Beranda / Young Adult / Murid Kesayangan / Bab 67. Tunggu Kejutanku

Share

Bab 67. Tunggu Kejutanku

Penulis: Ayunina Sharlyn
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-05 19:27:10
Aku berdiri beberapa langkah di depan Josie. Gadis itu tampak tidak tenang. Aku sangat paham yang dia rasakan.

"You are great. I'm proud of you, Josephine." Aku bicara serius, sembari senyum manis kuberikan pada Josie.

"Kakak ..." ucap Josie lirih. Dia mengerjap beberapa kali, berusaha menahan agar tidak mengeluarkan air mata.

"Liburan, tunggu kejutan dari aku," ucapku, bersungguh-sungguh.

"Apaan?" tanya Josie.

"Aku telpon nanti. Pergilah. Be happy, okay?" Aku kembali melemparkan senyum.

Josie menghela napas, tersenyum tipis, lalu dia meneruskan langkahnya, menuju ke kelas, menemui Bu Rani. Aku pun berbalik, tujuanku ke kantor. Tidak ada tempat manapun yang mau aku datangi di sekolah ini. Kegembiraan dan keceriaan di sekitarku sama sekali tidak mempengaruhiku.

Kalau boleh aku ingin pergi saja dari sekolah. Lebih baik aku melakukan suatu yang lain. Tapi acara open house baru akan berakhir hingga saat makan siang. Sekolah menjamu semua tamu yang masih bisa tinggal untuk makan sian
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Murid Kesayangan   Bab 68. Nikah?

    Josie mengarahkan pandangannya dalam kedua mataku. Aku makin merasa debaran di dadaku, ditatap semanis ini. "... aku ingat yang Kak Avin bilang. Memaafkan bukan untuk kebaikan orang yang kita maafkan, memaafkan itu untuk kebaikan kita sendiri. Melepas semua sampah yang ga perlu disimpan di hati. Membebaskan hati dari rasa sakit. Pelan-pelan aku mulai membalas pesan Tante Ertie. Gitu, deh ... Aku merasa menemukan Tante Ertie lagi, Tante Ertie yang pertama aku kenal." Senyumku kembali lebar. Ini tidak kuduga juga, Benar-benar kejutan bertubi-tubi datang. "Jadi, Ertie apa kabar?" tanyaku penasaran. "Tante Ertie senang kerja di Lombok. Tempatnya bagus dan indah. Dia enjoy dengan pekerjaannya, meskipun ya capek, tapi dia suka." Josie menjawab dengan suara kembali santai. "Baguslah. Kalian cerita apa saja?" tanyaku lagi. "Tante tanya, setelah lulus apa aku mau ikut kerja di Lombok juga," jawab Josie. "Apa?" Mataku melebar dan kedua alisku terangkat. Lagi-lagi tawaran buat Josie, perg

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-06
  • Murid Kesayangan   Bab 69. Di Malam Itu ...

    "Kamu serius, milih cewek ini?" Kak Mirna, pemilik tempat les menatapku tajam. Dia bicara pelan, dengan bibir dibuat sejelas mungkin, di dekatku. Jelas dia tidak mau Josie mendengar yang dia katakan. Aku tersenyum. "Hm-mm." Aku melirik Josie. Tampak dia asyik ngobrol dengan temanku yang lain. Usai mengajar, biasa kami masih akan duduk dan bercerita ini itu sebelum pulang. "Avin, kamu mesti siap dampingi terus. Kamu yakin? Kamu butuh istri, bukan adik." Kak Mirna mencermati wajahku. "Iya, Kak. Aku juga paham. Don't worry." Aku kembali tersenyum. "Aku ga bakalan asal." "Kok, aku jadi rada gimana, ya? Aku harap bukan pelarian, Vin. Menikah sekali seumur hidup. Jika dengan orang yang tepat, kamu akan bahagia meski tidak segalanya selalu mulus. Kalau salah, menderita ganda yang iya." Kak Mirna memandangku dengan tatapan masih tidak yakin. "Makasih diingetin. Doakan saja, Kak." Aku tidak bisa menjelaskan lebih jauh. Urusan balik layar aku dan Josie, biar jadi milik kami saja. Tidak per

