Home / Young Adult / Murid Kesayangan / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Murid Kesayangan: Chapter 71 - Chapter 80

135 Chapters

Bab 71. I Think It Is Fine

Aku masih menunggu Josie memberi jawaban. Tapi dia seperti belum begitu yakin jika bersedia ikut. "Josie, acaranya tanggal 31, kok. Masih beberapa hari. Daripada bengong di asrama." Aku membujuk Josie. Josie melirik ke atas dan mengerjap beberapa kali. Lucu sekali mukanya. Kalau saja di dekatku, pasti aku udah ucel-ucel wajah cantik Josie. "Kak Lili dan Bang Edo juga pengin kamu ikutan makan malam sama-sama setelah acara itu buat menyambut tahun baru," kataku lagi. Jujur saja aku takut tiba-tiba Josie melow, lalu mewek. Jangan sampai ini memicu kesedihan yang lain yang tersimpan di hati Josie. "Oke, deh. Tapi besok aku ga mau ngapa-ngapain, Kak. Hari peringatan papa," ujar Josie. Aku mengangguk. Aku mencoba mengerti yang Josie pikir dan rasa. Sekalipun situasiku dengan Josie jika bicara soal sosok ayah sangatlah terbalik. Josie begitu bangga dan sayang papanya. Sedang aku, bicara soal orang yang harus kupanggil papa saja aku malas. "Yup. Mau aku temani?" tanyaku. "Hmm ... pengin
last updateLast Updated : 2022-10-08
Read more

Bab 72. Truth Or Dare?

Aku merasakan keharuan yang Josie tebar dari semua penuturannya. Ada kelegaan, ada juga kerelaan melepas dan menerima situasi yang harus dia lalui. "... Tuhan antar aku sampai bisa bertemu Kak Avin." Akhirnya Josie menyelesaikan kalimatnya. Mataku tidak berkedip. Dadaku bergejolak. "Just like ..." Josie kembali membuka suaranya. "... I have my hero back. Papa hadir lagi di hidupku dalam diri Kak Avin. Tapi .. lebih dari itu ... aku punya cinta yang aku juga ga pernah mikir bisa kayak gini." "Josie ..." ucapku dengan dada makin bergemuruh. "Makasih buat semuanya, Kak. Pandanganku tentang hidupku, nasibku, dan masa depanku banyak berubah. Bukan hanya saat berdua kayak gini, tapi waktu di kelas juga. Kak Avin ga cuma guru. Tapi memang kakak yang bimbing dan ngarahin adik-adiknya." Pengakuan ini, jujur membuat aku terhenyak. Seperti itukah? "Ga cuma aku yang merasa gitu, Kak. Di asrama, ga sedikit yang suka cara Kak Avin ngajar karena berbagi banyak hal baik. Yang paling aku suka ..
last updateLast Updated : 2022-10-09
Read more

Bab 73. Kecupan Tiba-tiba

Mata Kak Lili tertuju padaku. Dia masih tampak berpikir akan bertanya apa. Bang Edo dan Josie juga terlihat menunggu. Mata mereka menyiratkan rasa penasaran. "Oke, truth or dare?" Kak Lili menatapku. "Well ..." Aku ragu-ragu. Jika aku jawab dare, lalu diberi tantang yang aneh-aneh, ada Josie. Tidak lucu di depan murid dikerjain. "Truth." Akhirnya aku menjawab juga. "Aha, asyik!" sahut Bang Edo. Matanya menyala girang. Semua kembali melihat Kak Lili. "Siapa yang paling sulit kamu terima dan yang paling sulit kamu maafkan?" "Uffhhh!" Aku langsung mengembuskan napas besar. Kukira pertanyaan Kak Lili akan langsung seputar Josie. Ternyata di luar yang aku kira. "Kenapa tanya itu?" Bang Edo menepuk lengan Kak Lili tidak lega. "Kenapa?" tanya Kak Lili balik. "Tanya, apa yang membuat dia cinta sama Josie?" Bang Edo menggigit giginya sendiri, kesal. Aku menoleh melihat Josie. Wajah cantik gadis itu langsung bersemu merah. Bang Edo ini memang kadang kalau bicara seperti tidak ada filte
last updateLast Updated : 2022-10-10
Read more

