All Chapters of Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan: Chapter 271 - Chapter 280

292 Chapters

Akan Dilamar Seseorang

POV AKHTARA Desakan orang tua Maira agar aku segera menikahinya tidak bisa kuulur lagi dengan alasan apapun. Jika aku tidak memenuhi permintaannya, maka aku dianggap tidak serius. Lagi pula, keluarga Maira itu sangat baik. Hanya saja aku yang belum mencintainya karena masih terbayang-bayang Jihan. Mengejar Jihan itu tidak mudah dan ... tidak mungkin.Kekejian yang kulakukan pada Jihan membuat hati orang tua kami, terutama Papa, membuatku tidak diizinkan merujuk dirinya kembali. Meski aku begitu dalam mencintainya. Dan benar apa kata Den Mas Lubis, jika aku tidak segera melepas Jihan dan menggantinya dengan Humaira, mungkin aku akan menua tanpa keluarga. Hal yang terlihat begitu mengerikan bagiku. Melewati masa tua dengan kesendirian.Kemudian aku menatap ponsel yang sedari tadi sudah berada dalam genggaman lalu mengulir layarnya. Nomer ponsel Papa, Mama, dan yang lainnya masih tersimpan dengan baik. Lalu aku menekan nomer ponsel Papa dengan harapan beliau tidak akan semarah dulu.
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more

Anak Haram

POV AKHTARA Kenyataan bahwa Jihan akan dilamar lelaki lain membuatku tidak bisa tidur nyenyak malam ini. Dan tanpa memberitahu Den Mas Lubis, aku mengambil keputusan ini tanpa bertanya pada siapapun.Aku tidak sesanggup itu melepas Jihan demi lelaki lain apalagi sampai putraku memanggil lelaki itu dengan sebutan Papa, Ayah, atau yang lainnya. Tidak! Tidak bisa!Akhtira hanya boleh memanggil Papa atau Ayah hanya kepadaku saja! Titik!"Pak Akhtara mau ngajuin cuti emergency?" Tanya bagian personalia hotel tempatku bekerja. Kepalaku mengangguk sembari mengisi form cuti mendadak dengan cepat. Bahkan petugas personalia baru saja mendudukkan diri, langsung kuhampiri karena sudah dari pagi menunggunya. "Ada urusan apa, Pak?"Aku menghentikan tulisan lalu menatap petugas personalia itu."Istri saya mau melahirkan." Kilahku.Kemudian aku mengisinya dengan cepat lalu menyerahkan form itu. Padahal itu hanya alasan palsu agar cuti mendadakku diizinkan."Semoga semua lancar ya, Pak?""Makasih."
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more

Siap Menghadapi Sidang Perceraian Kedua

POV AKHTARA Aku terdiam dengan sejuta keterkejutan setelah mendengar semua ucapan Mamanya Jihan. Bahwa benar adanya jika Jihan akan dilamar lelaki lain dan yang paling menghancurkan hatiku adalah putraku, Akhtira, disebut orang-orang sebagai anak haram. Padahal putraku itu benar-benar anak yang terlahir dalam ikatan pernikahan sah antara aku dan Jihan. Seketika itu juga bulu tubuhku meremang tanpa bisa berkata apa-apa lagi. Lalu Mamanya Jihan maju ke arahku dan ...Plak!!!Satu tamparan itu mendarat begitu sempurna di pipi kiriku. Tapi rasa sakitnya tidak sesakit ketika Akhtira disebut anak haram. "Kamu benar-benar pembawa musibah, Akhtara! Pembawa sial dalam kehidupan Jihan dan Akhtira! Kalau kamu nggak suka sama Jihan, jangan sakiti dia sampai kamu biarin dia hamil dan membesarkan Akhtira sendirian!!!""Martabatnya sebagai perempuan baik-baik jadi rusak karena kamu!!!" Beliau begitu marah dengan menunjuk-nunjuk wajahku."Berapa banyak omongan dan gosip fitnah kalau Jihan itu per
last updateLast Updated : 2024-11-09
Read more

