Home / Young Adult / Murid Kesayangan / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Murid Kesayangan: Chapter 101 - Chapter 110

135 Chapters

Bab 101. Kisah Lama yang Terkuak

"Kalau kamu memang sayang sama aku, keluar dari ruangan ini. Sekarang," kataku pada Josie. Aku menahan letupan di dada yang seperti akan meledakkan aku. "Kak, kenapa?" Josie jelas bingung dengan sikapku. "Avin? Harvino Gracio Andika?" Pria itu berdiri dan menatap padaku dengan pandangan yang tak bisa aku gambarkan. "Bagus. Ternyata ingatanmu ga seburuk yang aku pikir. Aku ga pernah mengharapkan hari ini terjadi dalam hidupku. Tapi aku ga bisa mengelak lagi. "Anda sudah di depanku. Dengar baik-baik. Terima kasih untuk semua sakit yang Anda buat pada ibuku. Terima kasih membuat aku dan Kak Lili menjadi anak yang terlunta-lunta. Ternyata Anda bahagia di sini. Dengan mereka? Luar biasa. Aku ga akan mau dan ga akan pernah melihat Anda lagi. Selamat tinggal."Aku meraih tangan Josie, sedikit menariknya, dan mengajak kekasihku segera keluar dari ruangan itu. Aku terus melangkah meninggalkan resto menuju ke tempat parkir. Mobil menunggu di sana dan aku langsung mengajak Josie masuk. "Kak
last updateLast Updated : 2022-11-13
Read more

Bab 102. Bujuk Sayang Kekasih

Beberapa hari berlalu. Aku tidak lagi bicara apapun soal kejadian di resto malam itu. Aku berusaha menganggap malam itu tak pernah ada. Namun, tetap saja tidak mudah. Jika aku sedang sendirian, muncul wajah pria itu, dengan tatapan terkejut dan sedih dalam kepalaku. "Ga usah dipikir, Avin. Lupakan. Lupakan." Aku bicara pada diriku sendiri. Lalu kembali aku berjuang fokus dengan pekerjaan. Kelas terakhir hari itu, aku hanya meminta anak-anak berlatih dengan group masing-masing. Tidak ada pelajaran tambahan apapun. Aku memantau saja jika. mereka ada kesulitan atau perlu arahan. Hampir satu jam berlalu, kelas pun usai. Murid-murid membereskan peralatan mereka lalu meninggalkan ruang musik. Aku masih merapikan peralatanku ketika di pintu seseorang mengetuk. "Hai, Pak Guru! Boleh masuk?" Suara manis dan renyah terdengar dari wanita langsing dengan rambut ikal berwarna coklat gelap itu. "Hai, Ibu Leena? Bagaimana, ada yang bisa saya bantu?" Aku mengangkat tasku dan berjalan mendekati pi
last updateLast Updated : 2022-11-14
Read more

Bab 103. Aven dan Avin

Josie berdiri tepat di depanku. Dia berusaha tetap tenang meski aku bisa melihat ada aura cemas dan takut di wajahnya. "Setiap orang bisa saja berbuat salah. Tetapi selalu ada alasan di balik tindakan yang diambilnya. Tidak bisakah mencoba memahami, lalu membuka hati yang luas, dan tidak menyimpan sakit lebih lama?" Josie masih ingat dengan jelas apa yang aku memang katakan saat Josie berontak dan tidak mau menerima Ertie. "Kak ... kumohon. Kali ini saja, dengarkan Aven. Setelah itu, Kak Avin bisa pikirkan harus bagaimana." Josie terus membujukku. "Kak Avin, aku minta tolong. Aku tidak akan lama." Aku cukup terkejut, Aven bicara dengan bahasa Indonesia. Dan dia memanggilku dengan Kak. Aku tidak segera bereaksi. Dalam kepalaku bergulung banyak hal. Semua kepedihan karena ayah, kemarahan yang sulit aku singkirkan setiap mengingat dia, dan juga hati yang seharusnya luas dan lapang berani melihat kenyataan. "Kak, kumohon ..." Josie kembali membujuk. Aku tidak menjawab, tetapi aku be
last updateLast Updated : 2022-11-15
Read more

Bab 104. Sampai Kapan Luka Itu Menganga?

