Home / Young Adult / Murid Kesayangan / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Murid Kesayangan: Chapter 91 - Chapter 100

135 Chapters

Bab 91. Aku Cemburu?

Josie begitu dekat di depanku. Hembusan nafasnya terasa hangat menyentuh pipiku. Aku ingin sekali merengkuh kekasih kecilku, di momen yang tak boleh dilewatkan. Mata Josie bulat menatapku. Ada tatapan yang aneh muncul di sana. Antara gugup dan takut itu yang aku lihat. "Josie ..." bisikku dengan nafas memburu. "Kak, aku ..." Josie melepas pelukannya. Dia mengernyit dan sedikit mundur. "Josie?" ulangku memanggil. "Aku sakit perut." Josie menoleh dan menggeser posisi menghadap pintu. Dia cepat membuka kunci dan pintu. Tanpa mempedulikan aku yang terbengong di pintu, Josie lari masuk ke dalam kamar. Aku hanya bisa menggaruk kepala. Gairahku yang sudah melambung porak poranda. Aku duduk di kursi di teras kamar. Nafasku masih belum benar-benar teratur. "Apa yang mau kamu lakukan, Vin?" Ada suara di hatiku bicara. Ya, apa yang barusan aku akan lakukan? Mencium Josie? Astaga! "Avin, kamu udah terlalu jauh." Aku bicara pada diri sendiri. "Untung Josie sadar. Aku ga yakin dia sakit pe
last updateLast Updated : 2022-11-01
Read more

Bab 92. Ceria Berubah Sendu

Josie terus saja melangkah menjauh. Dia berjalan tidak tahu ke mana, hanya mengikuti langkah kakinya. Arah yang dia pilih pun berlawanan dengan arah cowok bule itu. Aku mengejar Josie. Aku marah dia tidak mendengarkan aku, justru pergi begitu saja. "Josie!" panggilku sambil meraih tangannya, memaksa Josie menghentikan langkah. Josie memang berhenti, tapi dia tidak menoleh. Dia tidak mau melihat padaku. "Aku ga suka kamu begini. Ga hormat sama aku. Ga sopan banget," ujarku. Josie memegang tanganku yang erat memegang sebelah tangannya. Dia melepas peganganku, tapi aku makin erat menggenggamnya. "Aku mau pergi. Aku ga mau Kak Avin kayak gini sama aku." Wajah Josie cemberut dengan mata memerah. Ada aura sedih dan marah dia luapkan."Harusnya aku yang marah, kenapa malah kamu ngambek? Ga bener ini!" tukasku tidak terima dengan sikap Josie. Josie memutar badannya menghadap ke arahku. "Aku melihat kamu bersama cowok lain, tertawa gembira, dan asyik berfoto bersama. Dia siapa? Turis asi
last updateLast Updated : 2022-11-03
Read more

Bab 93. Di Tanah Kelahiran

Malang. Kota kelahiran Josie. Tak terpikir Josie menyebutkan dia mau pulang ke sana. "Sebelum aku pergi jauh dan ga tahu kapan balik ke sini, aku mau ke makam papa dan mama." Josie memberikan alasan. "Oke, tentu saja. Kita akan ke Malang. Segera kita atur setelah pulang dari sini." Aku setuju. Pikiranku dengan cepat mengembara. Pergi ke Malang, apa yang akan aku temui di sana? Kuharap tidak akan lama perjalanan ke Malang akan dapat berjalan. Sedangkan perjalanan di Pulau Lombok nan indah menjadi perjalanan yang menyenangkan dan berkesan. Hari aku dipenuhi cemburu, seperti berlalu begitu saja. Josie sangat senang dengan semua tempat yang kami kunjungi. Ratusan foto kami abadikan. Di setiap tempat kami mengambil banyak pose untuk menjadi kenangan perjalanan berdua. Paling menggembirakan hatiku, kala Josie bersikap manja. Aku bisa merasa dia sangat sayang padaku dan ingin terus kulimpahi dengan cinta. "Makasih udah ajak aku ke sini. Ga mungkin lupa semuanya. Seru, seru banget." Josie
last updateLast Updated : 2022-11-05
Read more