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-07
  • Murid Kesayangan   Bab 70. Peluk Aku, Kak

    "Bisa kita pergi dari sini?" Josie memandangku dengan wajah menghiba. Kenapa? Ada apa sebenarnya? Hari yang aku tunggu, yang aku mau membuat Josie gembira agar tidak sendirian di saat Natal, justru membuat dia berderai air mata? "Josie ... Kita akan merayakan malam Natal sama-sama ..." kataku masih dengan bingung memperhatikan wajah Josie. "Aku mau pulang aja, Kak." Josie menggoyang-goyang tanganku. Air mata makin meluber di kedua pipinya. "Oke, kita pergi." Tidak mengerti apa yang sedang Josie rasakan, aku memilih menuruti yang Josie mau. Aku mengajaknya meninggalkan halaman gereja. Dari gedung megah itu terdengar pujian indah yang syahdu dan dirindukan begitu banyak orang di momen istimewa. Tapi Josie? Aku mengarahkan kendaraanku menuju ke salah satu taman kota di pinggiran Bandung. Aku tidak akan mengantar dia pulang sebelum dia tenang. Untung juga taman itu tidak terlalu ramai. Bukan taman favorit jadi tidak banyak pengunjung datang di sana. Lampu-lampu taman cukup terang, m

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-07
  • Murid Kesayangan   Bab 71. I Think It Is Fine

    Aku masih menunggu Josie memberi jawaban. Tapi dia seperti belum begitu yakin jika bersedia ikut. "Josie, acaranya tanggal 31, kok. Masih beberapa hari. Daripada bengong di asrama." Aku membujuk Josie. Josie melirik ke atas dan mengerjap beberapa kali. Lucu sekali mukanya. Kalau saja di dekatku, pasti aku udah ucel-ucel wajah cantik Josie. "Kak Lili dan Bang Edo juga pengin kamu ikutan makan malam sama-sama setelah acara itu buat menyambut tahun baru," kataku lagi. Jujur saja aku takut tiba-tiba Josie melow, lalu mewek. Jangan sampai ini memicu kesedihan yang lain yang tersimpan di hati Josie. "Oke, deh. Tapi besok aku ga mau ngapa-ngapain, Kak. Hari peringatan papa," ujar Josie. Aku mengangguk. Aku mencoba mengerti yang Josie pikir dan rasa. Sekalipun situasiku dengan Josie jika bicara soal sosok ayah sangatlah terbalik. Josie begitu bangga dan sayang papanya. Sedang aku, bicara soal orang yang harus kupanggil papa saja aku malas. "Yup. Mau aku temani?" tanyaku. "Hmm ... pengin

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-08
  • Murid Kesayangan   Bab 72. Truth Or Dare?

    Aku merasakan keharuan yang Josie tebar dari semua penuturannya. Ada kelegaan, ada juga kerelaan melepas dan menerima situasi yang harus dia lalui. "... Tuhan antar aku sampai bisa bertemu Kak Avin." Akhirnya Josie menyelesaikan kalimatnya. Mataku tidak berkedip. Dadaku bergejolak. "Just like ..." Josie kembali membuka suaranya. "... I have my hero back. Papa hadir lagi di hidupku dalam diri Kak Avin. Tapi .. lebih dari itu ... aku punya cinta yang aku juga ga pernah mikir bisa kayak gini." "Josie ..." ucapku dengan dada makin bergemuruh. "Makasih buat semuanya, Kak. Pandanganku tentang hidupku, nasibku, dan masa depanku banyak berubah. Bukan hanya saat berdua kayak gini, tapi waktu di kelas juga. Kak Avin ga cuma guru. Tapi memang kakak yang bimbing dan ngarahin adik-adiknya." Pengakuan ini, jujur membuat aku terhenyak. Seperti itukah? "Ga cuma aku yang merasa gitu, Kak. Di asrama, ga sedikit yang suka cara Kak Avin ngajar karena berbagi banyak hal baik. Yang paling aku suka ..

