“Ya, ya,” ujar Antaguna tanpa melirik sebab ia sudah paham dengan apa yang hendak ditanyakan oleh sang gadis. “Kau bertanya apakah aku mengenali benda yang menjadi liontin kalungmu itu, bukan?”Bungo mengangguk-angguk.“Maaf-maaf saja, gadis aneh,” ujar Antaguna. “Aku tidak tertarik dengan benda-benda seperti itu. Aku lebih suka merampas permata, emas, berlian, atau perak. Jadi, yah,” ia mengendikkan bahunya. “Aku tidak tahu.”Bungo mendesah panjang, ia memerhatikan liontin di tangannya itu untuk sesaat sebelum ia simpan kembali ke balik bajunya.Antaguna menyadari perubahan yang sesaat di wajah sang gadis, ia menghela napas dalam-dalam.“Hei,” ujarnya, lalu ia duduk di bangku panjang itu, di samping kiri Bungo, dipisah oleh piring tembikar. “Apakah kau turun gunung untuk mencari sesuatu yang ada hubungannya dengan liontinmu itu?”Bungo mengangguk.“Lalu, kemana tujuanmu sebenarnya, sampai-sampai kau rela meninggalkan makam Sabai Nan Manih dan suaminya itu?”Sang gadis meraih sebuah r
Last Updated : 2022-08-23 Read more