Bab 94. Terbang Jauh

Dadaku berdebar kencang. Pesawat yang membawa aku dan Josie terbang menuju Benua Eropa mulai lepas landas. Penerbangan akan cukup panjang. Tetapi aku sangat bersemangat. Kehidupan seperti apa yang aku dan Josie akan alami di negeri yang disebut sebagai Negara Paling Bahagia di dunia itu. "Aku berat melepas kalian. Tapi aku ga mungkin menahan kebahagiaan yang menunggu kalian." Kak Lili memeluk aku dan Josie bergantian saat mengantar di bandara. Tangisan tak bisa dicegah. Air matanya berderai meski dia tidak ingin menangis. "Aku akan baik-baik saja. Josie pasti bisa merawat aku. Dia rajin dan pintar memasak. Aman, Kak." Aku menimpali dengan bercanda, agar Kak Lili tidak larut dalam sendu. "Cuma aku pasti sedih, kamu ga di sini kalau nanti anakku lahir, Avin. Padahal mau kamu main gitar sama nyanyi buat dia." Makin sendu kata-kata Kak Lili. Matanya sedikit berair memandang padaku. Terus terang, hatiku terasa penuh. Semakin berat saja mau berangkat. "Nanti aku buat video, ya? Aku akan
last updateLast Updated : 2022-11-07
Read more

Bab 95. Petualangan Baru Dimulai

Melinda yang hampir berdiri, mengurungkan niatnya dan memandang padaku. Lalu dia juga menoleh pada Josie sebentar dan balik memandangku lagi. "Ah, ya, hampir lupa. Aku ada dua opsi buat kamu, Avin. Aku tetap ingat kebiasaan di negara kita, sepasang kekasih yang belum menikah tidak bisa tinggal serumah." Senyum Melinda menciut. Dia lebih serius bicara. "Jadi, aku berikan pilihan. Kalau kamu mau di rumah ini, aku siapkan kamar di sebelah belakang, dekat taman. Josie akan di lantai atas denganku, kamar kami bersebelahan."Aku dan Josie menyimak penjelasan Melinda. "Pilihan yang satu lagi?" Aku bertanya. Lebih baik tahu pilihan yang lain seperti apa. "Rumah ini seperti punya anak rumah, di sisi lain. Maksudku, berdampingan dengan rumah ini, ada rumah lebih kecil. Masih satu area, tetapi tersendiri. Menuju ke sana harus melewati taman samping atau memutar jika keluar halaman depan." Melinda menjelaskan. Aku melihat Josie. Tatapan Josie seperti ingin mengatakan terserah aku mau pilih yan
last updateLast Updated : 2022-11-07
Read more

Bab 96. Something More About Melinda

Makan malam di rumah Tante Melinda yang biasanya hanya bertiga, malam itu bertambah satu personil. Ralph Warren. Tante Melinda memperkenalkannya padaku dan Josie sebagai sahabat lama. Tanpa aku dan Josie minta, kisah panjang Tante Melinda tuturkan, sementara kami menikmati hidangan. Saat awal datang ke Finlandia, karena nekat, Tante Melinda dengan suami dan putrinya mengadu nasib. Dan orang Finlandia pertama yang ada di samping mereka adalah Ralph. Dalam semua perjuangan, Ralph setia sebagai kawan. Ralph yang membuka jalan juga untuk usaha yang dirintis suami Tante Melinda."Aku menjadi guru di sebuah sekolah karena Ralph. Dia menjadi wakil kepala sekolah di sana, aku diminta masuk menjadi guru sejarah tentang Asia dan guru Art. Untuk mendiang Ardo, Ralph yang punya banyak relasi, akhirnya menolong Ardo bisa punya restoran dan butik. "Aku dulu tidak terlalu terlibat dengan bisnis, karena fokus di sekolah dan mengurus Fisca. Setelah kecelakaan itu ..." Tante Melinda menunda menyelesai
last updateLast Updated : 2022-11-08
Read more

Bab 97. Is It Heaven?

Aku mencermati ekspresi Ralph. Hampir dia membuka mulutnya, kami mendengar suara dari arah pintu. Suara tawa dua wanita yang hari-hari ini dekat denganku. Josie dan Tante Melinda masuk membawa tentengan di tangan mereka. "Hai, kalian di sini?" tanya Tante Melinda dengan bahasa lokal. "Ya dan bagus kalian datang. Bergabung saja sekalian." Ralph melambai memberi isyarat agar kedua wanita cantik itu segera mendekat."Baiklah. Tuan yang akan mentraktir kami siang ini?" Tante Melinda melangkah mendekat. Senyumnya lebar dia menggoda Ralph. Bagaimana mungkin Ralph yang mentraktir kalau kami makan di restoran Tante Melinda sendiri. "Tentu. Hari ini aku sedang gembira. Jadi aku akan mentraktir wanita hebat dan cantik yang tidak mungkin aku lupakan." Ralph pun menimpali dengan ceria. Terkesan membalas candaan Tante Melinda, tetapi aku tahu itu muncul dari hatinya. "Siapa takut? Ayo, Josie, kita kuras dompet Ralph hari ini." Tante Melinda menoleh pada Josie yang dari tadi hanya senyum-senyum
last updateLast Updated : 2022-11-09
Read more

