All Chapters of Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya : Chapter 21 - Chapter 30

131 Chapters

ternyata ada kejutan

Masih lekat dalam ingatanku tadi betapa menegangkannya proses bertemu Pak Danrem, dan betapa berhati-hatinya aku ketika berbicara dengannya, urat-urat di kepalaku rasanya ditarik kencang sehingga sedikit membuatku pusing dan kelelahan. Aku harap setelah sederet bukti yang kuberikan proses peradilan bagi Mas Yadi akan segera dilaksanakan, aku ingin tahu tuntutan apa yang diajukan oditor, dan hukuman apa yang akan diberikan majelis hakim. Andaikata, suatu hari Mas Yadi bertaubat atas perilaku jahat dan berjanji tak akan mengulangi, mungkin masih terbuka pintu hati, demi kebahagiaan anak-anak juga. Tapi jika dia bersikeras mempertahankan Kartika,. Maka ia harus menghadapi setumpuk tuntutan dariku yang anggap saja sebagai hadiah terakhir untuknya."Semoga semuanya berakhir adil untuk semua orang," batinku sambil mengendarai mobil.** Sesampainya di rumah.Kuparkir mobil di garasi lalu masuk lewat pintu samping, senyumku langsung terbit ketika mendapati kedua anakku sudah menunggu dan m
Read more

kukendarai

Kukendarai mobil dengan kecepatan tinggi menuju rumah Pak Danrem untuk melaporkan apa yang telah terjadi kepadaku. Bagaikan mimpi aku sendiri tidak percaya bahwa aku dianiaya oleh para tentara yang jelas-jelas mengambil sumpah tidak akan mencelakai rakyat yang seharusnya mereka lindungi. Seharusnya aku lebih diprioritaskan karena istri tentara, nyatanya sama saja.Wajahku terluka bekas gagang senjata yang diayunkan dengan keras, sampai sekarang hal itu sini cukup membuat kepalaku sakit dan berdenyut. Aku akan membalas mereka yang sudah berani menyakitiku dengan cara apapun juga.Tak.jauh dari Komando Resort Militer ada dua gedung, jika berjalan kaki 500 maka akan terlihat jejeran rumah berpagar besi dengan cat yang didominasi warna hijau, di sanalah rumah Bapak Danrem berada.Ternyata ada dua penjaga yang sedang berjaga di sana, dan aku harus melapor ada mereka sebelum boleh masuk ke dalam pekarangannya.Sebenarnya aku cukup malu hampir tiap hari menemui atasan suamiku, namun apa daya
Read more

pastikan

"Apa maksud, Ibu?""Teganya kamu mengkhianati aku, kini kamu menjaga Kartika," desisku terluka."Siapa yag bilang begitu? Saya kemari mengambil barang-barang Bapak untuk dipindahkan kembali ke rumah Ibu," jawabnya."Mengapa dipindahkan lagi?""Karena Bapak menurut keterangannya, Bapak tidak mengkhianati Ibu," lanjutnya, "jadi atasan menyuruh semuanya dikembalikan seperti semula.""Apa kalian mempermainkan saya? jelas-jelas Mas Yadi telah menikahi Kartika.""Pernikahan mereka tidak diakui, jadi saya hanya melaksanakan arahan saja."Hendra mengemasi barang Mas Yadi ke dalam kardus sedang Kartika hanya membisu."Jangan bermain drama Hendra, aku tidak akan bisa menerima lagi Mas yadi dan memaafkan kesalahannya, aku tahu ini hanya bagian dari rencananya untuk mendapatkan keringanan hukuman " ujarku marah."Entah bisa atau tidak, yang jelas barang barang ini harus kembali ke rumah ibu sampai sidang peradilan dilaksanakan," jawabnya."Aku bahkan belum tahu kapan," ujarku sambil mendengkus
Read more