Menolak Rujuk

POV AKHTARA Kemudian aku menatap paper bag berisi surat-surat berharga yang dulu sengaja aku berikan untuk Jihan dan Akhtira. "Lalu kenapa kamu kembalikan semua aset yang saya berikan untuk Akhtira?""Saya nggak mau Akhtira punya sangkut paut ke Bapak. Saya nggak mau suatu saat nanti, Bapak mengungkit-ungkit hal itu.""Saya tulus memberikannya untuk putra saya, Jihan."Jihan menghela nafas panjang kemudian memutus pandangan. Kentara sekali jika dia ingin menjauh dariku. "Saya udah berubah, Han. Tiga tahun pergi dari kehidupanmu dan Akhtira, saya berusaha untuk memperbaiki diri, bukan untuk enak-enak kayak tuduhan Mamamu.""Kalau kamu tanya isi hati saya, yang ada cuma penyesalan tanpa batas. Kehilangan anak pertama saya karena kegilaan saya, itu adalah penyesalan yang luar biasa. Saya minta ampun sama Tuhan untuk kegilaan saya yang satu itu.""Lalu saya menyadari betapa pentingnya Akhtira dalam hidup saya. Menyadari bahwa nggak ada wanita yang lebih saya cintai dari pada kamu."Jiha
last updateLast Updated : 2024-11-11
Read more

Kesempatan Terakhir

POV AKHTARASudah lama aku tidak menempati kamarku yang ada di rumah Papa dan Mama. Dan hari ini adalah kali pertama aku kembali menginjakkan kaki di kamar ini.Semua furniturenya tidak banyak berubah. Masih tetap mewah dan berkelas.Kamar kostku yang berada di Bali ukurannya tiga kali lebih kecil dari kamarku yang berada di rumah ini.Setelah lama aku memilih hidup dalam kesederhanaan, tidak bermewah-mewahan, dan selalu menyibukkan diri dengan anak-anak di panti asuhan, siang ini semuanya terasa ada yang kurang dari dalam hatiku.Aku merindukan anak-anak di panti yang tak memiliki orang tua dan menganggapku seperti ayah, kakak, bahkan teman untuk mereka.Lalu aku teringat akan kejadian kemarin saat memutuskan untuk tidak melanjutkan rencana pernikahan dengan Humaira. Dan juga ucapan Papa tadi pagi tentang apa yang harus kulakukan demi kembali menggapai hati Jihan dan kedua orang tuanya.Dengan mendudukkan diri di tepi ranjang empuk ini, kedua tanganku memegang ponsel dan mengulir nama
last updateLast Updated : 2024-11-12
Read more

Seperti Lupa Cara Bernafas

POV AKHTARA“Saya panggilin Papa biar Tira dipangku Papa. Jadi Bapak bisa menyentuh Tira.”Aku sedikit mengerutkan kening mendapati jawaban Jihan.“Kenapa harus sama Papamu?”“Kita ini udah bukan suami istri secara agama, Pak. Kalau kita berdekatan, nanti jadi dosa.”Mulutku terkunci ketika Jihan berkata seperti itu. Satu kenyataan yang hampir kulupakan bahwa wanita yang sangat kucintai ini sebenarnya telah terlepas dari genggamanku secara agama.Statusnya hanya istri secara hukum negara.Tapi aku ingat perkataan Papa bahwa masih memiliki kesempatan untuk mendapatkan Jihan kembali dengan rajin mengunjungi Tira.Ketika Jihan hendak berdiri, aku berkata …“Tolong kamu dudukkan aja Tira di kursi. Nggak usah panggil Papamu.”Karena aku yakin jika Papanya Jihan akan membuat pembatas antara aku dan Tira. Apalagi jika putraku itu menangis karena baru pertama kali bertemu denganku.Jihan mengangguk lalu membujuk Tira untuk duduk di kursi. Putraku itu nampak tidak kooperatif namun Jihan terus m
last updateLast Updated : 2024-11-13
Read more

Tetap Memilih Dia

POV AKHTARAKarena putraku, Akhtira, sedang duduk di pangkuan seorang lelaki dengan menghadap wajah orang itu. Bahkan senyum putraku terlihat mengembang penuh tawa apalagi saat lelaki itu menyerukkan kepalanya ke arah dada putraku.Tira kembali tertawa terpingkal karena geli dan mencengkeram rambut lelaki itu. Semakin Tira terpingkal, dia semakin menyerukkan kepalanya ke dada putraku hingga tawa keduanya menguar bebas dan membuatku … iri.Lelaki yang masih memakai kemeja putih dan celana kain hitam khas pakaian ASN itu, apakah dia yang bernama Farhan?Seorang aparatur sipil negara yang berstatus duda dan sedang mendekati Jihan.Karena lelaki itu sibuk menyerukkan kepalanya di dada putraku, dia tidak menyadari kehadiranku yang menatap ke arahnya dengan penuh rasa iri dan sedih.Iri karena putraku bisa seakrab itu dengannya. Padahal aku ini ayah biologisnya.Dan sedih karena aku belum pernah sekalipun menggendong putraku sama sekali.Sudah berapa lama mereka bersama? Sudah berapa lama le
last updateLast Updated : 2024-11-14
Read more

Apa Kamu Tidak Ada Waktu?

