Semua Bab Murid Kesayangan: Bab 81 - Bab 90

135 Bab

Bab 81. Mencari Bukti

Resti menarik nafas, dia memandangku, kemudian kembali membuka mulutnya. “Kurasa Josie dijebak,” kata Resti. “Maksud kamu?” tanyaku dengan kening mengkerut. “Waktu Josie datang malam itu, sudah hampir jam satu. Dia lemas dan lunglai, tak bisa berkata apa-apa. Ibu Rani mengatakan Josie mabuk. Jadi malam itu dia tidak bisa ditanya dari mana dan melakukan apa. Tapi foto Josie dengan cowok di kafe, menjadi bukti apa yang Josie lakukan di luar.” Resti mulai menjelaskan. “Josie sendirian?” Aku tidak percaya mendengar yang Resti katakan. “Aku akan mulai dari awal, Pak Bos dengar dulu. Jangan menyela, jangan emosi.” Resti melihat padaku dengan tatapan sedih. Ketegangan dari raut mukanya belum hilang. “Oke, lanjutkan,” ucapku. Dadaku bergemuruh. Apa yang Resti katakan membuat aku tidak karuan. Tidak percaya mendengar kabar itu. “Sore itu kami jalan ke Malioboro, rame-rame. Di sana padat sekali. Aku akhirnya jalan terpisah dengan Josie, karena menemani Doan. Aku pikir Josie, Hetty, dan be
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-17
Baca selengkapnya

Bab 82. Menemukan Jejak

Josie terdiam, lalu perlahan air mata membasahi kedua pipinya. Ada kesedihan begitu dalam muncul begitu cepat di wajahnya. “Josie …” panggilku. Aku ingin tahu apa yang sedang dia pikirkan. “Aku ga bisa jaga diriku, Kak. Aku ga bisa tahu kalau ada yang sedang mempermainkan aku.” Josie mengusap kedua pipinya dengan punggung tangannya. “Pesan itu, yang masuk di ponsel kamu.” Segera aku ingat yang Resti ceritakan. Josie datang ke kafe itu karena ada yang mengirim pesan, agar Josie ke sana. “Kamu masih simpan? Ada nomornya?” Josie memandangku. Lalu dia mengangguk. “Ya, kurasa masih ada.” “Bisa kamu screenshot, kirim ke aku.” Aku bertekad akan mencari petunjuk siapa yang dengan sengaja mempermainkan Josie. “Kak, aku harus gimana? Kurasa kali ini aku tidak bisa mengelak. Pasti aku akan dikeluarkan dari sekolah. Aku ga mau. Aku tinggal tunggu wisuda dan ijazah.” Josie tampak kesal bercampur sedih karena harus mengalami sesuatu yang jauh di luar dugaan. Jujur saja pikiranku tentu pada He
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-19
Baca selengkapnya

Bab 83. Teka-teki Terpecahkan dan Mencengangkan

"Apa benar, Hetty yang melakukannya? Seperti yang kamu kira?" tanyaku memastikan. Dan gelengan keras muncul spontan dari kepala Resti. "Bukan?" Aku dan Josie berkata bersamaan. "Aku ga nyangka, Pak. Aku salah duga soal Hetty. Ternyata, dia memang udah baik sama Josie." Resti kembali menarik nafas dalam. "Lalu?" Aku mengerutkan keningku. "Aku sangat kaget waktu tahu. Ga percaya, tapi aku dengar sendiri semuanya. Seandainya hanya kata orang bisa jadi aku merasa dia difitnah." Resti menjawab dengan kepaka kembali menggeleng. "Siapa, Res? Emang ada yang ga suka aku?" tanya Josie. "Istanti." Aku dan Josie melotot. Kami berpandangan lalu kembali melihat pada Resti. "Kamu yakin?" Aku tidak percaya. Istanti selama ini tidak ada urusan dengan Josie. Dia murid yang baik, murid rajin, dan lumayan pintar. Baik hati dan disukai banyak teman. Tidak mungkin. "Res, kamu ga bercanda, kan?" ujar Josie. Resti tidak menjawab baik pertanyaanku maupun pertanyaan Josie. Dia membuka sesuatu di pons
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-20
Baca selengkapnya

Bab 84. Kenapa Aku Tak Bisa Menduganya?

