Aku ke rumah sakit untuk menemui Mas Yadi, aku bertekad untuk membicarakan masalah ini, aku ingin dia meluluskan permintaanku untuk bercerai darinya. Tapi kemudian, aku berpikir, mengapa aku harus mengatakannya dnegan frontal? mengapa aku tidak diam-diam saja, sembari berpura-pura aku akan mengejutkan suamiku itu.Selagi membuka pintu kamarnya, kulihat ia sedang disuali kartika dengan mesra, tangannya menggenggam tangan Kartika sedang matanya menatapnya dengan sorot hangat penuh cinta. Sorot yang jarang sekali beradu dengan bola mataku."Oh, kamu di sini?" tanyaku, entah mengapa aku merasa jadi orang bodoh mendatangi Mas Yadi."Oh, sakinah, ini kamu, kupikir kamu tak akan datang lagi," balasnya memberikan senyum miring yang mengejek."Bantu aku Tuhan, agar aku tak menampar mulut lancangnya.""Aku akan membicarakan hal penting dengan Ayah anakku, jadi aku bebas datang kapan saja, kenapa? kamu gak suka?""Gak juga, itu bukan urusanku," balasnya sambil kembali menyuapi Mas Yadi hingga pr
Read more