bismillah

Aku ingin menyapanya sebelum kita akan berpisah dalam waktu lama,tapi aku bimbang apakah diperbolehkan untuk melakukan hal itu atau tidak. Sesaat sempat ragu, namun kemudian aku memilih mengalah dengan waktu. Aku lelah memperjuangkan hal rumit dan aku ingin berhenti di titik ini. Sekarang juga. Ketika keluar dari ruang sidang, ternyata dia masih di sana bersama empat orang anggota, mungkin saling menyapa lalu saling berpamitan. Sempat bersitatap denganku dan kami bertatapan beberapa detik hingga aku membuang napas dan pandanganku ke arah berbeda.Melihat kami saling menatap seolah paham rekan kerja Mas Yadi kemudian berpamitan dan memberi kami kesempatan untuk bicara."Jaga anak-anak dengan baik," ujarnya pelan."Tentu, aku adalah ibunya," jawabku."Yang kusukai darimu dari dulu adalah keberanian dan sedikit sombongmu," katanya sambil tertawa kecil."Sungguhkah kita menikah karena saling mencintai? Apa karena berteman dan keluarga kita dekat, kau mau saja menikahiku?" tanyaku deng
Read more

dobel gemes

Hari-hariku berjalan normal setelah terakhir kali bertemu pria itu di pengadilan tinggi militer. Pun, anak-anak bersikap normal dan sekolah mereka lancar meski aku tahu kadang raut sedih tak bisa mereka sembunyikan dariku, terlebih di jam makan malam dan saat menatap foto Papa merekanyanh sampai saat ini masih terpajang dengan megah di dinding ruang tamu.Sebagai ibu aku berusaha sebaik mungkin untuk menghibur dan membesarkan hati kedua anakku, semoga seiring berjalannya waktu, mereka bisa ikhlas menerima kenyataan.Lantaran kesibukan mengurus kebun dan kedua anakku, ditambah mengurus surat menyurat dan pertemuan dengan sejumlah wali murid, membuat perhatianku teralihkan untuk beberapa saat. Aku belum sempat mengurus gugatan perceraian karena urusan yang menyita waktu dan tenagaku.Kadang terlintas dalam pikiranku, apakah di sana Mas Yadi sudah merenungi kesalahannya dan menyesalinya, atau malah makin jauh dari kebaikan. Apakah ia sadar atau malah makin mendendam dan menyusun intrik
Read more

debat

Kedua anakku menyiapkan semua keperluan untuk Papa mereka tanpa banyak bicara, bahkan cenderung diam saja. Semua mereka lakukan dalam senyap sedang aku menerka-nerka mengapa mereka seperti itu."Biar Mama yang tuang buburnya ke rantang, kalian ganti baju aja," suruhku sambil mengeluarkan mangkok dari lemari.Tanpa banyak tanya mereka segera beralih ke kamar mereka.Pikiranku masih berputar-putar pada banyak hal, namun untuk bisa fokus dalam satu masalah sedikit membuatku kesulitan, alih-alih membuat kepalaku pusing sendiri lebih baik kudiamkan saja hingga mendapatkan waktu yang tepat untuk membahas hal itu.***Kuparkirkan mobil di dekat lampu taman yang cukup luas, rumah sakit dengan dominasi warna hijau khas angkatan darat yang kini kudatangi terlihat lengang dengan hanya beberapa orang yang berdiri di lobi depan.Kedua anakku turun dan mengekori langkahku menyusuri lorong yang pantulan lantainya menggemakan langkah kaki kami. Hingga kami sampai di depan kamar dengan pintu dua lap
Read more

kesal sekali

Sedih sekali rasanya mendapatkan teguran yang begitu kasar dari anak sendiri, mereka menyampaikannya dengan begitu pedas dan aku bisa memaklumi jika mereka sedang sakit hati. Bukan solusi yang baik untuk memarahi dan mengajak mereka bertengkar, justru itu akan memper buruk keadaan dan mental mereka.Kuparkirkan mobil di garasi lalu menurunkan semua bawaan yang tadi, anak-anak langsung beralih ke kamar mereka."Maaf jika Mama tidak memahami perasaan kalian karena hanya berkutat dengan kesedihan sendiri, maaf jika mama hanya sibuk membalaskan urusan pribadi," ujarku pelan."Kami tidak melarang Mama untuk melakukan hal itu tapi jangan lupakan kami, kami membutuhkan tempat dan kondisi yang kondusif untuk menata hati, kami juga sakit hati kepada Papa tapi untuk memprotesnya aku rasa itu sudah terlambat," jawabnya Imel."Mama juga ingin fokus kepada kalian dan kebahagiaan Kalian, karenanya mulai saat ini Mama akan berusaha lebih baik," kataku sambil berlalu dan menahan air mataku yang tumpa
Read more

