Semua Bab Murid Kesayangan: Bab 61 - Bab 70

135 Bab

Bab 61. Maaf, Aku Cinta Kamu

Lola, dia cerdas, penuh semangat, dan berambisi menjadi wanita karir. Untuk sisi itu aku tidak ada masalah. Tetapi, saat juga akhirnya kenyataan terbuka, Lola sebebas itu pergi dengan pria lain, dia anggap itu hanya bersenang-senang … “Apa artinya aku buatnya selama ini? Dengan semua yang dia lakukan, dia masih mau mengikatku? Aku sama sekali tidak bisa paham yang ada di kepala Lola.” Hatiku bicara dengan rasa gundah. Sekali lagi, aku melirik arlojiku. Belum lima belas menit, kenapa seolah-olah satu jam lebih aku hanya termangu di teras samping rumah dinas Ibu Ferinda? Aku spontan, menoleh ke belakang, melihat lagi ke dalam rumah. Masih sama, tidak ada siapapun di sana. "Tuhan, jawab aku. Aku berdoa setiap hari, meminta petunjuk dari-Mu. Lalu yang terjadi hari ini, apa artinya?" Aku merasa Tuhan seperti enggan memberi jawaban. Aku merasa seakan-akan Dia tersenyum kecil dan berkata lembut, "Tunggu, ..." "Sampai kapan?" gumamku lirih. Tidak ada apapun kesan di hati. Hening. “Hmmm
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-01
Baca selengkapnya

Bab 62. Sangat Tidak Nyaman

Aku dan Josie berdiri di depan ruang kerja Ibu Ferinda. Wanita dengan wajah cantik yang sederhana itu masih bertelpon. Kalimat yang baru kudengar dari percakapannya mengundang pertanyaan di kepalaku. “Oh, hai … kalian di sini?” Ibu Ferinda menoleh dan menyadari keberadaanku dengan Josie di sana. Dia meneruskan bicara di telpon. “Oh, bukan, Honey … Aku harus tutup dulu, ya. Aku tunggu malam ini, sesuai jadwal kan, datangnya? … Oke, bye …” Ibu Ferinda meletakkan ponsel di meja di depannya. Matanya kembali terarah padaku dan Josie. “Masuklah, kalian berdua,” perintah Ibu Ferinda. Aku dan Josie masuk, duduk bersebelahan di kursi tepat di depan meja kerjanya. “Aku berharap kalian bisa bicara satu sama lain, dan tahu apa yang mesti dilakukan setelah ini.” Ibu Ferinda memandangi aku dan Josie bergantian. “Iya, Bu. Saya sangat mengerti. Terima kasih banyak mengizinkan Josie tetap bersekolah. Saya akan memenuhi harapan Ibu.” Aku berkata dengan rasa lega walaupun belum sepenuhnya. “Oke,
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-02
Baca selengkapnya

Bab 63. Kangen, Tapi Bagaimana?

Aku tidak ada niatan membuka dan membalas pesan Lola. Apa lagi yang dia mau? Tidak cukupkah terus saja dia mengacaukan hidupku? Aku memilih meneruskan pekerjaanku yang lebih perlu aku urus. Ting! Masuk lagi pesan. Aku tidak menoleh, aku biarkan saja. Pasti Lola akan mengirim beberapa kali pesan sampai aku terganggu lalu menjawab dia. Atau dia akan menelpon sambil marah-marah karena kesal, aku tidak menggubrisnya. Aku sudah hafal tingkah Lola. "Avin!" Panggilan manis kudengar dari arah luar kamarku. Sejuk rasanya kalau Kak Lili memanggil manis begitu. Aku menoleh ke pintu kamar dan tampak Kak Lili di sana, memandang padaku. "Aku punya ini. Mau?" Tangan Kak Lili terulur. Sepiring pisang goreng keju dia tawarkan. Aromanya menggoda juga. "Mau. Biar rada on." Aku melempar senyum. Kak Lili masuk dan meletakkan piring kecil itu di depanku. Dia duduk di tepi kasur, di sampingku. "Kamu udah mendingan?" tanya Kak Lili. "Ga juga. Tapi ga buruk-buruk amat," jawabku tenang. Aku comot sepot
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-03
Baca selengkapnya

