Ardian semakin tidak percaya. Arman tidak keluar dari kamarnya. Sementara, pengawal masih saja berjaga di depan kamarnya."Kenapa dia tidak segera keluar? Aku ... tidak percaya!" teriak Ardian. "Aku akan mengetuk pintu kamarnya!" lanjutnya sangat kesal. Dengan cepat Ardian melangkah, menuju depan pintu kamar Arman."Apa yang kalian lakukan?" Ardian tidak percaya. Melihat semua pengawal menghadangnya. Ardian sangat emosi. Dia tidak terima dengan perlakuan para pengawal kepadanya."Jangan pernah seperti itu. Apa kalian lupa, aku adalah Tuan Muda!" "Tuan Muda. Maafkan aku. Kami tidak bisa membiarkan Anda ikut. Kami hanya menjalankan perintah.""Ardian. Tolonglah. Jangan pernah melawan Arman. Dia memiliki wanita itu!" Redrich menarik Ardian. Dia tidak ingin anak keduanya itu merebut Zulaika. Ardian akan membuat Arman sangat marah. Bahkan, mereka bisa saling bermusuhan, dan itu sangat berbahaya."Ibu, kau jangan membuatku marah. Kenapa Arman tidak keluar. Dia seharusnya bekerja. Aku tidak

  • Istri Penguasa Untuk 90 Hari   Menuju Pulau Pribadi

    Napas Zulaika tertahan. Arman memainkan perasaannya. Lelaki itu hanya diam, duduk di hadapannya sambil menatap dengan tersenyum."Lihatlah, sekarang aku memiliki tawanan. Hmm, jangan lupa. Aku bisa melakukan apa pun yang aku mau. Kau tidak bisa melawanku, wanita."Arman menepuk tangannya sangat keras. Beberapa pengawal segera masuk ke dalam. Arman spontan berdiri dari duduknya, mendekati pengawalnya dan berbisik. Zulaika mengkerutkan alis sangat dalam. Dia tidak mengerti dengan sikap Arman.Tuan Muda kembali mengambil kemejanya, tanpa ditemani pelayan seperti biasanya. Arman memakai kembali kemeja dan jasnya. Zulaika semakin terkejut. Dia padahal sudah yakin Arman tidak akan pernah keluar kamar."Kau berjanji akan berada di sini, melakukan apa pun yang aku mau. Kenapa kau melanggar?""Itulah aku. Tidak suka melakukan perintah orang lain. Bawa dia!"Zulaika semakin tidak percaya. Kedua pengawal bertubuh tegap membawanya dengan paksa.Kedua pengawal dengan tubuh garang, mengangkat Zulai

Bab terbaru

  • Istri Penguasa Untuk 90 Hari   Berakhirnya misi 90 hari

    Redrich sadar. Dia harus merelakan ini semua. Zulaika hanya menatap Redrich saat semakin mendekatinya."Aku memang sudah salah. Tapi kini aku sadar. Ya, paling tidak aku berterima kasih kepada Agung yang sudah membiarkan salah satu anakku hidup. Walaupun aku tidak akan pernah tahu kapan bisa menemuinya. Berhati-hatilah, dan kembalilah dengan cucuku. Karena aku akan menunggumu selama itu. Aku meminta izin untuk menjaga Agung. Apa kau akan mengabulkan permintaanku? Kami akan menikah," ucap Redrich dengan menangis. Zulaika mengganggukan kepala kemudian memeluk sang mertua."Aku percayakan semuanya kepadamu, Ibu. Tunggulah aku saatnya tiba," ucapnya kemudian melepaskan pelukannya. Dia kembali akan memasuki mobil. Hingg dia tersenyum saat melihat Melia ternyata berada di depan pintu mobil dan membukakan untuknya."Jangan lupakan aku. Pergilah, dan bawalah kembali sang penguasa yang sangat hebat. Aku akan menunggumu," ucap Melia dengan tersenyum dan membiarkan Zulaika memeluknya."Aku akan

  • Istri Penguasa Untuk 90 Hari   Kepergian Zulaika

    Zulaika mengusap air mata di wajahnya. Dia mengkerutkan alis sangat dalam. Apalagi melihat Melia tertawa kecil saat menatapnya."Apa maksud Ayah?" tanya Zulaika masih mengernyit.Agung mendekatinya dan memberikan sepucuk surat yang ditulis Ardian untuknya. Zulaika segera berdiri, menerima surat itu. Dia membuka lebar kedua matanya yang sembab, dan segera membacanya. Zulaika masih tidak percaya. Namun, hatinya merasa lega. Ternyata Ardian masih hidup."Zulaika bidadariku. Kau adalah yang terindah. Permata hatiku. Aku sangat bahagia bisa menjadi bagian dari hidupmu. Tapi aku harus pergi. Kita akan bertemu saatnya nanti. Satu hal yang aku ingin katakan, aku sangat mencintaimu. Jagalah hatimu untukku. Ardian, cintamu."Agung saat itu menemui Ardian yang selalu menjaga Zulaika saat pingsan di kamar Arman setelah tragedi makan malam.Ardian tidak hentinya menatap sendu Zulaika dan menggenggam telapak tangannya. Bahkan, tuan muda itu tak kuasa menahan air matanya. Ardian memantapkan hatinya