si jalang

Aku ke rumah sakit untuk menemui Mas Yadi, aku bertekad untuk membicarakan masalah ini, aku ingin dia meluluskan permintaanku untuk bercerai darinya. Tapi kemudian, aku berpikir, mengapa aku harus mengatakannya dnegan frontal? mengapa aku tidak diam-diam saja, sembari berpura-pura aku akan mengejutkan suamiku itu.Selagi membuka pintu kamarnya, kulihat ia sedang disuali kartika dengan mesra, tangannya menggenggam tangan Kartika sedang matanya menatapnya dengan sorot hangat penuh cinta. Sorot yang jarang sekali beradu dengan bola mataku."Oh, kamu di sini?" tanyaku, entah mengapa aku merasa jadi orang bodoh mendatangi Mas Yadi."Oh, sakinah, ini kamu, kupikir kamu tak akan datang lagi," balasnya memberikan senyum miring yang mengejek."Bantu aku Tuhan, agar aku tak menampar mulut lancangnya.""Aku akan membicarakan hal penting dengan Ayah anakku, jadi aku bebas datang kapan saja, kenapa? kamu gak suka?""Gak juga, itu bukan urusanku," balasnya sambil kembali menyuapi Mas Yadi hingga pr
Read more

kebon kopi

Aku meluncur ke tempat itu, tempat yang dirahasiakan suamiku. Aku yakin akan menemukan sesuatu di sana. Uang yang dia gelapkan beberapa milyar sebagian memang sudah dikembalikan tapi aku ingin tahu, di mana lagi ia sembunyikan sebagian yang lain.Kartika, wanita licik itu pasti tahu uang dan aset Mas Yadi akan disita, dia pasti menyembunyikan sebagian dana tersebut dalam bentuk lain sehingga polisi militer tidak curiga. Dia pun aman karena tidak berstatus istri sah, sehingga Kartika tidak berhadapan langsung dengan para penyidik.Aku curiga bahwa dia juga yang memfitnah, sehingga petugas terus mencurigai dan memata-matai kegiatanku. Aku akan membalasnya.Sampai di depan rumah itu, rumah yang cukup besar dengan pekarangan luas yang ditumbuhi pohon mangga. Kudorong gerbang besi dengan cat putih, suara besi berdecit dan aku mulai melangkahkan kaki.Rumah besar berlantai satu itu terlihat tak terurus, meski baru direnovasi dan cat ulang. Aku bisa tahu dari kaleng cat yang masih terlihat b
Read more

syok

Tentu saja mendengar kata-kataku dia langsung syok dan membeliak nanar menatap sorot mataku."Kamu sungguh wanita jahat ... aku membencimu, Sakinah," desisnya."Bahkan di lubang paling kecil pun aku akan menemukan bukti , tenang saja, aku adalah orang yang gigih, Mas," ujarku sambil tersenyum puas.Sesaat kemudian dia terlihat meringis memegangi dadanya dan mengadu dengan nada lirih."Ah, ad-aduh ...."Dia mulai gelisah kesakitan."Kenapa? kamu syok dan tidak bisa menerima kenyataan sekarang?" "Pe-pergi kamu dari sini," ucapnya terengah-engah.Kelihatannya ia kesakitan, terbukti wajahnya memerah dan mulai berkeringat deras. Tarikan napasnya cepat, dan terlihat sulit mengais udara."Akh-akh-ah," dia kelojotan dan tubuhnya menegang, lalu ambruk ke tempat tidur."Baiklah, aku pergi, Mas," ujarku sambil menekan tombol darurat di samping tempat tidurnya lalu beranjak meninggalkan tempat itu."Sa-sa-kinah ...." Ia menggapai minta bantuan.Aku bergeming, ingin menolong tapi teringat saat a
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status