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-09
  • Murid Kesayangan   Bab 73. Kecupan Tiba-tiba

    Mata Kak Lili tertuju padaku. Dia masih tampak berpikir akan bertanya apa. Bang Edo dan Josie juga terlihat menunggu. Mata mereka menyiratkan rasa penasaran. "Oke, truth or dare?" Kak Lili menatapku. "Well ..." Aku ragu-ragu. Jika aku jawab dare, lalu diberi tantang yang aneh-aneh, ada Josie. Tidak lucu di depan murid dikerjain. "Truth." Akhirnya aku menjawab juga. "Aha, asyik!" sahut Bang Edo. Matanya menyala girang. Semua kembali melihat Kak Lili. "Siapa yang paling sulit kamu terima dan yang paling sulit kamu maafkan?" "Uffhhh!" Aku langsung mengembuskan napas besar. Kukira pertanyaan Kak Lili akan langsung seputar Josie. Ternyata di luar yang aku kira. "Kenapa tanya itu?" Bang Edo menepuk lengan Kak Lili tidak lega. "Kenapa?" tanya Kak Lili balik. "Tanya, apa yang membuat dia cinta sama Josie?" Bang Edo menggigit giginya sendiri, kesal. Aku menoleh melihat Josie. Wajah cantik gadis itu langsung bersemu merah. Bang Edo ini memang kadang kalau bicara seperti tidak ada filte

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-10
  • Murid Kesayangan   Bab 74. Tidak Akan Aku Ulangi

    Kembang api makin banyak di angkasa. Bergantian menghiasi langit dengan kerlap-kerlip. Lalu suara terompet dan sorak sorai orang-orang membahana. "Happy new year!! Happy new year!!" Mataku tak berkedip. Aku menatap Josie yang duduk di sampingku. Dia menengadah melihat ke langit, menikmati kembang api yang tak ada hentinya bertebaran di sana. "Happy new year ..." ucapku pelan di dekat telinga Josie. Josie menoleh melihatku. "Happy new year." Kembali dia melihat ke langit. Aku tersenyum. Aku bisa menduga apa yang Josie rasakan. Kecupan tiba-tiba yang mendarat di pipiku, pasti itu spontan dari kekasih kecilku ini. Hatiku meletup, bahagia. "Love you, Josie ..." Aku mendekat lagi dan berbisik di dekat telinga Josie. Josie diam, tidak bergerak, dan tidak bereaksi. "Hari paling indah rasanya. Menyambut tahun baru mendapat kecupan manis dari pacar." Aku melanjutkan ucapanku. "Kak, maaf ..." Josie menoleh dan melihat padaku. "Aku ga akan mengulanginya. Janji." Josie mengangkat tangan

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-11
  • Murid Kesayangan   Bab 75. Meledak!

    Lola berdiri di depanku dengan tangan terkepal. Jelas dia sedang sangat kesal. Wanita satu ini mengapa jadi ujian terberat buat aku? "Ini, buka dan lihat!" Lola memberikan amplop coklat yang dia pegang ke depanku. "Apa ini?" ujarku heran. "Makanya lihat biar tahu!" sentak Lola. Aku membuka amplop coklat itu dan mengeluarkan isinya. Astaga! Mataku terbelalak melihat apa yang ada di sana. Foto-foto aku dan Josie. Jadi Lola mengikuti aku selama ini? Dia terus memata-matai aku? "Lola, kamu ngapain kayak gini? Kita udah ga ada hubungan apa-apa. Ini semua ga ada gunanya. Terima kenyataan, Lola!" Aku mulai panas. Darahku seperti mendidih di dadaku. "Putus, kalau di kedua belah pihak setuju. Aku, belum pernah setuju kita putus! Dan aku yakin kamu ga lupa, kalau pun putus, aku yang akan putusin kamu, Avin!" Mata Lola menyala. "Kukira kamu beda dengan laki-laki yang lain, akan setia, sabar, dan sayang sama aku. Ternyata, ga ada bedanya!" "Kamu ngomong apa, sih?!" Aku ingin cepat pergi saj

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-12

Bab terbaru

  • Murid Kesayangan   Extra Part - Semua Sudah Selesai, Ke Mana Setelah Ini?

