Hanya di pipi, tidak lebih dan tidak kurang. Namun, mampu membuat tubuhku menegang. Pulpen yang aku genggam, langsung terjatuh ke lantai dan Pak Alvin dengan sigap mengambilnya."Ck, nyesel nggak tuh?" Pak Alvin terkekeh begitu mengatakannya. Membuat aku sadar, bahwa aku seperti orang bego saat ini."Mas, kamu beraninya!" pekikku langsung mengejar dan memukul-mukul punggungnya."Aw! Amel, sakit," rintihnya berusaha menghindar."Awas, kamu kalau lakuin kayak tadi, perjanjian kita batal!" ancamku, sambil terus menarget punggungnya untuk aku jotos. Dia berlarian, kesana kemari."Iya iya, makanya jangan bikin aku kesel," katanya, sambil berjalan ke arah sofa.Aku hanya bisa mendengus, perbuatannya tadi benar-benar kurang ngajar. Sudah kedua kalinya dia melakukan itu. Walau kali ini hanya di pipi, tapi hal itu tetap sangat-sangat tidak wajar dilakukan. Coba saja dia tidak kembali berkutat pada buku-bukunya, ingin rasanya aku menghajar wajahnya itu. Sudahlah, aku lebih baik memilih untuk t
Baca selengkapnya