"Aku? Aku juga ga kenal kakak kamu. Jangan sampai salah ini orang, ya?" Aku spontan bicara. Tidak masuk akal yang Istanti katakan. "Kakakku ... tahu Pak Avin, tapi ga kenal." Istanti melanjutkan. "Kakakku ... terlilit hutang. Katanya dia bisa bebas dari hutang asal bisa menyelesaikan misi, kasih Josie pelajaran ..." "Kamu yang jelas kalau bicara. Ga usah muter-muter." Hetty juga terlihat tidak sabar. Wajahnya menunjukkan rasa kesal yang membumbung pada istanti. "Kakakku itu ... salah satu kru di tempat kerja pacar Pak Avin. Namanya Lola," ucap Istanti. "Hahhh??" Resti dan Hetty lagi-lagi menyahut bersama. Aku, Josie, dan Ibu Liani pun menatap kaget pada Istanti. "Lola? Astaga, kenapa aku tidak bisa menduganya?" Aku mengepalkan tanganku tanda marah yang seketika meluap di hatiku. Semua mata tertuju padaku. "Lola itu terobsesi sama Kak Avin. Udah diputusin ga mau terima." Resti yang membuka mulut. Dari nada suaranya, jelas gadis itu juga kesal. "Teruskan ceritamu. Apa yang terja
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-20
Baca selengkapnya

Bab 85. Aku Akan Pergi

Tidak ada alasan untuk menolak permintaan Josie. Ibu Ferinda, Ibu Liani, dan juga aku, sangat terharu dengan yang terjadi. Kekacauan, peristiwa mengejutkan, tetapi bisa berakhir begitu manis. Josie, yang kulihat di mataku, sekalipun dia mengalami hidup yang rumit, berat, dan menyedihkan, tidak menjadikannya gadis arogan dan ingin menang sendiri. Situasi up and down yang datang tiba-tiba justru membuktikan hati manis dan mulia yang dia punya. Istanti memeluk Josie erat dan menangis begitu rupa. Rasa terima kasih tak terhingga yang dia tunjukkan meskipun hampir tak ada kata yang keluar selain tangisannya. Hari itu kami lewati dengan hati lega. Aku pulang dengan beban berat seolah-olah sudah terlepas dan terlempar jauh ke dasar laut. Sampai hari yang paling dinanti tiba. Ibu Kepala Sekolah menyatakan kelas 12 lulus dalam menyelesaikan semua tuntutan di sekolah. Bukan hanya dalam hal akademik. Dalam sisi ketrampilan hingga karakter, ujian yang mereka lalui telah terlampaui. "Saya bangga
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-22
Baca selengkapnya

Bab 86. Terbuka Di Depan Mata

Josie tidak menjawab pertanyaanku. Dia kembali duduk, lalu mengambil ponselnya yang ada di meja. Aku ikut duduk dan menunggu apa yang dia mau tunjukkan. Josie membuka sesuatu di ponsel, lalu dia berikan padaku. "Kak Avin baca pesan yang masuk dari Tante Mel." Dia memandangku, tidak mau menjelaskan langsung. Aku mengarahkan mataku pada layar ponsel Josie. Aku baca komunikasi Josie dan Melinda lewat chat. Mataku melebar, dan kurasa mulutku setengah menganga saat membaca semuanya. "Josie, kamu serius?" tanyaku dengan dada berdetak lebih cepat. "Kak, Tante Mel sudah menyiapkan semua ... semuanya buat aku. Saat dia tahu segala hal yang aku lewati di sini, dia ingin aku lebih cepat pergi. Dia tidak mau aku terus merasakan kepedihan. Dia bilang, bertemu denganku seakan menemukan lagi seorang putri yang tidak akan pernah dia miliki lagi." Josie bicara serius, tidak ada senyum di sana. Tapi dia tetap terlihat tenang. "Dan Tante Mel minta aku ikut denganmu?" Ini yang aku sangat terkejut saa
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-24
Baca selengkapnya

Bab 87. Antara Senang dan Sedih

Mata Josie memandang padaku dengan tatapan penuh harap. Di layar, Melinda juga melihat dengan rasa tidak sabar. Kedua wanita cantik ini menunggu aku segera mengumumkan satu lagi keputusan besar di dalam hidupku. "Setelah aku berpikir, mempertimbangkan semua hal, dan juga berdoa ..." Mataku kembali bergantian melihat pada Josie dah Melinda. "... aku membulatkan hatiku ... aku ga bisa ..."Tatapan Josie berubah. Seketika sorot penuh harap menyingkir dan redup. "Avin, kamu sudah beneran mikir semuanya?" Melinda dengan cepat mengajukan pertanyaan. "Yaa ... aku sudah memikirkan semuanya." Aku menjawab, juga dengan cepat. "Aku ga bisa jauh dari Josie. Karena itu ..."Belum tuntas aku bicara, Josie langsung melompat dan memeluk aku dengan erat. Ponsel yang aku pegang sampai hampir jatuh. "Makasih, Kak, makasih banyak!" kata Josie dengan penuh haru. Aku dan Josie kembali melihat ke layar kaca. Senyum. lebar Melinda pun mengembang. Senyum gembira mereka, membuat aku sangat lega. Keputusan
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-26
Baca selengkapnya