    Josie membuat aku sangat terkejut. Dia tidak menjawab pertanyaanku, justru memberikan hadiah yang membuat aku tidak bisa mengelak dan bergerak cepat meladeninya. Kejutan Josie berakhir adegan serius di kasur besar di dalam kamar hotel. Makan pagi kami bahkan tidak kami tuntaskan. Berdua saja menghabiskan waktu tanpa ada yang lain, merekatkan keintiman rasanya luar biasa. Setelah pergulatan itu, Josie masih memelukku kuat dan terlelap dalam dekapanku. Entah berapa jam hari itu berlalu aku dan Josie hanya di kamar saja. Terdengar suara ringtone dari HP. Aku membuka mata dan bergerak. Josie ikut terbangun. "Jam berapa, Kak?" tanya Josie. "Ga tahu. Bentar. Ada telpon." Aku meraih ponsel dan menerima panggilan dari ... "Leena?" "Apa?" Josie menoleh cepat padaku. "Gedein suaranya." Aku nurut. Aku buka pengeras suara agar Josie bisa mendengar pembicaraanku dengan Leena. "Hai, Leena ..." sapaku. Enggan aku sebenarnya menerima panggilan itu. "Avin ..." Leena bicara dengan suara bergetar

  • Murid Kesayangan   Extra Part - Bulan Madu dan Klarifikasi

    Dari balkon hotel lautan luas terpampang di depanku. Matahari perlahan naik di ufuk timur di balik garis horizon pembatas langit dan air. Indah sekali. Josie di sampingku. Tangannya memeluk pinggangku sedang kepalanya bersandar manja di bahuku. "It is so marvelous. Amazing." Aku tak ingin berkedip memandang pesona alam yang seperti lukisan semata. "Tuhan baik banget. Aku bisa di sini, menikmati semua ini. Kayak mimpi," kata Josie. Ternyata dia punya pikiran yang sama denganku. Aku mengecup puncak kepalanya. Hatiku berdesir, ingatanku dengan cepat lari ke malam sebelumnya saat Josie dengan terbuka memberikan dirinya buatku. Seindah itu, semanis itu. "Love you, Josie." Dan sekali lagi kecupan aku lepas, bukan hanya di kepala, aku langsung menuju bibir mungil manis Josie. Dia tidak menolak. Kurasa dia mulai suka aku melakukannya. "Kita sarapan di sini saja, ya? Aku belum mau ke mana-mana," ucapku. Josie hanya mengangguk saja sambil menatapku lekat-lekat. Yang kupikir Josie menungg

  • Murid Kesayangan   Bab 133. Murid Kesayanganku

    "Dengan ini sebagai hamba Tuhan, dan di dalam nama Tuhan, aku menyatakan Harvino Gracio Andika dan Josephine Clarita Vivian Danantya adalah suami istri." Suara lantang dan penuh semangat Pastor berkumandang di seluruh gedung besar dan tinggi. Tepukan riuh dan sorak gembira mengikuti. Aku dan Josie saling memandang sementara tangan kami saling bertaut. Entah bagaimana aku menjelaskan perasaanku. Dadaku terasa begitu penuh. Lengkap sudah kebahagiaan yang aku miliki dalam hidupku. Josie, murid kesayanganku menjadi istriku. Harus penuh drama luar biasa yang aku jalani, akhirnya aku bisa memiliki dia sepenuhnya sebagai pendamping hidupku. Aku hanya bisa bersyukur dan tak henti hati ini memuji kebesaran Tuhan. "Selamat ya, akhirnya!" Segera satu per satu kolega, sahabat, dan teman mengucapkan selamat padaku dan Josie. "Sahabatku sayang ... Congrats, ya!!" Resti memeluk erat Josie. Tampak matanya berkaca-kaca sementara senyumnya lebar menghiasi wajahnya. Di belakang Resti menyusul Monika

