Beranda / Young Adult / Murid Kesayangan / Bab 73. Kecupan Tiba-tiba

Share

Bab 73. Kecupan Tiba-tiba

Penulis: Ayunina Sharlyn
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-10 18:55:24
Mata Kak Lili tertuju padaku. Dia masih tampak berpikir akan bertanya apa. Bang Edo dan Josie juga terlihat menunggu. Mata mereka menyiratkan rasa penasaran.

"Oke, truth or dare?" Kak Lili menatapku.

"Well ..." Aku ragu-ragu. Jika aku jawab dare, lalu diberi tantang yang aneh-aneh, ada Josie. Tidak lucu di depan murid dikerjain.

"Truth." Akhirnya aku menjawab juga.

"Aha, asyik!" sahut Bang Edo. Matanya menyala girang.

Semua kembali melihat Kak Lili. "Siapa yang paling sulit kamu terima dan yang paling sulit kamu maafkan?"

"Uffhhh!" Aku langsung mengembuskan napas besar. Kukira pertanyaan Kak Lili akan langsung seputar Josie. Ternyata di luar yang aku kira.

"Kenapa tanya itu?" Bang Edo menepuk lengan Kak Lili tidak lega.

"Kenapa?" tanya Kak Lili balik.

"Tanya, apa yang membuat dia cinta sama Josie?" Bang Edo menggigit giginya sendiri, kesal.

Aku menoleh melihat Josie. Wajah cantik gadis itu langsung bersemu merah. Bang Edo ini memang kadang kalau bicara seperti tidak ada filte
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Murid Kesayangan   Bab 74. Tidak Akan Aku Ulangi

    Kembang api makin banyak di angkasa. Bergantian menghiasi langit dengan kerlap-kerlip. Lalu suara terompet dan sorak sorai orang-orang membahana. "Happy new year!! Happy new year!!" Mataku tak berkedip. Aku menatap Josie yang duduk di sampingku. Dia menengadah melihat ke langit, menikmati kembang api yang tak ada hentinya bertebaran di sana. "Happy new year ..." ucapku pelan di dekat telinga Josie. Josie menoleh melihatku. "Happy new year." Kembali dia melihat ke langit. Aku tersenyum. Aku bisa menduga apa yang Josie rasakan. Kecupan tiba-tiba yang mendarat di pipiku, pasti itu spontan dari kekasih kecilku ini. Hatiku meletup, bahagia. "Love you, Josie ..." Aku mendekat lagi dan berbisik di dekat telinga Josie. Josie diam, tidak bergerak, dan tidak bereaksi. "Hari paling indah rasanya. Menyambut tahun baru mendapat kecupan manis dari pacar." Aku melanjutkan ucapanku. "Kak, maaf ..." Josie menoleh dan melihat padaku. "Aku ga akan mengulanginya. Janji." Josie mengangkat tangan

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-11
  • Murid Kesayangan   Bab 75. Meledak!

    Lola berdiri di depanku dengan tangan terkepal. Jelas dia sedang sangat kesal. Wanita satu ini mengapa jadi ujian terberat buat aku? "Ini, buka dan lihat!" Lola memberikan amplop coklat yang dia pegang ke depanku. "Apa ini?" ujarku heran. "Makanya lihat biar tahu!" sentak Lola. Aku membuka amplop coklat itu dan mengeluarkan isinya. Astaga! Mataku terbelalak melihat apa yang ada di sana. Foto-foto aku dan Josie. Jadi Lola mengikuti aku selama ini? Dia terus memata-matai aku? "Lola, kamu ngapain kayak gini? Kita udah ga ada hubungan apa-apa. Ini semua ga ada gunanya. Terima kenyataan, Lola!" Aku mulai panas. Darahku seperti mendidih di dadaku. "Putus, kalau di kedua belah pihak setuju. Aku, belum pernah setuju kita putus! Dan aku yakin kamu ga lupa, kalau pun putus, aku yang akan putusin kamu, Avin!" Mata Lola menyala. "Kukira kamu beda dengan laki-laki yang lain, akan setia, sabar, dan sayang sama aku. Ternyata, ga ada bedanya!" "Kamu ngomong apa, sih?!" Aku ingin cepat pergi saj