Bab 74. Tidak Akan Aku Ulangi

Kembang api makin banyak di angkasa. Bergantian menghiasi langit dengan kerlap-kerlip. Lalu suara terompet dan sorak sorai orang-orang membahana. "Happy new year!! Happy new year!!" Mataku tak berkedip. Aku menatap Josie yang duduk di sampingku. Dia menengadah melihat ke langit, menikmati kembang api yang tak ada hentinya bertebaran di sana. "Happy new year ..." ucapku pelan di dekat telinga Josie. Josie menoleh melihatku. "Happy new year." Kembali dia melihat ke langit. Aku tersenyum. Aku bisa menduga apa yang Josie rasakan. Kecupan tiba-tiba yang mendarat di pipiku, pasti itu spontan dari kekasih kecilku ini. Hatiku meletup, bahagia. "Love you, Josie ..." Aku mendekat lagi dan berbisik di dekat telinga Josie. Josie diam, tidak bergerak, dan tidak bereaksi. "Hari paling indah rasanya. Menyambut tahun baru mendapat kecupan manis dari pacar." Aku melanjutkan ucapanku. "Kak, maaf ..." Josie menoleh dan melihat padaku. "Aku ga akan mengulanginya. Janji." Josie mengangkat tangan
last updateLast Updated : 2022-10-11
Read more

Bab 75. Meledak!

Lola berdiri di depanku dengan tangan terkepal. Jelas dia sedang sangat kesal. Wanita satu ini mengapa jadi ujian terberat buat aku? "Ini, buka dan lihat!" Lola memberikan amplop coklat yang dia pegang ke depanku. "Apa ini?" ujarku heran. "Makanya lihat biar tahu!" sentak Lola. Aku membuka amplop coklat itu dan mengeluarkan isinya. Astaga! Mataku terbelalak melihat apa yang ada di sana. Foto-foto aku dan Josie. Jadi Lola mengikuti aku selama ini? Dia terus memata-matai aku? "Lola, kamu ngapain kayak gini? Kita udah ga ada hubungan apa-apa. Ini semua ga ada gunanya. Terima kenyataan, Lola!" Aku mulai panas. Darahku seperti mendidih di dadaku. "Putus, kalau di kedua belah pihak setuju. Aku, belum pernah setuju kita putus! Dan aku yakin kamu ga lupa, kalau pun putus, aku yang akan putusin kamu, Avin!" Mata Lola menyala. "Kukira kamu beda dengan laki-laki yang lain, akan setia, sabar, dan sayang sama aku. Ternyata, ga ada bedanya!" "Kamu ngomong apa, sih?!" Aku ingin cepat pergi saj
last updateLast Updated : 2022-10-12
Read more

Bab 76. Cinta Itu Tidak Salah

Aku sesekali terus memperhatikan Josie. Aku berharap, tidak akan terjadi sesuatu yang buruk dengan Hetty ada di sampingnya. Untungnya aman. Justru beberapa kali mereka tampak bicara, lalu saling senyum lebar. Apa ini artinya Hetty sudah berbaik hati pada Josie? Aku tidak tahu. Kalau sampai Hetty tahu foto-fotoku dan Josie yang tersebar di sosmed, apa dia tidak akan ngamuk lagi? Ah, kenapa urusan sekolahan jadi masalah cinta seperti ini? Uhh, aku harus menghubungi Lola dan meminta dia menarik semua foto yang dia sudah pasang di dunia maya. Selesai pertemuan, semua murid dan guru meninggalkan ruangan. Aku tidak menunggu lebih lama, sebelum ada yang bicara atau menegur, apalagi terkait postingan Lola, aku harus menyingkir. Aku bergegas menuju ke kebun belakang. Aku mencoba menghubungi Lola. Beberapa kali aku memencet nomornya, Lola tidak menjawab. "Ih, kebiasaan tidak berubah. Orang perlu, dia tidak pernah angkat kalau ditelpon." Aku kesal juga. Sekali lagi aku mencoba menelpon. "Halo
last updateLast Updated : 2022-10-13
Read more

Bab 77. Accident!

Dengan wajah sedikit pucat dan tegang, Resti berdiri di depanku. Di belakangnya ada Istanti dan Monika. Mereka juga terlihat cemas. Aku baru saja bersiap pulang. “Ada apa?” Aku ikut tegang meskipun belum tahu apa yang terjadi. “Josie … dia kecelakaan.” Resti bicara sedikit gugup. “Kecelakaan gimana?” Aku seketika merasakan detak jantungku melaju. “Terjatuh di tangga, di asrama.” Istanti yang menjawab. “Sekarang lagi ditangani sama Ibu Liani.” Monika ikut bicara. “Astaga! Kok bisa?” Aku hampir tidak percaya mendengar itu. Belum dua jam berlalu kami berlatih bersama dan tiba-tiba ada kabar Josie kecelakaan. “Iya, Pak. Kakinya …” Istanti tampak sangat kuatir dan galau. “Kakinya kenapa?” Aku tidak sabar rasanya mendapat informasi yang lengkap. “Retak, Pak.” Bersamaan ketiga gadis itu menjawab. “Oh, no way!” Aku makin tidak karuan rasanya. Tidak mungkin di detik-detik terakhir ini yang terjadi. Josie punya peran penting di acara drama musikal sekolah. Dan lima hari lagi acara aka
last updateLast Updated : 2022-10-14
Read more

Bab 78. Boleh Aku Pergi?