  • Murid Kesayangan   Bab 132. Tidak Akan Berpisah Lagi

    Kepalaku terasa sangat berat dan pusing. Aku mencoba membuka mataku tapi pedih sekali. Aku mencoba menggerakkan tubuh, hampir tidak mampu. Aku mengerjap beberapa kali dan tampak dinding putih di depanku. Aku di mana? Aku mengernyit karena pusing begitu kuat mendera. Pandanganku mulai lebih jelas. Rumah sakit. Dinding putih dan bau obat, khas rumah sakit. Seketika aku ingat apa yang terjadi. Aku mengalami kecelakaan karena tidak memperhatikan jalan saat aku menyeberang. Josie ... ya, aku meninggalkan Josie di rumah kos karena kecewa dia tidak mau menerimaku. Josie memintaku pergi, hatiku hancur rasanya. "Kak Avin ..." Suara Josie memanggilku. Terasa tangannya menyentuh lenganku. Ada isakan dari suara itu. Aku memaksa memutar kepala sedikit, menoleh ke sisi kanan, Josie duduk di sana sambil menatap ke arahku dengan pandangan cemas. Air mata membasahi kedua pipinya. "Kak ..." Melihat aku membuka mata dia mengangkat tubuhnya dan mendekat padaku. "Kak Avin udah bangun? Ya Tuhan ... teri

  • Murid Kesayangan   Bab 131. Mata Sayu dan Sendu Itu

    Lembut suara Josie, aku mengikuti yang dia katakan. Aku menoleh ke sisi kanan. Refleks aku berdiri. Berjarak kira-kira lima belas meter dari tempatku, Josie berdiri memandang ke arahku. Sebelah tangannya masih memegang ponsel di telinga dan satu tangan lagi membawa serangkaian bunga berwarna putih dan kuning.Aku menurunkan ponsel dan melihat benarkah Josie yang menelpon. Bukan. Itu bukan nomor Josie, tapi ..."Jono?" Aku berucap lirih. Nomor yang masuk adalah nomor Jono. Josie masih mematung di tempatnya. Aku juga belum bergerak. Aku masih mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Tanganku mengangkat kembali ponsel ke telinga. "Apa ini Jono?" tanyaku. Detak jantungku melaju. "Ya, ini Jono." Jawabannya jelas. Suara yang kudengar suara Josie. Suara yang lama tak pernah mampir di telingaku.Hampir tak percaya aku mendengar jawaban Josie. Jadi selama beberapa waktu terakhir ini, orang tak dikenal yang menghubungi aku adalah Josie? Josie tahu aku ada di Malang? Josie sengaja memakai nama Jo

  • Murid Kesayangan   Bab 130. Siapa Jono?

    Alarm berbunyi nyaring membuat aku tersentak dan segera bangun. Jam lima pagi. Tidak kukira aku ketiduran hingga berganti hari. Aku bahkan tidak ingat jam berapa tidur dan bahkan tidak juga mimpi apa-apa. Aku meraih ponsel dan mematikan alarm. Seketika tampak pesan dari Jono yang dia kirim tadi malam yang belum sempat aku baca. - Galau, bro? Ini soal hati ka? - Wah, galau berat nih, ga sempat balas - Jangan dipelihara rasa galau. Yang ditunggu bisa jadi ga lama nongol. Masih ada matahari akan terbit Aku tersenyum. Aku perhatikan jam kapan Jono membalas pesanku. Dari yang pertama ke pesan kedua kira-kira sepuluh menit. Lalu ke pesan ketiga lebih setengah jam. Jadi dia menunggu aku bercerita. Aku makin penasaran, teman baruku ini seperti apa. Segitunya dia care sama aku. - thank you udah kasih semangat, bro. Menurut kamu bagaimana bisa menemukan seseorang yang memang ingin menjauh, tetapi kita yakin dia takdir kita? Sedang jejaknya sudah begitu dekat. Aku mengirimkan pesan itu, ten