POV AKHTARAAku harus tetap professional dengan tidak mencampuradukkan urusan pribadi dengan urusan pekerjaan. Meski terasa sulit dengan tidak memikirkan penolakan Jihan saat aku sedang bekerja seperti ini.Permintaan Jihan yang tidak bersedia rujuk adalah sebuah keputusan yang tidak boleh kupaksa. Dia memiliki hak yang harus kuhormati sekalipun itu melukai hatiku.Cintaku pada sesama manusia telah habis di Jihan.Meski Humaira begitu baik secara sifat dan iman, tetap saja aku selalu terbayang Jihan. Bukankah akan makin menyakiti Humaira jika dia mengerti jika hatiku masih tertambat pada Jihan?“Mungkin jika Bu Jihan sudah menikah lagi, Bapak akan benar-benar bisa melepas dan melupakannya. Karena pintu untuk mendapatkannya benar-benar telah tertutup,” ucap Faris.Aku menghela nafas panjang dengan menatap gelas minumku yang mengembun. Kami sedang makan malam bersama karena aku tidak mau makan malam sendirian. Kebetulan tempat tinggal Faris tidak jauh dari apartemen tempatku berteduh.“M
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

Terima Kasih Untuk Segalanya

POV AKHTARA“Mas, mau gendong Tira nggak?” Tanya Abid dengan suara sangat lirih.Aku yang tengah duduk di bangku belakang sambil menatap keluar jendela mobil pun beralih atensi pada adikku itu.Dia tengah memangku putraku, Akhtira, yang sudah tertidur dengan lelap. Sedang kedua anaknya masing-masing dipangku istrinya dan Papa. Hanya aku saja yang tidak memangku anak kecil.Kemudian aku melongok ke arah putraku itu. Dia benar-benar damai terlelap di atas pangkuan adikku. Dan selalu enggan untuk berdekatan denganku.“Apa dia nanti nggak kebangun, Bid?” Tanyaku dengan suara sama lirihnya.“Pelan-pelan aja, Mas.”Lalu aku mengusap pipi halusnya itu dengan ibu jari untuk memastikan apakah Akhtira benar-benar sangat terlelap. Ternyata putraku itu tetap tidur dengan sangat pulas.“Kayaknya dia kecapekan habis main air terus perutnya kenyang. Jadi deh ngorok.”Aku menahan tawa karena guyonan Abid lalu mengangguk dengan mengulurkan kedua tangan untuk menerima putraku.Galau di hati yang sedari
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

Kehilangan Kamu Yang Pernah Sangat Mencintaiku

POV AKHTARA Faris yang berdiri di samping itu kemudian menatapku penuh keterkejutan. Pun dengan dokter yang kuajak berbicara dan masih memegang hasil laboratorium pasien yang menderita sakit keras itu. "Pak, apa ... maksudnya?" Tanya dokter itu. "Maksud saya seperti yang dokter pikirkan."Dokter itu kemudian menatap Faris dengan penuh keterkejutan. Pasalnya mana ada orang yang sudi mendonorkan hatinya dengan terang-terangan seperti aku?Mungkin mereka pikir aku sedang main-main dengan hal ini. Padahal aku benar-benar merasa bahwa ini adalah titik balik untuk memperbaiki diri dan mendapatkan ampunan dari Tuhan atas semua kesalahanku. "Pak Akhtara, maaf. Ini bukan perkara sederhana, Pak. Mendonorkan hati itu tidak sama dengan mendonorkan ginjal. Manusia punya dua ginjal dan masih bisa bertahan hidup dengan satu ginjal. Tapi kalau hati ... manusia hanya punya satu, Pak. Kalau itu diambil, maka --- ""Saya mati. Begitu kan alurnya?" Jawabku tenang. Dokter dan Faris saling bertatapan d
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more
PREV
1
...
252627282930
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status