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-12
  • Murid Kesayangan   Bab 76. Cinta Itu Tidak Salah

    Aku sesekali terus memperhatikan Josie. Aku berharap, tidak akan terjadi sesuatu yang buruk dengan Hetty ada di sampingnya. Untungnya aman. Justru beberapa kali mereka tampak bicara, lalu saling senyum lebar. Apa ini artinya Hetty sudah berbaik hati pada Josie? Aku tidak tahu. Kalau sampai Hetty tahu foto-fotoku dan Josie yang tersebar di sosmed, apa dia tidak akan ngamuk lagi? Ah, kenapa urusan sekolahan jadi masalah cinta seperti ini? Uhh, aku harus menghubungi Lola dan meminta dia menarik semua foto yang dia sudah pasang di dunia maya. Selesai pertemuan, semua murid dan guru meninggalkan ruangan. Aku tidak menunggu lebih lama, sebelum ada yang bicara atau menegur, apalagi terkait postingan Lola, aku harus menyingkir. Aku bergegas menuju ke kebun belakang. Aku mencoba menghubungi Lola. Beberapa kali aku memencet nomornya, Lola tidak menjawab. "Ih, kebiasaan tidak berubah. Orang perlu, dia tidak pernah angkat kalau ditelpon." Aku kesal juga. Sekali lagi aku mencoba menelpon. "Halo

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-13
  • Murid Kesayangan   Bab 77. Accident!

    Dengan wajah sedikit pucat dan tegang, Resti berdiri di depanku. Di belakangnya ada Istanti dan Monika. Mereka juga terlihat cemas. Aku baru saja bersiap pulang. “Ada apa?” Aku ikut tegang meskipun belum tahu apa yang terjadi. “Josie … dia kecelakaan.” Resti bicara sedikit gugup. “Kecelakaan gimana?” Aku seketika merasakan detak jantungku melaju. “Terjatuh di tangga, di asrama.” Istanti yang menjawab. “Sekarang lagi ditangani sama Ibu Liani.” Monika ikut bicara. “Astaga! Kok bisa?” Aku hampir tidak percaya mendengar itu. Belum dua jam berlalu kami berlatih bersama dan tiba-tiba ada kabar Josie kecelakaan. “Iya, Pak. Kakinya …” Istanti tampak sangat kuatir dan galau. “Kakinya kenapa?” Aku tidak sabar rasanya mendapat informasi yang lengkap. “Retak, Pak.” Bersamaan ketiga gadis itu menjawab. “Oh, no way!” Aku makin tidak karuan rasanya. Tidak mungkin di detik-detik terakhir ini yang terjadi. Josie punya peran penting di acara drama musikal sekolah. Dan lima hari lagi acara aka

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-14
  • Murid Kesayangan   Bab 78. Boleh Aku Pergi?

    Akhirnya seperti Josie, aku lebih memilih fokus saja pada kondisi Josie dan bagaimana mengatur agar acara besar sekolah bisa berjalan baik. Josie sepenuh hati menurut semua anjuran dokter. Demi kebaikannya, sampai dia dipindahkan kamar dari lantai 2 turun di lantai bawah. Dengan begitu, Josie akan lebih muda beraktivitas, tidak perlu naik turun tangga di asrama. Aku berterima kasih sekali pada Bu Liani, Resti pun dipindah, diminta menemani Josie di kamar di lantai 1. Aku tenang dengan keputusan itu. Aku tahu, Resti akan sangat menjaga Josie. Jika Josie butuh apa-apa, pasti dengan sigap Resti akan membantu. Makin dekat waktu penampilan drama musikal, makin degdegan saja. Aku dan Bu Rani mencari cara bagaimana agar Josie tetap bisa tampil, tetapi tidak menyulitkan Josie yang masih belum bisa menapak dengan benar saat berjalan. “Kita buat posisi Josie tidak banyak berpindah atau bergerak. Jika dia memaksimalkan ekspresi wajahnya, itu sudah cukup.” Bu Rani menyarankan. “Masih aku bayan