Sepanjang jalan pulang tak sepatah kata pun yang terucap dari bibirku. Josie yang duduk di sampingku juga tak membuka mulutnya. Sesekali dia melirik, tetapi tak berani menatap padaku dengan sungguh-sungguh. Aku sama sekali tak ingin bicara, tak ingin membahas apapun. Saat berangkat aku penuh semangat karena Josie menyiapkan kejutan buatku. Sebaliknya saat kembali menuju rumah, aku merasa seperti sedang dipermainkan. Di sisi ini aku merasa kesal pada Josie. Sampai di rumah, aku parkir mobil langsung ke garasi. Tanpa menunggu Josie, aku turun dari mobil. Josie segera ikut turun juga. Aku masih tak ada niatan bicara. Aku langkahkan kaki menuju ke rumah kecil. "Kak!" Josie memanggil. Aku berhenti dan membalikkan badan. "Aku ..."Sebelum Josie bicara lebih jauh segera aku menyahut, "Terima kasih buat kejutan kamu. Sungguh istimewa dan luar biasa. Aku ga akan pernah lupa hari ini."Josie mengatupkan bibirnya. Dia menatap padaku dengan pandangan sedih. Tidak ada kata lain lagi yang dia u
last updateLast Updated : 2022-11-17
Read more

Bab 105. Gamang Tak Terhalang

Degupan kencang menekan di dadaku. Bukan degupan cinta yang biasanya aku rasa jika dekat Josie. Tetapi degupan amarah yang dibarengi sedih. Juga pertanyaan mulai memenuhi kepalaku tentang masa laluku sejak ayah tak lagi bersama kami. Josie masih menatapku. Aku tahu arti tatapannya. Dia ingin aku melepas maaf dan berbaikan dengan ayah. Satu sisi aku tahu, itu harus aku lakukan. Sayangnya, di sisi lain hatiku juga berteriak, setelah semua yang ayah lakukan, segampang itulah maaf dia terima?"Aku ga mau Pak Guru kebanggaanku punya hati yang penuh luka. Aku ga mau punya kekasih yang begitu kuat memendam sakit, padahal terlalu banyak hal baik sudah dia miliki."Josie kembali bicara. Aku menelan ludah mendengar kata-kata Josie. Mengapa gadis muda belia di depanku ini begitu dewasa? Dari mana dia belajar? Ataukah ada sisi lain dari Josie yang baru muncul? "Uuffhhh ..." Aku mengembuskan napas berat. Aku meraup rambut kepalaku, lalu bersandar pada punggung kursi. "Aku tidak bisa memaksa Kak
last updateLast Updated : 2022-11-19
Read more

Bab 106. Memandang Wajahnya Lagi

"Avin, ayah itu tidak akan pernah tidak sayang anaknya. Tetapi ada saat dia tidak kuasa mengatasi situasinya dan memilih melakukan hal yang berbeda dari yang dia mau." Jelas sekali rasanya suara ibu ada di telingaku. Detak jantungku melaju. Refleks aku membuka mata. Aku menoleh ke kiri dan kanan. Tentu saja tidak ada siapapun. Itu hanya bayanganku tentang ibu. tetapi terasa begitu nyata. Jadi, apa maksud perkataan yang kudengar barusan? "Aku ... hufhh, kurasa aku akan menemui ayah," ucapku mengambil keputusan. Aku berdiri dan masuk ke dalam kamar. Mungkin aku harus bicara dengan Kak Lili soal ini. Aku harus mendengar apa yang dia rasa, yang selama ini sepertinya aku abaikan karena kemarahan yang aku biarkan membara di dadaku. Kulihat di meja ponselku menyala. Aku segera mendekat dan tampak nama Kak Lili di sana. Aku membuka pesan yang dia kirimkan. Foto bayi cantik dan mungil, anak pertama Kak Lili dan Bang Edo. - Cantik, kan, Om? Panggil aku Amel Itu tulisan yang ada di bawah fo
last updateLast Updated : 2022-11-19
Read more

Bab 107. Pelukan Hangat yang Kembali

Pria di depanku ini, aku sadar sekali, beberapa bagian wajahnya mirip denganku. Tidak bisa kutolak, dia bagian dari hidupku. Aku masih menunggu, ayah menyelesaikan kalimat yang dia ucapkan. "... ya, malu karena aku menjadi ayah yang tidak tahu bagaimana mempertanggungjawabkan apa yang harus aku lakukan. Janjiku pada ibumu saat menikah, aku langgar dan kemudian tidak tahu lagi bagaimana kehiudpan kalian sampai hari ini." Hening. Aku menatap ayah. Tatapan ini belum pernah aku rasakan dari ayahku. Tidak pernah. Tatapan sedih dan merasa tak berguna. "Kecelakaan itu, mengubah semuanya. Kapal kami karam, semua porak poranda. Aku tidak tahu berapa lama terapung-apung di laut, timbul tenggelam tanpa tahu kapan pertolongan datang. Hingga saat aku tak mampu lagi menjaga kesadaran, aku pikir nyawaku sudah melayang. Sampai ketika aku membuka mata, aku berada di rumah sakit kira-kira tiga bulan." Aku terkejut. Ayah sempat koma tiga bulan? Tatapanku makin tajam pada kedua bola matanya yang menyi
last updateLast Updated : 2022-11-22
Read more