  • Istri Penguasa Untuk 90 Hari   Berita mengejutkan

    Lesatan peluru membuat Ardian kehilangan nyawa. Zulaika menatap tubuh Ardian dengan tegang. Wajahnya kaku. Dia menarik napas panjang sebelum menurunkan tangannya.Salah satu bos besar tersenyum. Dia bertepuk tangan, diikuti yang lainnya."Tidak aku sangka. Melihat wanita seperti dirimu. Baiklah, ternyata kau memang pantas menjadi pengganti Arman. Aku tidak yakin dia mengalami kecelakaan. Tapi," ucapnya terhenti dan berjalan mendekati Zulaika. "Aku senang jika memang ada wanita yang menghabisinya. Haha. Tidak aku sangka lelaki seperti Arman akan mati di tangan wanita sepertimu," lanjutnya kemudian menatap Ardian yang tergeletak di lantai tanpa nyawa."Yah, ditambah kau menghabisi adiknya," sela bos besar lainnya. "Kami tidak bodoh, Zulaika. Tapi ... kami senang. Akhirnya ada yang berhasil menghabisi dua penguasa kejam itu. Dan, aku tidak menyangka seorang wanita yang menghabisinya," lanjutnya kemudian kembali bertepuk tangan diikuti lainnya."Agung, selamat datang kembali. Aku lebih su

  • Istri Penguasa Untuk 90 Hari   Kekuasaan baru

    Zulaika terbangun. Dia terkejut berada di dalam kamar Arman yang kini berubah. Tanpa sadar Zulaika sudah tertidur selama 1 hari. Dia segera beranjak dari ranjang kemudian keluar dari kamar. Dia benar-benar terkejut melihat kediaman Maulana sangat berbeda. Semua perabotan, bahkan hiasan dinding yang berada di sana tidak sama dengan sebelumnya."Akhirnya kau sadar juga. Sebaiknya kau beristirahat dulu dan jangan seperti ini," ucap Melia mengejutkan Zulaika dari belakang. Dia segera menangkap tubuh Zulaika yang sangat lemah itu dan segera mengajak duduk di kursi sofa."Sudah 1 hari kau tidak sadar. Kau mengalami depresi yang sangat berat dan ternyata membuatmu seperti itu. Untung saja kau sekarang sadar. Karena aku benar-benar menunggumu," lanjut Melia kemudian memberikan minuman hangat kepada Zulaika."Bagaimana dengan Arman? Bagaimana dengan semuanya? Kejadian malam itu benar-benar sangat mengerikan dan aku sedikit tidak mengingatnya. Lalu, bagaimana dengan Ardian. Di mana Ema? Apakah

  • Istri Penguasa Untuk 90 Hari   Kematian tidak terduga

    Zulaika hanya menatap Arman. Dia semakin terkejut Arman mendadak menangis. Dia tidak mengerti kenapa Arman bersikap seperti itu."Suamiku. Apa yang kau lakukan? Kenapa kau seperti itu? Apa ada masalah? Apa yang terjadi? Katakan kepadaku." Zulaika segera beranjak dari duduknya dan mendekati Arman."Kenapa wajahmu?" Zulaika terkejut. Arman mendadak pucat sekali."Kepalaku." Arman sendiri tidak mengerti kenapa dirinya seperti itu. Dia melotot melihat Zulaika yang masih saja segar bugar. Padahal dirinya sudah memberikan racun di semua makanan itu. Bahkan minuman yang berwarna biru itu adalah racun yang sangat mematikan dan bisa membuat Zulaika binasa dalam sekejap. Arman sangat membenci Zulaika. Makan malam romantis yang semula akan dia sajikan dengan indah, Arman urungkan. Dia memutuskan untuk menghabisi Zulaika dan Ardian. Hati Arman diselimuti kebencian. Arman memerintahkan pelayan wanita menaburkan racun mematikan di semua makanan Zulaika, kecuali minuman anggur kesukaannya. Arman m