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-15
  • Murid Kesayangan   Bab 79. Kiriman Foto Mengejutkan

    Tanganku gemetar memegang ponsel. Di layar kaca itu, aku melihat foto yang dikirimkan padaku dari akun yang aku tidak kenal. Foto seorang pemuda dan gadis sedang berpelukan erat. Pemuda yang ada di foto itu aku tidak tahu siapa. Tetapi, si gadis … aku tidak mungkin salah, gadis itu … Josie! “Josie?” Aku berkata dengan suara berat dan dada terasa penuh. Josie berpelukan dengan siapa? Ini di tempat wisata yang jauh dari asrama. Josie bisa bersama pria lain? Panas menjalar seluruh tubuh. Aku segera mencari nomor Josie dan menelponnya. Tidak aktif. Sangat aneh. Baru beberapa jam berlalu dari saat aku membalas pesan yang Josie kirim, tiba-tiba ponselnya sudah tidak bisa aku hubungi? Ada apa ini? “Resti … pasti dia tahu apa yang sedang Josie lakukan di sana.” Dengan cemas, panik, dan bingung, aku pindah ke nomor Resti. Aku menelpon gadis itu. Bagus juga dia terus memasang dirinya sebagao detektif buat aku. Kapan saja aku perlu, Resti akan cepat merespon. Tuuttt … tuuuttt … Beberapa kali

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-16
  • Murid Kesayangan   Bab 80. Aku Tidak Mungkin Melakukannya!

    Dadaku berdetak begitu cepat. Josie tidak ada dalam rombongan? Lalu di mana dia? Aku mencari-cari Resti juga di antara murid-murid yang lain. Tidak tampak. Aku benar-benar bingung. Tidak ada pilihan, aku berjalan ke arah Ibu Rani yang sedang berdiri tidak jauh dari salah satu bis, mengawasi murid-murid. “Ibu Rani, selamat sore.” Aku menyapa. Aku berusaha setenang mungkin. Ibu Rani menoleh dan memandang padaku. “Selamat sore, Pak Avin.” “Bagaimana, Bu? Semua baik?” Aku melempar senyum, sementara hatiku tidak karuan. “Ya, baik dan tidak baik. Anak muda, Pak, pasti ada saja yang tidak terduga dilakukan.” Ibu Rani membalas senyumku. Namun, kalimatnya membuat aku bertanya-tanya. Apa yang dia maksud? Apakah ada hubungannya dengan Josie? “Begitu, Bu? Kuharap semua akan bisa diatasi,” ujarku, semakin terasa ada yang menekan di dadaku. Saat itulah, dari bis sebelah aku melihat Josie turun. Di sampingnya ada Resti. Keduanya berjalan lesu dan tidak bersemangat, tidak seperti anak-anak yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-16
  • Murid Kesayangan   Bab 81. Mencari Bukti

    Resti menarik nafas, dia memandangku, kemudian kembali membuka mulutnya. “Kurasa Josie dijebak,” kata Resti. “Maksud kamu?” tanyaku dengan kening mengkerut. “Waktu Josie datang malam itu, sudah hampir jam satu. Dia lemas dan lunglai, tak bisa berkata apa-apa. Ibu Rani mengatakan Josie mabuk. Jadi malam itu dia tidak bisa ditanya dari mana dan melakukan apa. Tapi foto Josie dengan cowok di kafe, menjadi bukti apa yang Josie lakukan di luar.” Resti mulai menjelaskan. “Josie sendirian?” Aku tidak percaya mendengar yang Resti katakan. “Aku akan mulai dari awal, Pak Bos dengar dulu. Jangan menyela, jangan emosi.” Resti melihat padaku dengan tatapan sedih. Ketegangan dari raut mukanya belum hilang. “Oke, lanjutkan,” ucapku. Dadaku bergemuruh. Apa yang Resti katakan membuat aku tidak karuan. Tidak percaya mendengar kabar itu. “Sore itu kami jalan ke Malioboro, rame-rame. Di sana padat sekali. Aku akhirnya jalan terpisah dengan Josie, karena menemani Doan. Aku pikir Josie, Hetty, dan be

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-17

Bab terbaru

  • Murid Kesayangan   Extra Part - Semua Sudah Selesai, Ke Mana Setelah Ini?