Bab 64. Tamu Tak Diduga

Wanita tinggi langsing, dengan outfit santai tapi tidak terkesan terlalu casual berdiri di depanku. Perkiraanku usianya lebih empat puluh tahun. Rambutnya coklat terang hampir blonde. Bibirnya yang tipis merah merona, tapi tidak terkesan norak. "Selamat siang, Bu. Ada yang bisa saya bantu?" Aku bertanya. "Aku ingin bertemu salah satu murid di sini. Petugas sekuriti di depan mengarahkan aku ke kantor, eh lobi kantor. Apa benar di sini?" Tenang, ramah, dan terdengar enak dia bicara. "Benar. Jika boleh tahu siapa nama murid yang Ibu maksud?" tanyaku. "Ahh ... itu ... aku tidak hafal nama panjangnya. Hanya saja dia dari Malang, panggilannya Josie." Wanita itu menjawab sambil mengingat-ingat. "Josie?" Aku tentu saja kaget. Siapa wanita ini sampai mencari Josie ke sekolah. Misteri apa lagi yang aku belum tahu dari Josie? "Ya. Itu nama kecilnya. Bisa aku bertemu dengannya?" Senyum manis muncul di bibir wanita itu. "Tentu. Mari silakan, Bu. Silakan menunggu di lobi. Saya akan panggilkan
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-04
Baca selengkapnya

Bab 65. Pernyataan Mengejutkan

Aku menunggu Josie meneruskan kisahnya. "Ga sengaja, Tante Mel akhirnya bertemu teman lama yang juga kenal keluargaku. Lalu dia cerita mama ga ada, papa pun pergi. Tante Mel ga percaya mendengar itu dan mengambil waktu mencari kami. Hampir putus asa, dia mau balik ke Finlandia. Waktu di Jakarta, persiapan berangkat, ga sengaja, lagi makan di resto, ada orang ngobrol soal anak sekolah, dia mendengar namaku disebut. Dia yakin itu aku karena nama belakangku. Sebenarnya yang bicara itu salah satu teman dari sekolah ini, menyebut akunku." Josie meneruskan. Aku menggeleng-geleng. Kejadian tidak terduga lagi. Aku masih terheran-heran. Jika langsung mengetahui akunnya, atau diberitahu relasi tentang orang yang dicari itu sangat mungkin. Tapi kasus Josie? "Josie Danantya. Danantya itu nama mama dan papaku, Daniel dan Anintya, Tante Mel sangat ingat. Karena itu dia bertanya dan akhirnya mencariku ke sekolah ini." Josie menutup ceritanya. "Woow ... benar-benar ga terduga," ucapku. "Kak ..."
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-04
Baca selengkapnya

Bab 66. Jangan Egois

"Astaga! Sakit, ooy!" sentakku pada Arka. Dia tertawa melihat aku nyengir. "Udah lama nunggu?" Arka duduk di sebelahku. Sore itu aku dan para pengajar di tempat les musik memang ada pertemuan. Evaluasi bersama, sekalian merayakan ulang tahun salah satu staf. "Baru. Belum lima belas menit. Yang lain mana? Janjian itu tepati, dong." Aku menggeleng-geleng. "Weekend, Bro. Macet jalanan." Arka membela diri. Matanya melihat ke meja, pada ponselku. "Hei ... itu kamu sama siapa?" Arka menegakkan punggung dan menatap layar ponselku. Aku memasang fotoku dan Josie memang di sana. Foto berdua di Gunung Tangkuban Perahu. "Hmm, ga usah kepo." Aku mengambil ponsel dan menyimpannya di saku bajuku. "Ahh, itu cewek baru kamu? Muridmu itu?" Arka berkata dengan suara lebih keras dan tegas. "Hmm," gumamku mengiyakan. "Aihh ... udah serius sama dia?" Mata Arka melebar. Dia tampak bersemangat dengan jawabanku yang asal dan tidak bergairah. "Iyalah," tukasku sedikit ketus. "Lha, kok ga happy? Aneh
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-05
Baca selengkapnya

Bab 67. Tunggu Kejutanku

Aku berdiri beberapa langkah di depan Josie. Gadis itu tampak tidak tenang. Aku sangat paham yang dia rasakan. "You are great. I'm proud of you, Josephine." Aku bicara serius, sembari senyum manis kuberikan pada Josie. "Kakak ..." ucap Josie lirih. Dia mengerjap beberapa kali, berusaha menahan agar tidak mengeluarkan air mata. "Liburan, tunggu kejutan dari aku," ucapku, bersungguh-sungguh. "Apaan?" tanya Josie. "Aku telpon nanti. Pergilah. Be happy, okay?" Aku kembali melemparkan senyum. Josie menghela napas, tersenyum tipis, lalu dia meneruskan langkahnya, menuju ke kelas, menemui Bu Rani. Aku pun berbalik, tujuanku ke kantor. Tidak ada tempat manapun yang mau aku datangi di sekolah ini. Kegembiraan dan keceriaan di sekitarku sama sekali tidak mempengaruhiku. Kalau boleh aku ingin pergi saja dari sekolah. Lebih baik aku melakukan suatu yang lain. Tapi acara open house baru akan berakhir hingga saat makan siang. Sekolah menjamu semua tamu yang masih bisa tinggal untuk makan sian
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-05
Baca selengkapnya

Bab 68. Nikah?