Bab 108. Semua Baik-baik

Ayah menatap lekat-lekat padaku. Wajahnya masih basah karena air mata. Kedua matanya pun masih berkaca-kaca. "Panggil lagi," ucapnya tanpa berkedip. Butiran bening menitik dari kedua matanya yang tampak sayu. "Aku rindu panggilan itu ..." "Ayah ..." Seperti tak bisa kutahan, aku mengulang panggilanku. Akhirnya, aku mengucapkan kata 'Ayah' di depan orang yang selama ini aku anggap sudah mati. Tangan ayah menguat memelukku. Dia dekap aku sambil kembali melepas tangisnya. Aku bisa merasakan kerinduan yang begitu dalam telah dia simpan bertahun-tahun. Hatiku semakin terbuka menerima ayah kembali. Semua sakit harus aku singkirkan. Semua marah harus aku lempar sejauh mungkin, karena semua itu tak beralasan. Ayah sangat sayang padaku. Tidak sekalipun dia ingin meninggalkan aku, apalagi menelantarkan aku. Hidup, seperti mempermainkan keluarga kami. Tetapi ... semua sudah terjadi. Ada bagian yang memang tidak bisa dikendalikan, tak mungkin diubah, ataupun diulang. Aku harus rela menerimanya
last updateLast Updated : 2022-11-26
Read more

Bab 109. Josieku

Josie tepat di depanku. Dekat, sangat dekat. Wajahnya memerah. Tatapan matanya lembut, seolah menunggu aku akan berbuat apa padanya. Jantungku makin meletup. Kekasihku sangat cantik, baik, dan berhati murni. Aku bangga padanya. Aku bangga medapatkan hatinya. "Josie ..." bisikku. Mataku makin menghujam dan bertemu dengan manik Josie yang juga menatap dalam padaku. "Josieku ..." Josie tidak bergerak. Aku merasa, Josie menunggu. Apakah dia ingin aku makin mendekat? Aku merapatkan tubuhku, menarik Josie ke dadaku. Josie tak mengelak. Aku merasakan dentuman di dada, tapi aku tak ingin berhenti. Bibir Josie tinggal beberapa senti di depanku. Sshhhtttt ... Kilatan sinar sekelebat menerpa di dekat kami. Aku dan Josie tersentak. Kami refleks saling menjauh. Dadaku makin berpacu. Kami menoleh ke arah sinar itu. Sorotan lampu dari mobil yang muncul. Tante Melinda dan Ralph datang. Aku dan Josie kembali ke posisi semula. Kami duduk kembali berjarak. Hampir saja. Josie dan aku ... "Hai!" Denga
last updateLast Updated : 2022-11-26
Read more

Bab 110. Istri Ayah Ternyata ...

Josie tersenyum. "Makasih, Kakak jaga aku banget. Aku akan berjuang keras biar cepat selesai kuliah. Jadi kita cepat nikah. Mungkin baik, kalau kita batasi pertemuan, jika tidak penting banget ga usah berduaan. Kita bisa komunikasi lewat chat dan telpon, kan?" Aku menarik napas dalam. Aneh permintaan Josie. Kita bersama, tapi bersiap menjalani hubungan seperti LDR. Kenapa situasi di sekolah saat Josie SMA harus dihadirkan lagi? Tapi, aku sepertinya harus sepakat dengan itu. "Kenapa tidak? Makin sibuk, kita ga mikir ke mana-mana. Waktu akan berlalu cepat, lalu kita sampai di hari wisuda kamu. Lalu pulang, kita menikah." Aku tersenyum lega. "Oke. Jadi mulai besok ..." Dan Josie mengutarakan apa yang ada di kepalanya. Aku biarkan saja Josie mengatakan semua yang ada di pikirannya. Aku tahu dia lakukan itu untuk menjaga hubungan kami tetap di jalur yang benar. Itu yang aku dan Josie lakukan. Selama dua minggu Tante Melinda dan Ralph masih menikmati honeymoon, aku tidak akan masuk di r
last updateLast Updated : 2022-11-27
Read more
PREV
1
...
91011121314
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status