    Josie membuat aku sangat terkejut. Dia tidak menjawab pertanyaanku, justru memberikan hadiah yang membuat aku tidak bisa mengelak dan bergerak cepat meladeninya. Kejutan Josie berakhir adegan serius di kasur besar di dalam kamar hotel. Makan pagi kami bahkan tidak kami tuntaskan. Berdua saja menghabiskan waktu tanpa ada yang lain, merekatkan keintiman rasanya luar biasa. Setelah pergulatan itu, Josie masih memelukku kuat dan terlelap dalam dekapanku. Entah berapa jam hari itu berlalu aku dan Josie hanya di kamar saja. Terdengar suara ringtone dari HP. Aku membuka mata dan bergerak. Josie ikut terbangun. "Jam berapa, Kak?" tanya Josie. "Ga tahu. Bentar. Ada telpon." Aku meraih ponsel dan menerima panggilan dari ... "Leena?" "Apa?" Josie menoleh cepat padaku. "Gedein suaranya." Aku nurut. Aku buka pengeras suara agar Josie bisa mendengar pembicaraanku dengan Leena. "Hai, Leena ..." sapaku. Enggan aku sebenarnya menerima panggilan itu. "Avin ..." Leena bicara dengan suara bergetar

  • Murid Kesayangan   Extra Part - Bulan Madu dan Klarifikasi

    Dari balkon hotel lautan luas terpampang di depanku. Matahari perlahan naik di ufuk timur di balik garis horizon pembatas langit dan air. Indah sekali. Josie di sampingku. Tangannya memeluk pinggangku sedang kepalanya bersandar manja di bahuku. "It is so marvelous. Amazing." Aku tak ingin berkedip memandang pesona alam yang seperti lukisan semata. "Tuhan baik banget. Aku bisa di sini, menikmati semua ini. Kayak mimpi," kata Josie. Ternyata dia punya pikiran yang sama denganku. Aku mengecup puncak kepalanya. Hatiku berdesir, ingatanku dengan cepat lari ke malam sebelumnya saat Josie dengan terbuka memberikan dirinya buatku. Seindah itu, semanis itu. "Love you, Josie." Dan sekali lagi kecupan aku lepas, bukan hanya di kepala, aku langsung menuju bibir mungil manis Josie. Dia tidak menolak. Kurasa dia mulai suka aku melakukannya. "Kita sarapan di sini saja, ya? Aku belum mau ke mana-mana," ucapku. Josie hanya mengangguk saja sambil menatapku lekat-lekat. Yang kupikir Josie menungg

  • Murid Kesayangan   Bab 133. Murid Kesayanganku

    "Dengan ini sebagai hamba Tuhan, dan di dalam nama Tuhan, aku menyatakan Harvino Gracio Andika dan Josephine Clarita Vivian Danantya adalah suami istri." Suara lantang dan penuh semangat Pastor berkumandang di seluruh gedung besar dan tinggi. Tepukan riuh dan sorak gembira mengikuti. Aku dan Josie saling memandang sementara tangan kami saling bertaut. Entah bagaimana aku menjelaskan perasaanku. Dadaku terasa begitu penuh. Lengkap sudah kebahagiaan yang aku miliki dalam hidupku. Josie, murid kesayanganku menjadi istriku. Harus penuh drama luar biasa yang aku jalani, akhirnya aku bisa memiliki dia sepenuhnya sebagai pendamping hidupku. Aku hanya bisa bersyukur dan tak henti hati ini memuji kebesaran Tuhan. "Selamat ya, akhirnya!" Segera satu per satu kolega, sahabat, dan teman mengucapkan selamat padaku dan Josie. "Sahabatku sayang ... Congrats, ya!!" Resti memeluk erat Josie. Tampak matanya berkaca-kaca sementara senyumnya lebar menghiasi wajahnya. Di belakang Resti menyusul Monika