Josie mengarahkan pandangannya dalam kedua mataku. Aku makin merasa debaran di dadaku, ditatap semanis ini. "... aku ingat yang Kak Avin bilang. Memaafkan bukan untuk kebaikan orang yang kita maafkan, memaafkan itu untuk kebaikan kita sendiri. Melepas semua sampah yang ga perlu disimpan di hati. Membebaskan hati dari rasa sakit. Pelan-pelan aku mulai membalas pesan Tante Ertie. Gitu, deh ... Aku merasa menemukan Tante Ertie lagi, Tante Ertie yang pertama aku kenal." Senyumku kembali lebar. Ini tidak kuduga juga, Benar-benar kejutan bertubi-tubi datang. "Jadi, Ertie apa kabar?" tanyaku penasaran. "Tante Ertie senang kerja di Lombok. Tempatnya bagus dan indah. Dia enjoy dengan pekerjaannya, meskipun ya capek, tapi dia suka." Josie menjawab dengan suara kembali santai. "Baguslah. Kalian cerita apa saja?" tanyaku lagi. "Tante tanya, setelah lulus apa aku mau ikut kerja di Lombok juga," jawab Josie. "Apa?" Mataku melebar dan kedua alisku terangkat. Lagi-lagi tawaran buat Josie, perg
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-06
Baca selengkapnya

Bab 69. Di Malam Itu ...

"Kamu serius, milih cewek ini?" Kak Mirna, pemilik tempat les menatapku tajam. Dia bicara pelan, dengan bibir dibuat sejelas mungkin, di dekatku. Jelas dia tidak mau Josie mendengar yang dia katakan. Aku tersenyum. "Hm-mm." Aku melirik Josie. Tampak dia asyik ngobrol dengan temanku yang lain. Usai mengajar, biasa kami masih akan duduk dan bercerita ini itu sebelum pulang. "Avin, kamu mesti siap dampingi terus. Kamu yakin? Kamu butuh istri, bukan adik." Kak Mirna mencermati wajahku. "Iya, Kak. Aku juga paham. Don't worry." Aku kembali tersenyum. "Aku ga bakalan asal." "Kok, aku jadi rada gimana, ya? Aku harap bukan pelarian, Vin. Menikah sekali seumur hidup. Jika dengan orang yang tepat, kamu akan bahagia meski tidak segalanya selalu mulus. Kalau salah, menderita ganda yang iya." Kak Mirna memandangku dengan tatapan masih tidak yakin. "Makasih diingetin. Doakan saja, Kak." Aku tidak bisa menjelaskan lebih jauh. Urusan balik layar aku dan Josie, biar jadi milik kami saja. Tidak per
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-07
Baca selengkapnya

Bab 70. Peluk Aku, Kak

"Bisa kita pergi dari sini?" Josie memandangku dengan wajah menghiba. Kenapa? Ada apa sebenarnya? Hari yang aku tunggu, yang aku mau membuat Josie gembira agar tidak sendirian di saat Natal, justru membuat dia berderai air mata? "Josie ... Kita akan merayakan malam Natal sama-sama ..." kataku masih dengan bingung memperhatikan wajah Josie. "Aku mau pulang aja, Kak." Josie menggoyang-goyang tanganku. Air mata makin meluber di kedua pipinya. "Oke, kita pergi." Tidak mengerti apa yang sedang Josie rasakan, aku memilih menuruti yang Josie mau. Aku mengajaknya meninggalkan halaman gereja. Dari gedung megah itu terdengar pujian indah yang syahdu dan dirindukan begitu banyak orang di momen istimewa. Tapi Josie? Aku mengarahkan kendaraanku menuju ke salah satu taman kota di pinggiran Bandung. Aku tidak akan mengantar dia pulang sebelum dia tenang. Untung juga taman itu tidak terlalu ramai. Bukan taman favorit jadi tidak banyak pengunjung datang di sana. Lampu-lampu taman cukup terang, m
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-07
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
14
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status