  • Istri Penguasa Untuk 90 Hari   Makan malam kejutan

    Zulaika berusaha mengatasi dirinya. Dia tidak akan pernah memperlihatkan kecemasan sama sekali. Perasaannya benar-benar tidak tenang. Bahkan dia tidak melihat Melia dan Ema di sana. Namun Zulaika terus tersenyum dan mengikuti apa pun yang Arman lakukan untuknya.Arman membawanya menuju ke halaman belakang. Sebuah meja sudah tertata sangat indah di sana. Sarapan sudah disiapkan. Arman memberikan satu mawar putih kepada Zulaika yang masih saja berusaha memperlihatkan senyumannya. Dengan perlahan Zulaika menerima mawar itu dan duduk tepat di sebelah sang suami."Ini adalah makanan yang sangat aku sukai dan aku ingin kau memakannya." Arman memotong sedikit roti yang sudah diberi selai strawberry. Dia menyuapkan ke Zulaika dengan tersenyum. Kemudian mengambil satu gelas jus jeruk dan meminumkan ke bibir Zulaika."Kau pasti sangat lelah sekali. Terlihat dari wajahmu. Apa yang kau lakukan di sana? Kau sangat berkeringat," ucap Arman kemudian mengambil satu lembar tisu dan mengusap keringat y

  • Istri Penguasa Untuk 90 Hari   Hati yang terluka

    Hati Arman benar-benar hancur. Di saat dia sangat percaya dengan istrinya, ternyata apa yang dikatakan Ema memang benar. Zulaika keluar bersama Ardian dengan sangat mesra. Mereka berpelukan sebelum akhirnya Agung akan mengantar Zulaika kembali ke kediaman Maulana.Arman masih saja berada di dalam mobil. Kedua matanya menatap sangat tajam. Arman masih belum pergi dari sana dan menahan hatinya yang sangat terluka itu. Pengkhianatan adalah salah satu hal yang sangat dibencinya. Dia tidak akan pernah memaafkan siapa pun itu. Walaupun pengkhianat itu adalah seseorang yang sangat dicintainya, atau pun ibu yang sudah melahirkannya. Arman benar-benar tidak bisa memaafkan Zulaika.Perlahan dia terus mencengkeram kemudi mobil itu, hingga telapak tangannya memerah dan sedikit berdarah. Kemudian dia menyalakan mesin mobil dan melesat sangat kencang menuju ke sungai yang masih saja terlihat sangat indah. Kelopak bunga mawar itu masih saja menghiasi permukaannya. Arman berlari dan masuk ke dalam su

  • Istri Penguasa Untuk 90 Hari   Malam bersama Ardian

    Zulaika perlahan masuk ke dalam rumah lamanya. Dia disambut oleh lelaki yang sangat tampan, menggunakan kemeja putih dan celana hitam. Serta rambut yang sangat rapi dan diarahkan ke belakang. Senyuman Ardian benar-benar sangat luar biasa. Zulaika pun membalas senyuman itu. Tapi, hatinya kini berbeda. Dia seketika mengingat Arman yang sudah bisa membuat hatinya berdebar.Zulaika menarik napas panjang. Dia berusaha mengatasi hatinya. Perlahan dia mendekati Ardian dan menerima uluran tangan tuan muda kedua itu. Ardian memeluk Zulaika dengan erat. Dia sangat merindukan wanita yang sangat dicintainya itu."Aku sangat merindukanmu, Zulaika. Dan aku tidak menyangka ternyata hari ini kita benar-benar akan melakukannya. Aku juga tidak sabar kau mengandung anakku. Aku sangat bahagia kau sudah memilihku, Zulaika," bisik Ardian kemudian perlahan membuka kemeja Zulaika satu persatu.Kedua mata hitam Zulaika yang sangat indah itu tidak pernah terlepas dari wajah Ardian. Dia terus menetap lelaki itu

  • Istri Penguasa Untuk 90 Hari   Bertemu dengan Ardian

    "Apa-apaan ini? Arman sampai segitunya menyiapkan semuanya?" Zulaika masuk dengan hati berdebar. Apakah dia akan meninggalkan Arman dengan sesuatu yang sangat manis seperti ini, atau dia tetap bersama dengan Arman dan melupakan semuanya? Lalu hidup bahagia karena lelaki itu benar-benar tulus kali ini. Terlihat dari kedua matanya. Tidak ada kebohongan di sana. Zulaika tersenyum menatap semuanya. Dia wanita biasa yang mudah terpana dengan sesuatu yang sangat romantis. Lalu bagaimana dengan semuanya? "Kau benar-benar sangat luar biasa. Apakah ini memang dirimu atau kau hanya berpura-pura. Hmm, memberikan pancingan lagi kepadaku," ucap Zulaika membuat Arman menggelengkan kepala lalu mendekatinya. Memeluknya kembali dengan sangat erat."Tidak ada kebohongan. Zulaika, kau tahu sendiri. Aku sudah melepaskan mereka semua kembali ke orang tua mereka masing-masing. Dan itu adalah sesuatu yang sudah aku lakukan dengan sangat nekat. Semua orang pasti akan membicarakanku. Semua orang pasti akan m

DMCA.com Protection Status