  • Murid Kesayangan   Bab 132. Tidak Akan Berpisah Lagi

    Kepalaku terasa sangat berat dan pusing. Aku mencoba membuka mataku tapi pedih sekali. Aku mencoba menggerakkan tubuh, hampir tidak mampu. Aku mengerjap beberapa kali dan tampak dinding putih di depanku. Aku di mana? Aku mengernyit karena pusing begitu kuat mendera. Pandanganku mulai lebih jelas. Rumah sakit. Dinding putih dan bau obat, khas rumah sakit. Seketika aku ingat apa yang terjadi. Aku mengalami kecelakaan karena tidak memperhatikan jalan saat aku menyeberang. Josie ... ya, aku meninggalkan Josie di rumah kos karena kecewa dia tidak mau menerimaku. Josie memintaku pergi, hatiku hancur rasanya. "Kak Avin ..." Suara Josie memanggilku. Terasa tangannya menyentuh lenganku. Ada isakan dari suara itu. Aku memaksa memutar kepala sedikit, menoleh ke sisi kanan, Josie duduk di sana sambil menatap ke arahku dengan pandangan cemas. Air mata membasahi kedua pipinya. "Kak ..." Melihat aku membuka mata dia mengangkat tubuhnya dan mendekat padaku. "Kak Avin udah bangun? Ya Tuhan ... teri

  • Murid Kesayangan   Bab 131. Mata Sayu dan Sendu Itu

    Lembut suara Josie, aku mengikuti yang dia katakan. Aku menoleh ke sisi kanan. Refleks aku berdiri. Berjarak kira-kira lima belas meter dari tempatku, Josie berdiri memandang ke arahku. Sebelah tangannya masih memegang ponsel di telinga dan satu tangan lagi membawa serangkaian bunga berwarna putih dan kuning.Aku menurunkan ponsel dan melihat benarkah Josie yang menelpon. Bukan. Itu bukan nomor Josie, tapi ..."Jono?" Aku berucap lirih. Nomor yang masuk adalah nomor Jono. Josie masih mematung di tempatnya. Aku juga belum bergerak. Aku masih mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Tanganku mengangkat kembali ponsel ke telinga. "Apa ini Jono?" tanyaku. Detak jantungku melaju. "Ya, ini Jono." Jawabannya jelas. Suara yang kudengar suara Josie. Suara yang lama tak pernah mampir di telingaku.Hampir tak percaya aku mendengar jawaban Josie. Jadi selama beberapa waktu terakhir ini, orang tak dikenal yang menghubungi aku adalah Josie? Josie tahu aku ada di Malang? Josie sengaja memakai nama Jo

  • Murid Kesayangan   Bab 130. Siapa Jono?

    Alarm berbunyi nyaring membuat aku tersentak dan segera bangun. Jam lima pagi. Tidak kukira aku ketiduran hingga berganti hari. Aku bahkan tidak ingat jam berapa tidur dan bahkan tidak juga mimpi apa-apa. Aku meraih ponsel dan mematikan alarm. Seketika tampak pesan dari Jono yang dia kirim tadi malam yang belum sempat aku baca. - Galau, bro? Ini soal hati ka? - Wah, galau berat nih, ga sempat balas - Jangan dipelihara rasa galau. Yang ditunggu bisa jadi ga lama nongol. Masih ada matahari akan terbit Aku tersenyum. Aku perhatikan jam kapan Jono membalas pesanku. Dari yang pertama ke pesan kedua kira-kira sepuluh menit. Lalu ke pesan ketiga lebih setengah jam. Jadi dia menunggu aku bercerita. Aku makin penasaran, teman baruku ini seperti apa. Segitunya dia care sama aku. - thank you udah kasih semangat, bro. Menurut kamu bagaimana bisa menemukan seseorang yang memang ingin menjauh, tetapi kita yakin dia takdir kita? Sedang jejaknya sudah begitu dekat. Aku mengirimkan pesan itu, ten