Akhirnya seperti Josie, aku lebih memilih fokus saja pada kondisi Josie dan bagaimana mengatur agar acara besar sekolah bisa berjalan baik. Josie sepenuh hati menurut semua anjuran dokter. Demi kebaikannya, sampai dia dipindahkan kamar dari lantai 2 turun di lantai bawah. Dengan begitu, Josie akan lebih muda beraktivitas, tidak perlu naik turun tangga di asrama. Aku berterima kasih sekali pada Bu Liani, Resti pun dipindah, diminta menemani Josie di kamar di lantai 1. Aku tenang dengan keputusan itu. Aku tahu, Resti akan sangat menjaga Josie. Jika Josie butuh apa-apa, pasti dengan sigap Resti akan membantu. Makin dekat waktu penampilan drama musikal, makin degdegan saja. Aku dan Bu Rani mencari cara bagaimana agar Josie tetap bisa tampil, tetapi tidak menyulitkan Josie yang masih belum bisa menapak dengan benar saat berjalan. “Kita buat posisi Josie tidak banyak berpindah atau bergerak. Jika dia memaksimalkan ekspresi wajahnya, itu sudah cukup.” Bu Rani menyarankan. “Masih aku bayan
last updateLast Updated : 2022-10-15
Read more

Bab 79. Kiriman Foto Mengejutkan

Tanganku gemetar memegang ponsel. Di layar kaca itu, aku melihat foto yang dikirimkan padaku dari akun yang aku tidak kenal. Foto seorang pemuda dan gadis sedang berpelukan erat. Pemuda yang ada di foto itu aku tidak tahu siapa. Tetapi, si gadis … aku tidak mungkin salah, gadis itu … Josie! “Josie?” Aku berkata dengan suara berat dan dada terasa penuh. Josie berpelukan dengan siapa? Ini di tempat wisata yang jauh dari asrama. Josie bisa bersama pria lain? Panas menjalar seluruh tubuh. Aku segera mencari nomor Josie dan menelponnya. Tidak aktif. Sangat aneh. Baru beberapa jam berlalu dari saat aku membalas pesan yang Josie kirim, tiba-tiba ponselnya sudah tidak bisa aku hubungi? Ada apa ini? “Resti … pasti dia tahu apa yang sedang Josie lakukan di sana.” Dengan cemas, panik, dan bingung, aku pindah ke nomor Resti. Aku menelpon gadis itu. Bagus juga dia terus memasang dirinya sebagao detektif buat aku. Kapan saja aku perlu, Resti akan cepat merespon. Tuuttt … tuuuttt … Beberapa kali
last updateLast Updated : 2022-10-16
Read more

Bab 80. Aku Tidak Mungkin Melakukannya!

Dadaku berdetak begitu cepat. Josie tidak ada dalam rombongan? Lalu di mana dia? Aku mencari-cari Resti juga di antara murid-murid yang lain. Tidak tampak. Aku benar-benar bingung. Tidak ada pilihan, aku berjalan ke arah Ibu Rani yang sedang berdiri tidak jauh dari salah satu bis, mengawasi murid-murid. “Ibu Rani, selamat sore.” Aku menyapa. Aku berusaha setenang mungkin. Ibu Rani menoleh dan memandang padaku. “Selamat sore, Pak Avin.” “Bagaimana, Bu? Semua baik?” Aku melempar senyum, sementara hatiku tidak karuan. “Ya, baik dan tidak baik. Anak muda, Pak, pasti ada saja yang tidak terduga dilakukan.” Ibu Rani membalas senyumku. Namun, kalimatnya membuat aku bertanya-tanya. Apa yang dia maksud? Apakah ada hubungannya dengan Josie? “Begitu, Bu? Kuharap semua akan bisa diatasi,” ujarku, semakin terasa ada yang menekan di dadaku. Saat itulah, dari bis sebelah aku melihat Josie turun. Di sampingnya ada Resti. Keduanya berjalan lesu dan tidak bersemangat, tidak seperti anak-anak yang
last updateLast Updated : 2022-10-16
Read more
PREV
1
...
678910
...
14
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status