Bab 88. Melangkah Lebih Jauh

"Kak Lili, aku belum genap delapan belas tahun. Mana boleh menikah?" Josie melihat Kak Lili dengan wajah bersemu merah. Kak Lili tersenyum lebar, sedang Bang Edo, ngakak sekeras-kerasnya. Aku garuk-garuk kepala dengan tingkah mereka. "Andai bisa, itu akan aman, sangat aman buat kalian berdua. Aku ga ada rasa ketir-ketir," ujar Kak Lili. "Tenang, Kak, aku ga akan macam-macam." Aku meyakinkan kakakku jika yang dia pikir aku dan Josie bisa jatuh ke hubungan yang terlampau jauh, aku jamin tidak akan terjadi. "Setidaknya kalian tunangan dulu. Itu sudah satu langkah untuk menguatkan hubungan kalian." Bang Edo memberikan pemikirannya. "Ah, iyaa ... Betul itu. Kalian tunangan sebelum berangkat." Kak Lili bersemangat menyahuti. Aku tersenyum girang. Aku menarik Josie dalam pelukan dan mendaratkan kecupan di keningnya. "Kak ..." Josie kaget. Dia meletakkan tangan di dadaku dan mendorong aku agar sedikit menjauh. Wajahnya merona. Pasti dia malu karena aku memeluk tiba-tiba di depan kedua k
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-28
Baca selengkapnya

Bab 89. Seolah-olah Bulan Madu

Wajah Josie memelas. Dia memasang mimik sedih dengan mata sayu. Aku ingin sekali tertawa, tetapi aku tahan. Yang kutampilkan masih sama, wajah tegang dan sedikit kesal. "Kak, ini kesempatan terakhir. Aku akan tahu Tante Ertie di sana gimana. Kalaupun nanti jauhan, udah ga kuatir lagi. Ayolah," ujar Josie membujuk. "Kapan kamu mau pergi?" Aku bertanya dengan nada agak ketus. "Segera. Ini Tante Ertie katanya berangkat dua hari lagi. Boleh ga, aku bareng? Jadi aku ga sendirian." Josie mengusulkan. Aku menggembungkan pipiku sambil mengerutkan kening. Aku lagi-lagi berpura-pura berpikir keras. "Hmm, kita baru juga tunangan. Kamu malah mikir jalan-jalan. Ga mikir perasaanku?" Aku melirik Josie. "Bukan gitu, Kak. Nanti juga kita kan sama-sama terus. Please, please, please ..." Josie menghiba. "Beri aku waktu sampai besok." Aku serius mengatakan itu. Di kepalaku sudah berkeliaran ide membuat Josie akan terkejut besar. "Ihh, pakai tunggu besok. Kalau kehabisan tiket gimana? Ga bisa bare
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-29
Baca selengkapnya

Bab 90. Malam Itu ...

Josie seketika melepas tanganku dan sedikit mundur. "Hei, kenapa?" ujarku. Aku merasa sikap Josie berubah tiba-tiba. Dia semacam memasang pagar dan mendirikan benteng. "Kak Avin jangan buat aku takut," kata Josie. "Aku ngapain?" ucapku sambil mengerutkan kening. Tapi jujur saja aku ingin tertawa melihat tingkah Josie. "Kita jalan-jalan, bukan bulan madu. Jelas, kan?" tanya Josie dengan posisi berdiri tegak. "Iya, Sayangku ... hee ... hee ..." Aku terkikik mendengar itu. "Ok. Aku masuk kamar, mau istirahat," tandas Josie. "Silakan saja. Tapi rugi banget. Sebentar lagi sunset dan pasti sangat indah," kataku sambil melangkah mendekati pantai. "Kak Avin!" panggil Josie. Aku terus melangkah tidak memperhatikan Josie, pura-pura tidak mendengar. "Kak! Tunggu!" Josie berseru. Aku yakin gadis cantik itu akan menyusulku. Tidak akan dia membiarkan momen indah akan berlalu begitu saja. Dan benar! Josie dudah ada di sampingku lagi."Ga mau ketinggalan. Sunset di Lombok? Harus diabadikan
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-01
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
14
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status