Bab 98. Misi Merajut Cinta

Mata Josie masih tertuju padaku. Dadaku makin kuat berdegup. Josie sudah mahasiswa, bukan remaja. Dia wanita dewasa. Dia makin cantik dan matang. Tante Melinda mengajar Josie bagaimana berpenampilan cantik meski tetap sederhana. Aku makin sering terpesona, makin takut tak bisa menahan diriku. "Di sini aku ga ketemu mama dan papa." Ucapan Josie menyadarkan aku. Aku sudah mulai melambung dan segera mendarat lagi ke bumi. "Tapi ada aku di sini." Aku mengusap pipi Josie. "Kamu tahu apa yang aku ingin cepat wujudkan?""Apa? Langsung jawab ga usah digantung." Josie melebarkan kedua matanya. "Menikah sama kamu. Aku kangen terus, padahal tiap hari sama-sama." Aku menjawab sambil maju lebih dekat pada Josie. "Ih, ga sabaran. Tunggu aku selesai kuliah, Kak." Josie mundur sedikit menjauh."Nggak. Begitu kamu ulang tahun dua puluh, aku langsung atur pernikahan. Aku lamar kamu ke Tante Mel," kataku dengan nada serius. "Ga bisa kali. Kalau belum kelar kuliah, jadi istri rempong deh, Kak. Ga ma
last updateLast Updated : 2022-11-11
Read more

Bab 99. Siapa Cowok Itu?!

Mataku terbelalak tak bisa kutahan saat melihat apa yang ada di depanku. Josie tertawa riang di samping cowok bule berambut coklat terang. Entah apa yang cowok itu katakan, yang pasti Josie tampak sangat gembira bersamanya. Darahku terasa mendidih. Josie sedang ada di resto, di jam kerja. Dia bukan melakukan pekerjaannya, tetapi asyik berduaan dengan seorang cowok yang entah itu siapa! Dengan cepat aku langkahkan kakiku mendekati mereka. Menyebalkan, Josie bahkan tidak memperhatikan kalau aku berdiri tidak sampai dua meter darinya. "Josie, kamu masih bekerja, bukan?!" Aku sangat geram. Tidak perlu aku ucapkan salam. Aku hanya mau Josie sadar dia bertingkah mengesalkan. Josie seketika menoleh, begitu juga cowok itu. "Kak! Udah datang? Bukannya jam empat baru selesai acaranya?" Josie tampak terkejut melihat aku di depannya. "Ya. Dan bagus aku mendapati calon istriku berduaan dengan cowok di tempat kerjanya. Makasih banget," ujarku ketus. "Iih, kok marah? " Josie makin terkesiap ka
last updateLast Updated : 2022-11-12
Read more

Bab 100. Orang yang Paling Aku Hindari

Aku ikut terkejut dengan ekspresi Josie. Aku melepas kekasihku, tapi sebelah tanganku masih menggenggam jemari Josie. "Kak ... aku takut," ucap Josie jujur. Dari pandangannya aku tahu dia tidak nyaman. "Sorry ..." kataku lirih. "Jangan aneh-aneh dulu. Papa dan mama pasti ga suka aku ga bisa jaga diri." Josie melihat dengan sedikit malu. "Sorry ..." Aku mengucapkan kata yang sama. Josie mengangguk. Merah wajahnya sedikit memudar. "Aku boleh ya, berteman dengan Aven? Dia juga punya adik cewek yang menyenangkan. Aku senang bisa berteman dengannya juga." "Oya?" Aku mengerutkan kening. Sudah berapa kali Josie dan cowok itu bertemu? Bahkan Josie juga kenal adiknya? "Sebenarnya, pertama bertemu di sini itu karena adiknya Aven. Arvenna. Dia dipanggil Arvi. Umuran anak SMP gitu, Kak. Si Aven itu baru mau lulus SMA." Josie menjelaskan, seolah tahu apa yang bergulung di pikiranku. Aku menahan diri untuk tidak membiarkan rasa cemburu beraksi lagi. Jujur, aku juga merasa aneh dengan diriku
last updateLast Updated : 2022-11-12
Read more
PREV
1
...
89101112
...
14
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status