  • Murid Kesayangan   Bab 129. Nomor Tak Dikenal

    Satu minggu berlalu. Tidak ada kabar. Karena aku tidak bisa memastikan akan berapa lama bisa benar-benar bertemu Josie, aku pindah tempat tinggal. Aku memilih rumah kos saja, untuk menghemat biaya hidup. Bagusnya, lokasinya justru lebih dekat ke pemakaman. Aku sudah tiga kali melihat ke makam dan Josie tidak juga datang ke pusara orang tuanya. Aku masih harus bersabar lagi. Tetapi aku tidak mungkin hanya diam menunggu. Josie bisa ada di mana saja. Aku mencoba menempatkan diriku seandainya aku adalah Josie. Aku marah dan memilih kabur, tapi hidup terus berjalan. Tentu aku harus menghidupi diriku. Itu artinya aku harus bekerja. Jika Josie niat memilih menjalani hidupnya sendiri, pekerjaan apa yang paling mungkin dia lakukan? "Joise suka memasak. Mungkin sekali dia bekerja di toko makanan atau restoran atau ... ah, di mana? Kalau benar di salah satu resto atau toko kue, itu berarti ..." Aku tahu. Aku akan menjelajahi toko kue dan restoran ataupun depot yang ada di daerah tak jauh dari

  • Murid Kesayangan   Bab 128. Jejak Di Pusara

    Perjalanan panjangku berlanjut. Aku menguatkan hati dan tekadku, di kota Malang aku akan menemukan wanita yang paling aku cintai. Josie. Setelah dia pergi, aku makin sadar, aku memang sangat sangat sayang padanya. Semua kejadian yang kami lalui sejak awal bertemu, hingga akhirnya lahir cinta di hati, tidak jarang berkeliaran di kepalaku. Semua itu meyakinkan aku, Tuhan tidak asal mengijinkan kami bertemu. Dia pasti punya tujuan. "Kalau kamu bilang, kamu hanya alat yang Tuhan pakai membawa aku ke Finlandia agar berjumpa Ayah dan berdamai dengan dia, aku tidak sepakat. Lebih dari itu, aku dan kamu akan bersama, Josie." Aku membulatkan hati. Aku bicara dengan tegas seolah-olah gadis kesayanganku itu bisa mendengarnya. "Tuhan mengirim kamu padaku, untuk memulihkan hubunganku yang rusak dengan Ayah. Aku tentu akan membuat kamu bahagia. Aku janji, kalau kita bertemu aku akan lakukan apapun yang kamu mau." Aku melanjutkan ucapanku. Kali ini aku berharap Josie bisa merasa apa yang ada di ha

  • Murid Kesayangan   Bab 127. Aku Hanya Ingin Menangis

    Mataku terbuka lebar menatap wanita yang ada di depanku. Dia pun menatapku dengan pandangan heran. Wajahnya sedikit pucat dan terlihat agak lemah. "Mau cari siapa, Bli?" Debaran di dadaku yang tadinya memuncak, seketika surut dan lisut. Bukan Josie yang berdiri di depanku. Wanita kira-kira empat puluh tahunan, sedikit gemuk dan berkacamata. "Apa Josie ada di sini?" tanyaku. Aku tidak tahu mengapa kalimat itu yang aku ucapkan. "Josie siapa? Saya tidak tahu." Logat bicaranya khas orang Bali. "Eh, saya ... Ibu keluarga Ertie?" Aku mulai menarik kesadaranku. Menyebut Ertie mungkin akan menolong wanita itu paham mengapa aku datang ke rumah itu. "Ohh, Ibu Ertie? Dia majikan saya," jawab wanita itu. "Bli ini siapa? Mau ketemu Ibu Ertie di rumahnya saja." "Iya, eh ... ok. Terima kasih." Aku menjawab gugup. Suara tone HP terdengar nyaring. Wanita itu cepat menerima panggilan yang masuk. "Pagi, Bu. Iya, sudah lebih baik ... Ini ada yang cari, kenal Ibu." Wanita itu bicara sambil menatap

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status