  • Murid Kesayangan   Bab 129. Nomor Tak Dikenal

    Satu minggu berlalu. Tidak ada kabar. Karena aku tidak bisa memastikan akan berapa lama bisa benar-benar bertemu Josie, aku pindah tempat tinggal. Aku memilih rumah kos saja, untuk menghemat biaya hidup. Bagusnya, lokasinya justru lebih dekat ke pemakaman. Aku sudah tiga kali melihat ke makam dan Josie tidak juga datang ke pusara orang tuanya. Aku masih harus bersabar lagi. Tetapi aku tidak mungkin hanya diam menunggu. Josie bisa ada di mana saja. Aku mencoba menempatkan diriku seandainya aku adalah Josie. Aku marah dan memilih kabur, tapi hidup terus berjalan. Tentu aku harus menghidupi diriku. Itu artinya aku harus bekerja. Jika Josie niat memilih menjalani hidupnya sendiri, pekerjaan apa yang paling mungkin dia lakukan? "Joise suka memasak. Mungkin sekali dia bekerja di toko makanan atau restoran atau ... ah, di mana? Kalau benar di salah satu resto atau toko kue, itu berarti ..." Aku tahu. Aku akan menjelajahi toko kue dan restoran ataupun depot yang ada di daerah tak jauh dari

  • Murid Kesayangan   Bab 128. Jejak Di Pusara

    Perjalanan panjangku berlanjut. Aku menguatkan hati dan tekadku, di kota Malang aku akan menemukan wanita yang paling aku cintai. Josie. Setelah dia pergi, aku makin sadar, aku memang sangat sangat sayang padanya. Semua kejadian yang kami lalui sejak awal bertemu, hingga akhirnya lahir cinta di hati, tidak jarang berkeliaran di kepalaku. Semua itu meyakinkan aku, Tuhan tidak asal mengijinkan kami bertemu. Dia pasti punya tujuan. "Kalau kamu bilang, kamu hanya alat yang Tuhan pakai membawa aku ke Finlandia agar berjumpa Ayah dan berdamai dengan dia, aku tidak sepakat. Lebih dari itu, aku dan kamu akan bersama, Josie." Aku membulatkan hati. Aku bicara dengan tegas seolah-olah gadis kesayanganku itu bisa mendengarnya. "Tuhan mengirim kamu padaku, untuk memulihkan hubunganku yang rusak dengan Ayah. Aku tentu akan membuat kamu bahagia. Aku janji, kalau kita bertemu aku akan lakukan apapun yang kamu mau." Aku melanjutkan ucapanku. Kali ini aku berharap Josie bisa merasa apa yang ada di ha

  • Murid Kesayangan   Bab 127. Aku Hanya Ingin Menangis

    Mataku terbuka lebar menatap wanita yang ada di depanku. Dia pun menatapku dengan pandangan heran. Wajahnya sedikit pucat dan terlihat agak lemah. "Mau cari siapa, Bli?" Debaran di dadaku yang tadinya memuncak, seketika surut dan lisut. Bukan Josie yang berdiri di depanku. Wanita kira-kira empat puluh tahunan, sedikit gemuk dan berkacamata. "Apa Josie ada di sini?" tanyaku. Aku tidak tahu mengapa kalimat itu yang aku ucapkan. "Josie siapa? Saya tidak tahu." Logat bicaranya khas orang Bali. "Eh, saya ... Ibu keluarga Ertie?" Aku mulai menarik kesadaranku. Menyebut Ertie mungkin akan menolong wanita itu paham mengapa aku datang ke rumah itu. "Ohh, Ibu Ertie? Dia majikan saya," jawab wanita itu. "Bli ini siapa? Mau ketemu Ibu Ertie di rumahnya saja." "Iya, eh ... ok. Terima kasih." Aku menjawab gugup. Suara tone HP terdengar nyaring. Wanita itu cepat menerima panggilan yang masuk. "Pagi, Bu. Iya, sudah lebih baik ... Ini ada yang cari, kenal Ibu." Wanita itu bicara sambil menatap

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status